INTERNALISASI NILAI-NILAI AGAMA DI SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN MODERASI BERAGAMA (Studi Kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia) TE

الحجم: px
بدء العرض من الصّفحة:

Download "INTERNALISASI NILAI-NILAI AGAMA DI SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN MODERASI BERAGAMA (Studi Kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia) TE"

النسخ

1 INTERNALISASI NILAI-NILAI AGAMA DI SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN MODERASI BERAGAMA (Studi Kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia) TESIS Oleh : Ahmad Budiman NIM PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(MPAI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H./2020 M. i

2

3

4

5

6

7 PEDOMAN TRANSLITERASI A. Padanan Aksara Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا ب B Be ت T Te ث TS Te dan es ج J Je ح H Ha dengan garis bawah خ KH Ka dan Ha د D De ذ DZ De dan Zet ر R Er ز Z Zet س S Es ش SY Es dan Ye ص S Es dengan garis bawah ض D De dengan garis bawah ط T Te dengan garis bawah ظ Z Zet dengan garis bawah ع Koma terblik diatas hadap kanan غ GH Ge dan Ha ف F Ef ق Q Ki ك K Ka ل L El م M Em ن N En ه H Ha و W We ء A Apostrof ي Y Ye v

8 B. Vokal Tanda vokal arab Tanda vocal latin Keterangan أ A Fathah إ I Kasrah أ U Dammah أ ي Ai A dan i أ و Au A dan u C. Vocal Panjang Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan آ A A dengan topi diatas I I dengan topi diatas إ ي U U dengan topi diatas أ و D. Kata Sandang,ال Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyah maupun qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh : Al-Syamsu bukan Asy- Syamsu dan Al-Zalzalah bukan Az-Zalzalah. E. Syaddah/ Tasydid Syaddah/ tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan, dalam alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyah yang didahului kata sandang. Misalnya kata الن وم tidak ditulis An-naum melainkan Al-naum. F. Ta Marbutah Ta marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na at) dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (isim) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi (t). Contoh : No. Kata arab Alih Aksara 1 ي و م ال ق ي ام ة Yaumal Qiyamah Wahuda Warohmah و ه د ا و ر ح ة 2 Wahdat Alwujud ل و ج و د و حد ة ا 3 vi

9 ABSTRAK Ahmad Budiman, NIM , Internalisasi Nilai-Nilai Agama Di Sekolah Dalam Menumbuhkan Moderasi Beragama (Studi Kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia). Tesis Program Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bhinneka tunggal Ika merupakan symbol kemajemukan masyarakat Indonesia, dan keberagaman itu adalah suatu keniscayaan yang Allah swt. ciptakan di alam semesta ini. Ditengah perkembangan lingkungan masyarakat majemuk yang dinamis dan dapat merusak sendi-sendi keharmonisan serta persatuan bangsa karena adanya perbedaan yang disalahpahami. Tesis ini memaparkan perlunya internalisasi nilai-nilai Agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama, Penelitian dilakukan di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan menggunakan pendekatan kualitatif. pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data yaitu merangkum, mengklasifikasi, menginterpretasi, menghubungkan dan membangun generalisasi konsep-konsep yang merupakan teori. Penyajian data dengan penjabaran makna dan menarik kesimpulan dengan mereview data dan teori yang telah dibangun dalam penelitian diungkapkan Bersama teori-teori lain. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pola internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama Penelitian ini menunjukkan bahwa peran spiritualitas dan religiulitas di lingkungan sekolah yang terdapat dalam pendidikan agama dengan cara internalisasi nilai-nilai agama di sekolah berperan melahirkan peserta didik yang moderat Penelitian ini ingin membuktikan bahwa semakin sering nilai-nilai agama diterapkan di lingkungan sekolah maka semakin mempercepat pemahaman beragama, dan pemahaman beragama seseorang dengan benar, maka akan mempercepat terbentuknya moderasi beragama di masyarakat. Penelitian ini dilakukan sebagai respon dari penelitian terdahulu tentang benih-benih intoleran, radikalisme teroris yang terjadi di lingkungan sekolah. Penelitian ini akan berbeda dengan kesimpulan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa pendidikan agama di sekolah memicu paham intoleran dan radikal terorisme, akan tetapi penelitian ini mendukung bahwa banyak belajar dan menjalankan/membiasakan agama dengan baik di lingkungan sekolah maka akan mempercepat terjadinya moderasi beragama dan budaya damai. Kata Kunci: Pembiasaan nilai-nilai agama, Moderasi beragama, Toleransi, Harmoni. vii

10 نبذة مختصرة أ حد بودميان نيم "تدخيل القيم الدينية يف املدارس يف تعزيز الوسطية الدينية" )دراسة حالة للمدارس الثانوية احلكومية العليا )6 SMAN) كوتا تاجنريانج سيالتان بانتني إندونيسيا(. رسالة ماجستري يف الرتبية الدينية اإلسالمية )MPAI( كلية الرتبية وتدريب املعلمني )FITK( جامعة سياريف هداية اهلل اإلسالمية احلكومية )UIN( جاكرتا. الوحدة يف التنوع )Bhinneka Tunggal Ika( هو رمز لتعددية اجملتمع اإلندونيسي وهذا التنوع هو ضرورة اهلل سبحانه وتعاىل. خلق يف هذا الكون. يف خضم تطور بيئة جمتمعية ديناميكية تعددية ميكن أن تضر مببادئ الوئام والوحدة الوطنية بسبب االختالفات اليت يساء فهمها تصف هذه األطروحة احلاجة إىل استيعاب القيم الدينية يف املدارس يف تعزيز االعتدال الديين وقد مت إجراء البحث يف املدرسة الثانوية احلكومية العليا )6 SMAN) كوتا تاجنريانج سيالتان بانتني إندونيسيا باستخدام هنج نوعي. مت مجع البيانات باستخدام تقنيات املالحظة واملقابلة ودراسة التوثيق. مت حتليل البيانات مع تقليل البيانات أي تلخيص وتصنيف وتفسري وربط وتعميم املفاهيم النظرية. يتم مشاركة عرض البيانات من خالل وصف املعىن واستخالص النتائج من اليت تشكل خالل مراجعة البيانات والنظريات اليت مت إنشاؤها يف البحث مع نظريات أخرى. يظهر هذا البحث أن منط استيعاب القيم الدينية يف املدارس يعزز الوسطية الدينية تظهر هذه الدراسة أن دور الروحانية والتدين يف البيئة املدرسية اليت يتضمنها التعليم الديين من استيعاب القيم الدينية يف املدارس يلعب دورا يف والدة الطالب املعتدلني. خالل هتدف هذه الدراسة إىل إثبات أنه كلما مت تطبيق القيم الدينية يف كثري من األحيان يف البيئة املدرسية كلما تسارع فهم املرء لدينه وفهم املرء لدينه بشكل صحيح سيسرع من تكوين االعتدال الديين يف اجملتمع. مت إجراء هذا البحث استجابة لبحث سابق حول بذور التعصب والتطرف اإلرهايب الذي حيدث يف البيئة املدرسية. ستكون هذه الدراسة خمتلفة عن استنتاجات الدراسات السابقة اليت تنص على أن التعليم الديين يف املدارس يؤدي إىل التعصب واإلرهاب الراديكايل لكن هذا البحث يدعم أن الكثري من التعلم وممارسة الدين بشكل صحيح يف البيئة املدرسية سوف يسرع من حدوث االعتدال الديين وثقافة السالم. الكلمات املفتاحية: القيم الدينية المعتادة االعتدال الديني التسامح االنسجام. viii

11 ABSTRACT Ahmad Budiman, NIM , "Internalization of Religious Values in Schools in Fostering Religious Moderation" (Case Study of State Senior High Schools (SMAN) 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia). Thesis of the Master Program of Islamic Religious Education (MPAI), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta. Bhinneka Tunggal Ika is a symbol of the plurality of Indonesian society, and that diversity is a necessity that Allah swt. create in this universe. In the midst of the development of a dynamic plural society environment that can damage the principles of harmony and national unity due to differences that are misunderstood. This thesis describes the need for internalization of religious values in schools in fostering religious moderation. The research was conducted at State Senior High School (SMAN) 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia using a qualitative approach. Data collection was done by using observation, interview and documentation study techniques. Data were analyzed with data reduction, namely summarizing, classifying, interpreting, connecting and generalizing the concepts that constitute theory. Presentation of data by describing the meaning and drawing conclusions by reviewing the data and theories that have been built in the research is shared with other theories. This research shows that the internalization pattern of religious values in schools fosters religious moderation This study shows that the role of spirituality and religiosity in the school environment contained in religious education by internalizing religious values in schools plays a role in giving birth to moderate students. This study aims to prove that the more often religious values are applied in the school environment, the more accelerated understanding of one's religion, and understanding one's religion properly, will accelerate the formation of religious moderation in society. This research was conducted as a response to previous research on the seeds of intolerance, terrorist radicalism that occurs in the school environment. This research will be different from the conclusions of previous studies which state that religious education in schools triggers intolerance and radical terrorism, however this research supports that a lot of learning and practicing religion properly in the school environment will accelerate the occurrence of religious moderation and a culture of peace. Keywords: Habitual religious values, Religious moderation, Tolerance, Harmony. ix

12 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan untuk menyelesaikan tesis ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada teladan mulia kita Nabi Muhammad SAW. yang memandu agar selalu berjalan dalam cara hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW. seorang yang selalu memandu kita dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan seluruh umat muslim dan umat manusia pada umumnya. Semoga kita mendapatkan syafa atnya di hari kiamat. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan Tesis ini dapat diselesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada: 1. Prof. Dr. Amany Buhanuddin Lubis, Lc. MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. selaku ketua Prodi Magister Pendidikan Agama Islam yang senantiasa memberikan arahan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis dengan baik. 4. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. sebagai pembimbing tesis yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk membimbing penulisan dan memberikan arahan keilmuan dalam penulisan tesis dengan penuh kesabaran, dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Bapak dan Ibu dosen jurusan MPAI yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staff atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penulisan tesis 7. Bapak Kepala Sekolah beserta seluruh Dewan Guru dan Karyawan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang telah membatu serta menfasilitasi penulis dalam penulisan tesis ini 8. Ayahanda Nunu Nuryadi tercinta, yang tak henti-hentinya mendo akan penulis. Rasa terimaksih dan do aku untuk Ibunda Ai Rukiah Nur (Almarhumah) yang selama hidupnya selalu berdo a untuk kesuksesan anaknya, bakti kepada kedua orang tua penulis serta yang menjadi alasan penulis untuk tetap semangat x

13 berjuang meraih mimpi. Semoga penulis menjadi menjadi anak shaleh sehingga menjadi investasi bagi mereka di dunia dan akhirat. Terimakasih pak. 9. Lia Marliani, istri tercinta yang selalu memotivasi dengan penuh kesabaran dan mendoakan penulis, serta buah hatiku Akmal Nur Imani, Wafa Nur Muttaqillah, Salma Nur Mutawakkilah, Marwa Zulfa Nur Mufidah, Hasya Nur Mukhlisah yang selalu menjadi motivasi terbesar untuk segera menyelesaikan tesis ini. 10. Terimakasih kepada Eros Rostini, Utep Nurul Ikhsan, Farid Wajdi, Nurhani, Ima Fahmi Rahmania yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan kuliah. Dan tak lupa kepada Syarif Rifai beserta keluarga, Dedah beserta keluarga, Noviati Tsulisiah beserta keluarga, Alam Purnama Jaya beserta keluarga, Penulis bangga memiliki saudara-saudara seperti mereka. 11. Terima kasih kepada Bapak Mardjoni dan Ibu Duniarti yang penulis hormati atas segala kebersamaan dan do a-do anya begitupun kepada Andi Maulana beserta keluarga, Deni Arisandy beserta keluarga, Catur Hadi Gunawan beserta keluarga, Dwi Pancawati beserta keluarga. 12. Terima kasih kepada Teman-teman Bapak Mahnan Marbawi, Ibu Iim Halimah dan semua rekan di DPP AGPAII yang selalu memotifasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. 13. Terima kasih kepada Teman-teman Bapak Drs. Junaedi, M.M., Ibu Dra. Nuraida, dan teman-teman di SMK Pariwisata Adi Luhur Jakarta yang telah memotifasi. 14. Teman-teman seperjuangan di kelas Magister PAI Terimakasih atas tawa dan canda dan kebersamaan selama ini, semoga ukhuwah ini bisa selalu terjaga. Penulis berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menghasilkan penulisan yang baik dan berguna. Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan do a dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada semua pihak yang telah membantu. Mudah-mudahan mendapat balasan yang lebih baik. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudahmudahan mendapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin Ya Rabbal Alamin. Jakarta, 20 Juli 2020 Penulis, Ahmad Budiman NIM xi

14 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... ii SEMINAR HASIL TESIS... iii LEMBAR PENGESAHAN TESIS... iv PEDOMAN TRANSLITERASI... v ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Maslah... 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Penelitian Terdahulu yang Relevan E. Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN TEORI A. Moderasi Beragama B. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian B. Sumber Data Penelitian C. Lokasi Penelitian D. Subjek Penelitian dan Informan Penelitian E. Kehadiran Peneliti F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisa Data H. Keabsahan Data atau Validasi Data BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian B. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah Melalui Kurikulum dan Pembelajaran C. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah Melalui Intrakurikuler, Kokurikuler, ekstrakurikuler dan Pembiasaan.. 85 D. Analisis Data dan Pembahasan BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Rekomendasi xii

15 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiii

16 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Data Hasil Angket Direktorat Pendidikan Agama Islam Tabel 1.2. Hasil Survey Wahid Foundation Terhadap Aktifitas Rohis SMA Tabel 1.3. Hasil Penelitian FISIP UNDIP Semarang Terhadap Guru Agama SMA/Sederajat Tabel 1.4. Hasil Survei Alvara Research Center Terhadap Mahasiswa dan Pelajar Tabel 1.5. Hasil Survei Setara Institute Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Bandung dan Jakarta Tabel 1.6. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Tabel 3.1. Rincian Tahapan Penelitian Tabel 4.1. Profile SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Tabel 4.2. Denah Organisasi Ruangan SMAN 06 Kota Tangerang Selatan. 66 Tabel 4.3. Prasarana SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Tabel 4.4. Data Umum Identitas Perpustakaan Sekolah Tabel 4.5. Keadaan Pendidik Tabel 4.6. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.7 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Usia Tabel 4.8. Jumlah Peserda Didik Berdasarkan Usia Tabel 4.9. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Penghasilan Orang tua/wali 71 Tabel Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel Jumlah Peserta Didik Pertingkat dan Rombel Tabel Pembiasaan dan Kegiatan Tabel Daftar Prestasi Lomba/Kejuaraan Tabel Hasil Ujian Nasional SMAN 6 Tangerang Selatan 3 Tahun Terakhir Tabel Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari Masa Ke Masa Tabel Beberapa Istilah Guru/Pendidik xiv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Lampiran 2 Surat Balasan dari Tempat Penelitian Lampiran 3 Notulasi Ujian Proposal Lampiran 4 Notulasi Ujian Seminar Hasil Lampiran 5 Notulasi Ujian Promosi Lampiran 6 Profile Sekolah SMA Negeri 6, Kota Tangerang Selatan Lampiran 7 Kondisi Prasaran SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Lampiran 8 Kondisi Sarana SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Lampiran 9 Data Umum Identitas Perpustakaan Sekolah Lampiran 10 Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Lampiran 11 Jumlah Peserta Didik Pertingkat dan Rombel Lampiran 12 Kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 6 Tangerang Lampiran 13 Selatan adalah Kurikulum SMA 2013 IPS dan MIPA Pembiasaan dan Kegiatan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Lampiran 14 Prestasi Sekolah 3 Tahun Terakhir Lampiran 15 Hasil Ujian Nasional Sekolah 3 Tahun Terakhir Lampiran 16 Struktur Kepengurusan MPK Lampiran 17 Struktur Kepengurus OSIS Lampiran 18 Tata Tertib SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan xv

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar dan kaya akan ragam suku serta budaya membutuhkan pemerintahan yang amanah dan kuat agar bisa melindungi bangsanya dan mengelola negara dengan baik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Bab II, pasal 3, dinyatakan bahwa tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia didasarkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, Menjalankan pemerintahan dalam kemajemukan suku bangsa tidaklah mudah, dinamika perbedaan menjadi ancaman tersendiri dalam keutuhan bangsa ini jika tidak dikelola dengan serius, keadilan menjadi kunci dasar yang bisa menyentuh perekat bangsa, Kesadaran berbangsa dan bernegara pun harus terus digelorakan agar masyarakat semakin merasakan bahwa ada orang lain, ada kelompok lain, ada keyakinan lain yang berbeda. Masyarakat harus semakin piawai mengelola ego-egonya karena ternyata ada ego-ego yang lain yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Pembukaan UUD 1945 juga menegaskan bahwa tugas dari negara adalah melindungi segenap bangsa yang menurut sensus BPS tahun 2010 bangsa Indonesia terdiri dari lebih 300 kelompok etnik atau suku bangsa atau tepatnya suku bangsa. Bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya yang berbeda, mulai dari Suku, Agama, Ras, Golongan, Bahasa, hingga Adat istiadat. Keberagaman tersebut terikat dalam sebuah semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa diartikan Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dengan bhineka tunggal ika menggambarkan bahwa keharmonisan dalam keberagaman, mampu hidup bersama dalam perbedaan dan bekerja sama mencapai tujuan meski antar kepercayaan yang berbeda. Keharmonisan terbangun karena adanya penghormatan atas hak asasi manusia, menempatkan orang lain seperti menempatkan diri sendiri, menghargai orang lain seperti menghargai diri kita sendiri, karena pada 1

19 2 dasarnya semua manusia sama derajatnya disisi Allah swt. Q.S. Al Hujurat (49) ayat 13 1 ا ن ا ك ر م ك م ع ن د الل ه ا ت ق ىك م ا ن الل ه ع ل ي م خب ي ر - ١٣ Terjemah: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. Tugas negara selanjutnya adalah melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, yaitu tanah air sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia berarti menjaga keutuhan dan mengelola negeri sampai semua warga negara merasakan secara adil dan merata. Melindungi juga berarti membumikan kemerdekaan terhadap seluruh bangsa Indonesia. Merdeka dalam mengelola kekayaan alam dan terlepas dari segala bentuk penjajahan. Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia yang di dalamnya terdapat keberagaman membutuhkan pedoman yang sangat universal diterima oleh setiap kelompok, salah satu sumber aturan yang universal adalah nilai-nilai agama. Para pendiri negara kita sangatlah paham akan kebutuhan ini, oleh sebab itu atas rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur maka Negara Indonesia berdiri. Meski negara ini bukan negara agama, tetapi Ketuhanan menjadi landasan dasar negara yang harus diterjemahkan dalam semua lini kehidupan, terutama dalam mengelola dan melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Al-Quran adalah Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, Dan Multikulturalisme menyebutkan temuan bahwa dari 6666 ayat di dalam Al- Quran ada sekitar 300 ayat yang secara eksplisit menegaskan pentingnya toleransi dan perdamaian. Dan ada sekitar 176 ayat yang dapat ditafsirkan untuk tindak intoleran atau kekerasan atas nama agama 2. toleransi dan perdamaian merupakan fundamen Al-Quran, sedangkan intoleransi atau kekerasan merupakan ayat yang berkaitan dengan konteks sosial tertentu, dan karenanya perlu ditafsirkan 3. Allah berfirman di dalam Qur an Surat Al-Hujraat (49): Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta, Kompas, 2010), xxvi. 3 ibid.

20 3 ي ا أ ي ه ا الن اس إ ن ا خ ل ق ن اك م م ن ذ ك ر و أ ن ث ى وج ع لن اك م ش ع وب ا و ق ب ائ ل ل ت ع ار ف وا إ ن أ ك ر م ك م ع ن د الل ه أ ت ق اك م إ ن الل ه ع ل يم خ ب ري Terjemah: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antarakamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti 4 Ayat ini jelas menunjukkan bahwa manusia secara sosiologis terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, ras dan golongan (SARA). Keberadaan sosiologis yang majemuk, atau multikultural tersebut adalah sesuatu yang sudah given atau sunnatullah. Yang tidak bisa semua orang merubah atau mengingkarinya. Al qur an melanjutkan dengan kalimat saling mengenal, mengkaji kalimat saling mengenal sangatlah menarik, karena disitulah letaknya aksi sosialisasi dengan arti ada proses interaksi, komunikasi, membangun kebersamaan, saling kontribusi tanpa harus melihat latar belakang karena SARA merupakan wilayah illahi tidak satupun yang berhak dan mampu merubahnya dan manusia hanya menjalani takdir dalam keberagaman. Toleransi bukanlah perkara baru dalam Islam karena Rasulullah saw. telah mencontohkan bagaimana menerapkan toleransi yang sebenarnya tanpa harus kehilangan idiologi, tetapi mempersilahkan kepada orang lain berkeyakinan berbeda. Di dalam al Qur an surat al Kafirun (6) ayat 1-5 Allah swt. berfirman: ق ل ي ا ي ه ا ال ك ف ر و ن - ١ ال ا ع ب د م ا ت ع ب د و ن - ٢ و ال ا ن ت م ع ب د و ن م ا ا ع ب د - ٣ و ال ا ن ا ع اب د م ا ع ب د مت - ٤ و ال ا ن ت م ع ب د و ن م ا ا ع ب د - ٥ ل ك م د ي ن ك م و يل د ي ن- ٦ Terjemah: Katakanlah (Muhammad), Wahai orang-orang kafir! (1) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,(2) dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,(3) 4 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al qur an dan Terjemahnya

21 4 dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,(4) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.(5) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6) 5 Asbabun nuzul Surat al-kafirun diriwayatkan oleh Ibnu Hatim bersumber dari Said bin Mina. diriwayatkan, Nabi Muhammad diiming-imingi dengan kekuasaan serta pengikut. Suatu ketika Nabi Muhammad berjumpa dengan beberapa tokoh kafir Quraisy, Al Walid bin Almughirah, al 'Ashi bin Wa'il, al Aswad bin al Muthalib dan Umayyah bin Khalaf. Terjadi satu perdebatan sengit dalam diri Rasulullah antara logika dan kebenaran yang akhirnya diputuskan oleh sebuah ketegasan wahyu dari Allah swt..orang kafir Quraisy mengajukan satu pilihan yang menurut mereka sebuah solusi yang toleran, dalam asbabun nuzul Surat al-kafirun ini diceritakan, salah satu dari mereka berkata, "Wahai Muhammad. Marilah bersama kita menyembah Tuhan yang kami sembah. Kami akan bergantian menyembah Tuhan yang kamu sembah. Kita akan bersekutu dalam segala urusan, engkaulah yang akan memimpin kami". Ajakan tersebut Nabi Muhammad saw. tolak. Menterjemahkan toleransi tidak harus mengorbankan akidah, keyakinan dan penyembahan terhadap Tuhan bahkan Allah swt. sekalipun sudah berlangsung sejak lama, justru ajaran Nabi Muhammad saw. Meluruskan tata cara beribadah yang tidak tercapur aduk dengan kebatilan, Peristiwa inilah yang menjadi asbabun nuzul Surat al-kafirun (6) ayat 1-6. Surat al-kafirun, menyatakan: "Bagimu agamamu, bagiku agamaku". dipahami sebagai ayat toleransi antar umat beragama. Toleransi bukan dengan kebersamaan dalam satu ibadah tetapi diimplentasikan dengan saling menghormati dan saling memberikan kebebasan kepada yang berbeda keyakinan dan berbeda dalam beribadah. Sejak 14 abad yang lalu Nabi Muhammad swt. telah mencontohkan tentang prinsip dasar fondasi toleransi antar umat beragama. Surat al-kafirun telah menjadi contoh dari Nabi Muhammad saw. bagaimana bersikap tegas dengan orang kafir dalam hal akidah tetapi bersosialisasi dengan baik kepada mereka., Hal ini tentunya masih relevan jika diterapkan di zaman sekarang. Tentu saja diiringi dengan kontekstualisasi yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. 6 Oleh sebab itu manusia perlu membangun moderasi dengan sikap toleransi terhadap berbagai macam perbedaan yang sudah menjadi fakta sosiologis tak terbantahkan tersebut, jika tidak maka manusia terperosok ke sifat sombong dan sombong merupakan hal yang menjadikan Iblis dikutuk oleh Allah swt

22 5 Rainer Forst dalam Toleration and democracy menyebutkan, dua cara pandang tentang toleransi, yaitu konsepsi yang dilandasi pada otoritas negara (permission conception) dan konsepsi yang dilandasi pada kultur dan kehendak untuk membangun pengertian dan penghormatan terhadap yang lain (respect conception) 7. Forst sendiri menekankan kepada membangun saling pengertian dan saling menghargai ditengah keragaman suku, agama, ras, golongan dan bahasa. Maskuri Abdillah memberikan penjelasan tentang konsep toleransi. Menurutnya ada dua macam penafsiran tentang konsep toleransi, yakni Pertama penafsiran negatif (negatif interpretation of tolerance) menyatakan bahwa toleransi itu hanya mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orang/kelompok lain. Dan kedua penafsiran positif (positive intrepretation of tolerancei). menyatakan bahwa toleransi membutuhkan adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang/kelompok lain 8. Masykuri mensyaratkan toleransi yang kedua ini harus pada posisi objek dari toleransi tidak tercela secara moral. Pada toleransi yang pertama lebih dikenal dengan istilah toleransi pasif dan pada model yang kedua dikenal dengan istilah toleransi aktif. Setara Institute membedakan antara intoleransi aktif dan intoleransi pasif. Intoleransi pasif adalah residu dari keyakinan seseorang bahwa agamanya adalah satu-satunya agama yang benar. Intoleransi dan diskriminasi mengacu pada segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan atau preferensi atas dasar agama atau keyakinan yang berakibat pada pembatalan atau berkurangnya pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan hak hak dasar yang berdasarkan pada asas kesetaraan. Namun demikian, karena adanya dinamika interaksi sosial, individu harus menerima perbedaan dan mencoba untuk beradaptasi. Di sisi lain, intoleransi aktif bukan hanya meyakini bahwa agamanya adalah satu satunya agama yang benar, tetapi juga memiliki kecenderungan untuk melihat mereka yang berbeda agama atau bahkan yang berbeda interpretasi dalam agama yang sama sebagai sesat dan menyimpang. Sebuah perbedaan nyata antara dua bentuk intoleransi terletak pada bagaimana seseorang berperilaku dan bertindak. Mereka yang berada dalam kategori intoleransi aktif tidak hanya mengungkapkannya secara lisan tetapi juga melalui tindakan 9. Sementara itu, intoleransi keagamaan (religious intolerance) merupakan sebuah pengertian yang luas, mencakup prasangka negatif bermotif keyakinan, afiliasi atau praktek keagamaan tertentu, baik terhadap individu maupun kelompok. Prasangka negatif ini memberi jalan 7 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta, Kompas, 2010), 4. 8 Masykuri Abdilla, Pluralisme dan Toleransi, dalam dalam Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, editor Nur Ahmad, (Jakarta, Kompas,2001), Laporan penelitian Infid, Kebebasan Beragama di Indonesia

23 6 untuk sewaktu-waktu menjelma dalam aksi intimidasi atau kekerasan bermotif pengabaian 10. Lebih tegas lagi mengenai sikap toleransi dijelaskan oleh Nurcholis Madjid atau yang lebih dikenal dengan Cak Nur. Beliau mengenalkan kepada bangsa ini dengan istilah Teologi Inklusif sebagai modal melakukan interaksi sosial masyarakat majemuk. Cak Nur memberi tempat yang tinggi terhadap pluralisme dan kebhinekaan. Menurut Cak Nur, pluralitas dan kemajemukan adalah kehendak Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Hujjrat: 13. Dasar pandangan Cak Nur terhadap pluralisme sebenarnya berpijak pada semangat humanisme dan universalitas Islam. Sebab Islam adalah agama kemanusiaan (fitrah) yang mewujudkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), dan tidak semata-mata untuk menguntungkan komunitas Islam saja. Karena sifatnya yang cendrung kepada kemanusiaan, menurut Cak Nur menyebabkan Islam memiliki sifat inklusif yaitu sikap terbuka yang menolak eksklusifisme dan absolutisme, dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kemajemukan atau pluralisme 11. Namun demikian ada tanggapan atau pandangan pesimistis terhadap persoalan toleransi yang dikelola negara. Dimana negara dianggap faktor determinan dengan membuat peraturan terkait kehidupan toleransi dan kerukunan warga masyarakat, dalam mewujudkan kehidupan yang toleran. Pandangan pesimistis ini berdasarkan kepada negara sendiri terdiri atas pelbagai entitas yang memahami demokrasi sebagai hegemoni mayoritas atas minoritas. Atau sebaliknya, hegemoni minoritas atas mayoritas yang sering terjadi pemerintahan diktator. Hegemoni mayoritas ini menyebabkan penegakkan prinsip kesetaraan dan keadilan terabaikan. Inilah yang dimaksudkan oleh Richard H. Dees toleransi memiliki potensi sebagai penguatan dalam masyarakat plural. Dimana toleransi dianggap sebagai modus vivendi, yaitu kesepakatan bersama yang dituangkan dalam sebuah perjanjian atau persetujuan formal 12. Toleransi model modus vivendi membutuhkan pemerintahan yang kuat dan memiliki kemauan untuk mengelola masyarakat pluranya atau masyarakat yang majemuk menuju sebuah masyarakat yang multikultur. Model toleransi modus vivendi adalah model top down yang memiliki kelemahan dimana kepentingan kelompok masyarakat tidak terwakili secara aktif. Justru yang harus dilakukan adalah bagaimana memposisikan sikap toleransi bukan atas dasar modus vivendi karena keinginan penguasa, namun menempatkan toleransi sebagai bagian dari kesepakatan bersama yang terus 10 Wahid Institute laporan KBB tahun 2014 hal Ruslani, Cak Nur, Islam, Dan Pluralisme, dalam Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, editor Nur Ahmad, (Jakarta, Kompas,2001), Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta, Kompas, 2010), 4-5.

24 7 berproses berdasarkan kebutuhan dimana masyarakat tersebut berada dan berbasis kearifan lokal. Abdurahman Wahid. Mantan ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini adalah orang yang dikenal sangat menjunjung tinggi terhadap penghargaan keberagaman agama, pikiran, suku atau pun golongan. Sikap pembelaannya terhadap minoritas sebagai implementasi pemikiran dan pendiriannya dalam menjunjung tinggi pluralisme dan nilai-nilai Islam universale, KH Abdurahman Wahid sering tergambar baik dalam esai-esainya atau aksi langsung membela ketertindasan kaum minoritas. Kumpulan esai-esainya terkait toleransi, pemahaman ajaran agama yang inklusif, HAM, kekerasan, terorisme, sosial budaya, ekonomi dan berbagai aspek kehidupan lainnya tersebar dalam berbagai media masa. Pembaca pun bisa menikmati esai-esai cerdas KH Abdurahman Wahid dalam buku Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi dengan pengantarnya Syafii Anwar tokoh Muhammadiyah. Judul buku tersebut sebenarnya diambil dari salah satu esainya yang berjudul sama. Dalam esainya tersebut KH Abdurahman Wahid yang juga Presiden ke empat RI ini menjelaskan dalam berbeda pandangan, orang sering memaksakan kehendak dan menganggap pandangannya sebagai satu-satunya kebenaran, dan karenanya ingin dipaksakan kepada orang lain. Pendapatnya tersebut menunjukkan pentingnya sikap toleransi terhadap pandangan yang berbeda 13. Pandangan toleransi menjadi penting untuk ditanamkan sejak dini kepada anak didik atau peserta didik. Secara implisit maupun eksplisit nilainilai toleransi memang sudah ada dalam kurikulum pendidikan kita. Namun hal tersebut tidak secara tegas di ajarkan. Hanya pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PAI) serta Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saja materi toleransi jelas eksplisit ada. Sementara pada mata pelajaran lain, nilai toleransi hanya ada pada praktek pengajaran di kelas saja. Selain itu nilai-nilai toleransi yang ada dalam kurikulum hanya berhubungan dengan model toleransi pasif tidak mendorong pada toleransi aktif. Sejalan dengan fungsi manusia di dunia maka damai mulai terkoyak terlebih godaan iblis yang kena laknat Allah swt. karena tidak mau tunduk dan patuh pada perintah-nya. Tipu daya, fitnah, dendam, kesumat, serakah, penghancuran, pembunuhan, perampasan hak asasi, penindasan, seakan suatu kehalalan yang lumrah. Fanatisme internal dalam perbedaan seringkali menyebabkan manusia menutup kebenaran yang lain sehingga pembenaran suatu pelanggaran jadi jalan pencapaian hasrat dan tujuannya, tidak ada tempat hak asasi untuk yang lain. Intoleransi, teror, penyerangan, penghancuran, pemusnahan, pembunuhan merupakan ciri khas gerakan manusia yang menutup keragaman keyakinan dan kebenaran. 2006), Abdurahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta, Wahid Institute,

25 Fanatisme internal dalam perbedaan telah menghiasi sejarah kehidupan manusia sejalan dengan silih bergantinya peradaban, jatuh bangunnya hak dan bathil tertoreh jelas di sana. Mulai dari peristiwa putra Nabi Adam AS. Khabil dan Qabil, muncul tenggalamnya dinasti, kekaisaran, kerajaan, negara bahkan tawuran antar geng/kelompok atau putusnya silaturrahmi dan pecahnya keutuhan sebuah rumah tangga. Semuanya menghancurkan kedamaian. Lawan kata dari damai adalah konflik kekerasan. Harus jelas dibedakan antara konflik dan konflik kekerasan. Konflik adalah suatu keniscayaan yang melekat pada suatu masyarakat yang terdiri dari banyak individu yang memiliki keinginan, kehendak dan kepentingan. Konflik ini diperlukan sebagai dinamika bagi tumbuh berkembangnya suatu komunitas menuju arah yang lebih baik. Sementara konflik kekerasan adalah ketika berbagai keinginan, kehendak dan kepentingan tersebut berusaha dicapai atau dipertahankan dengan cara-cara yang merusak, baik merusak secara fisik, psikis maupun lingkungan. Menciptakan suasana damai dan budaya perdamaian dalam suatu komunitas adalah salah satu bagian dari pendidikan pengurangan resiko bencana. Pada tahun 1989 pasca perang dunia ke-2 dalam sebuah konferensi Internasional di kota Pantai Gading (Côte d Ivoire), konsep dan gerakan Budaya Damai (culture of peace) pertama kali diperkenalkan Congress on Peace in the Minds of Men,. Pertemuan tersebut merekomendasikan agar UNESCO sebagai badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengembangkan budaya damai berdasarkan nilai-nilai universal, seperti: respect for life (menghormati hak hidup), liberty (kebebasan), justice (keadilan), solidarity (solidaritas), tolerance (toleransi), human rights (Hak asasi manusia) and equality between men and women (kesetaraan pria dan wanita). Momen tersebut bertepatan dengan situasi internasional yang menandai berakhirnya perang dingin dan runtuhnya tembok Berlin di Jerman. Pada tahun 1992 UNESCO s Executive Board Menindaklanjuti pertemuan di Pantai Gading, dengan membentuk program khusus untuk Budaya Damai sebagai bagian dari program perdamaian PBB (United Nations peacekeeping efforts). Pada tahun 1994, diselenggarakan International Forum on the Culture of Peace yang pertama, di San Salvador (El Salvador). Dilanjutkan pada tahun 1995, UNESCO memperkenalkan konsep Culture of Peace dalam program strategis jangka menengah ( ). Dan sepanjang kurun waktu tersebut ( ), PBB telah mensponsori serangkaian kegiatan tentang Culture of Peace, dengan melibatkan berbagai LSM, organisasi sosial, media, pers, pemimpin agama, di berbagai negara. Pada tahun 1997, PBB menetapkan tahun 1997 sebagai tahun Internasional untuk Budaya Damai. Pada tahun 1998, sebagai puncaknya PBB mencanangkan tahun sebagai dekade Internasional untuk Budaya Damai dan Anti Kekerasan ( International Decade for a Culture of Peace and Non-Violence for the Children of the World ). 8

26 Pada tahun 1999, PBB mengadopsi deklarasi dan program aksi tentang Budaya damai yang meliputi 8 aspek, yakni: 1. Memelihara Budaya Damai melaui pendidikan untuk semua (Fostering a culture of peace through education by promoting education for all); 2. Mempromosikan pembangunan sosial-ekonomi berkelanjutan dengan sasaran mengurangi kemiskianan (Promoting sustainable economic and social development by targeting the eradication of poverty); 3. Mempromosikan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia (Promoting respect for all human rights); 4. Menjamin persamaan hak perempuan dan laki-laki, termasuk dalam aspek ekonomi (Ensuring equality between women and men by integrating a gender perspective and promoting equality in economic); 5. Memelihara demokrasi partisipatif dengan mengajarkan tanggungjawab warga negara (Fostering democratic participation by educating responsible citizens); 6. Meningkatkan pemahaman terhadap toleransi dan solidaritas melalui dialog antar peradaban (Advancing understanding, tolerance and solidarity by promoting a dialogue among civilizations); 7. Mendukung komunikasi aktif kebebasan informasi dan pengetahuan bagi seluruh pihak (Supporting participatory communication and the free flow of information and knowledge); 8. Mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan keamanan internasional (Promoting international peace and security). Lawan kata toleransi adalah intoleransi atau tidak toleran. Pengertian intoleransi adalah sikap-sikap yang tidak menghargai pendirian pihak lain yang berbeda. Sikap intoleransi dapat mengarah pada prilaku kekerasan baik fisik maupun non fisik yang tidak mengenal belas kasihan, seperti melakukan vandalisme, pelecehan, diskriminasi, intimidasi, pengrusakan, penyerangan, pengusiran, dan pembunuhan. Kehidupan yang damai bukan hanya tuntutan sosiologis dan psikologis, tapi juga merupakan tuntutan religius dalam semua ajaran agama. Ajaran damai adalah ajaran yang bersifat universal karena terdapat dalam setiap agama dan semua peradaban. Setiap pemeluk agama dan semua manusia terkait imperatif moral dan sosial untuk selalu menciptakan budaya damai dalam kehidupannya. Kehidupan dan budaya yang penuh kedamian bukan semata konsep, tetapi membutuhkan praktek secara bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Sikapsikap intoleransi secara teoritik dapat menjadi salah satu faktor yang dapat melahirkan konflik keagamaan. Konflik keagamaan adalah tindak kekerasan fisik atau non fisik yang melibatkan dua kelompok penganut faham keagamaan yang berbeda, dengan melibatkan simbol-simbol keagamaan. Simbol-simbol keagamaan ini dapat bersifat fisik seperti tempat ibadah, kitab suci, pakaian khas kelompok agama, atau identitas kelompok agama lain. Simbol-simbol keagamaan yang 9

27 10 non fisik seperti pernyataan-pernyataan penganut agama, lagu-lagu atau yel-yel yang khas bermakna agama Akhir-akhir ini, kita mendapat banyak sajian peristiwa kekerasan yang marak terjadi. Kekerasan yang cendrung meningkat dari tahun ke tahun baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kesadisan. Kekerasan yang terjadi tersebut dilatar belakangi oleh banyak hal. Mulai dari perbedaan politik, ekonomi, budaya, etnis, perbedaan faham agama, atau hanya sekedar solidaritas kelompok. Yang pasti kekerasan yang terjadi tersebut mengakibatkan kerugian dan kerusakan yang besar. Baik fisik, psikologis, harta-benda maupun nyawa 14. Ada banyak analisis dari para pakar tentang akar masalah dari peristiwa kekerasan tersebut. Salah satunya adalah disebabkan menipisnya rasa toleran antar sesama anggota masyarakat. Sekelompok masyarakat atau individu memiliki pandangan yang berbeda dan menganggap benar pandangannya, dan memandang salah apa yang menjadi pandangan orang lain atau kelompok lain yang tidak sepaham atau tidak sejalan. Anggapan salah terhadap pandangan orang lain tersebut kemudian dimanifestasikan dalam bentuk penolakan. Bentuk penolakan terhadap kelompok yang berbeda tersebut kadang dilakukan dengan cara-cara yang tidak demokratis bahkan menjurus anarkis. Hal inilah yang kemudian menimbulkan konflik horizontal dikalangan masyarakat sendiri. Salah satu tempat yang strategis untuk rekayasa atau intervensi budaya damai (culture of peace) dan budaya toleransi adalah lingkungan sekolah, karena sekolah adalah miniatur masyarakat yang sesungguhnya, akan tetapi sampai akhir ini sekolah seringkali justru menjadi tempat intoleransi yang berbalut kebaikan dan kebenaran. Belum lagi masih banyak sekolah tidak mampu mengendalikan fenomena yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan berupa tindakan kekerasan, tawuran, vandalisme, bullying, dll. Fenomena kekerasan dalam dunia pendidikan yang memprihatinkan itu tentu bukan gejala yang lahir dengan sendirinya. Bisa jadi kekerasan itu berakar pada banyak faktor seperti muatan kurikulum yang hanya mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan bahkan mungkin berakar pada paradiga pendidikan yang melihat anak didik sebagai obyek rekayasa sosial, dan tidak menempatkannya sebagai proses humanisasi. Faktor lain yang memungkinkan lahirnya kekerasan dalam pendidikan adalah lingkungan sosial yang diwarnai dengan berbagai konflik, bahkan seringkali masalah sosial berbanding terbalik dengan muatan pendidikan yang disampaikan di sekolah, sekolah berjibaku sendiri menerapkan norma-norma kebaikan dan kedamaian tetapi milieu masyarakat dengan berbagai argumen banyak melanggar dan itu dipertontonkan secara terbuka. Belakangan ini diberitakan banyak pernyataan dunia pendidikan yang terpapar paham radikalisme dan intoleran, tentunya menjadi perhatian banyak 14 Baca laporan KBB Wahid Institute atau Setara Institute atau lembaga yang concern terhadap kehidupan beragama.

28 11 pihak dan perlu pencegahan dalam segala lini untuk masuknya paham tersebut ke dalam dunia pendidikan. Selain itu kita bisa melihat pelaku teroris dan bom bunuh diri didominasi oleh remaja yang kisaran tahun bahkan di Surabaya dilakukan oleh satu keluarga dan melibatkan anak usia sekolah. Beberapa penelitian telah menemukan beberapa data keterpaparan sekolah oleh radikalisme dan intoleran, Tahun 2011 penelitian puslibang Pendidikan agama dan keagamaan badan litbang dan diklat Kementerian Agama Republik Indonesia menemukan potensi intoleransi keagamaan peserta didik sekolah di Jawa dan Sulawesi. Lokasi peneltian di 12 propinsi, yang mencakup 133 kabupaten/kota, dengan jumlah resonden 804 perserta didik 201 SMA, MA, dan SMK, negeri dan swasta temua penelitian yang menggambarkan minat peserta didik terhadap Pendidikan agama dan potensi intoleransi keagamaan peserta didik yang berkembang di sekolah dan madarasah menunjukkan sangat tinggi. Dan para pendidikpun masih menyampaikan Pendidikan agama dengan menarik Sebagian kecil peserta didik kurang berminat mempelajri agama. Mereka mengatakan metode mangajar pendidik agama tidak menarik atau membosankan. Mayoritas peserta didik di sekolah memiliki pandangan keagamaan yang toleran. Fakta ini menunjukkan bahwa pendidik agama mampu mengajarkan Pendidikan agama sesuai dengan standar nasional Pendidikan. Hanya saja terdapat Sebagian peserta didik yang memiliki optensi intoleransi keagamaan. Di antara indikasinya adalah mereka memberikan dukungan pada kelompokkelompok yang berprilaku diskriminatif tidak memberikan penghargaan, tidak mengendaki eksistensi pihak lain yang memiliki paham atau aliran keagamaan berbeda. Hasil Angket Direktorat Pendidikan Agama Islam terhadap pengurus Rohis SMA dan SMK Jawa dan Sulawesi telah menunjukkan adanya indikasi berkembangnya potensi sikap intoleransi di sekolah, meskipun diketahui bahwa potensi toleransi peserta didik sekolah masih cukup tinggi. 15 Tetapi dengan adanya persentasi lain meski kecil menandakan ada satu kekhawatiran tersendiri yang perlu diwaspadai dan diambil Tindakan pencegahan. Dari angket tersebut terlihat 15 Table hasil angket yang di edarkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam pada acara pembinaan Rohis SMA/SMK yang mewakili pulau Jawa, dan Sumatra, pada bulan Nopember 2011 di Jakarta

29 12 Tabel 1.1. Data hasil angket Direktorat Pendidikan Agama Islam 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Hasil angket Direktorat Pendidikan Agama Islam terhadap pengurus Rohis SMA dan SMK di Jawa dan Sulawesi 90 % Pengurus Rohis SMA/SMK bersedia berteman dengan orang yang berbeda agama di sekolah 85 % Bersedia bertetangga dengan orang yang berbeda agama 88 % Tidak bersedia untuk merusak gereja yang sudah memiliki izin pendirian 60 % Tidak bersedia untuk merusak gereja tidak memiliki izin pendirian 63 % Setuju pendirian rumah ibadah yang lain didirikan di lingkungan rumah tempat tinggalnya Bersedia Tidak Bersedia Tahun 2015 survei Setara Institute for Democracy and Peace (SIDP) yang menunjukkan peserta didik SMA Negeri yang tidak sesuai dengan nilainilai nasionalis. "Sikap tersebut antara lain 8,5 persen setuju dasar negara diganti dengan agama, dan 7,2 persen setuju (eksistensi) gerakan ISIS." Tahun 2016 sekitar bulan Juli-September Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (Puslitjakdikbud), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Melakukan Penelitian metode studi kasus dengan responden kalangan peserta didik SMA/sederajat, guru, dan kepala sekolah di dua SMA negeri dan dua SMA swasta Salatiga, Jawa Tengah dan Singkawang, Kalimantan Barat. Studi itu dilakukan antara lain menunjukkan adanya benih-benih intoleransi di lingkungan sekolah. Pemerintah berusaha menekan praktik intoleransi tersebut Benih-benih intoleransi itu terpotret dari masih adanya peserta didik maupun guru yang menganggap bahwa;

30 13 1. ketua OSIS seharusnya berasal dari kalangan beragama mayoritas; 2. pemimpin harus yang seagama, memilih teman yang seagama atau pun satu etnis; 3. masih ada yang memilih tidak mengucapkan selamat hari raya kepada orang yang beda agama. Meski demikian, hasil penelitian menunjukkan mayoritas lingkungan pendidikan di kedua wilayah multikultur yang diteliti itu cukup toleran terhadap perbedaan. Sebab, yang tak setuju kalau faktor agama penting dalam memilih pemimpin maupun pergaulan, angkanya relatif tinggi. Wahid Foundation tahun 2016 telah mengadakan survey kepada kalangan aktifis Rohani Islam (Rohis), Adapun hasilnya ialah: Tabel 1.2. Hasil Survey Wahid Foundation terhadap aktifis Rohis SMA Survey Wahid Foundation tahun 2016 terhadap aktivis Rohis SMA tentang keinginan berjihad ke Suriah % Aktifis Rohis di SMA ingin berjihad ke Suriah 14 % Aktifis Rohis di SMA tidak ingin berjihad ke Suriah Sebagai catatan penting dari survey Wahid Foundation tersebut adalah para aktifis Rohis SMA tersebut adalah mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dari hasil persentsi hasil survey diasumsikan 7 dari 10 aktifis Rohis ingin berjihad ke Suriah. Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip Semarang juga pada September-Oktober 2017 melakukan penelitian di Kota Semarang yang hasilnya Kota Semarang benar-benar darurat terhadap tumbuhnya sikap-sikap intoleransi dan menjadi tempat penyemai semangat menegakkan jihad negara Islam atau khilafah. Respondennya adalah para guru agama Islam yang sebagian besar menjadi Pembina organisasi kerokhanian Islam (Rokhis) dari 127 SMA Negeri dan Swasta, SMK Negeri dan Swasta serta Madrasah Aliyah (MA) Negeri dan Swasta, Sikap keagamaan Guru Agama Islam SMA/sederajat memiliki pengaruh terhadap sikap keagamaan peserta didik yang diajarnya terlebih

31 14 ketika mayoritas dari guru tersebut merupakan pembina organisasi kepeserta didikan Islam (Rohis) di sekolah masing-masing. Sebagaimana kondisi sosiologis guru Agama Islam SMA/sederajat di Kota Semarang dimana mayoritas 95,7 persen memiliki teman yang berasal dari kalangan non Muslim maka kondisi tersebut mencerminkan bahwa guru Agama Islam hidup ditengah perbedaan agama. Hasil penelitian Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip Semarang menunjukkan bahwa: Tabel 1.3. Hasil penelitian FISIP Undip Semarang terhadap Guru Agama SMA/sederajat % % % 60.00% 40.00% % 0.00% ,8 % Bersedia bekerjasama dengan non muslim ,7 % Guru Agama menganggap konsep Khilapah atau Negara Islam tepat di terapkan di Indonesia Pemimpin publik di pemerintahan (presiden, gubernur, bupati dan wali kota) dari kalangan non muslim Mayoritas Guru Agama Islam di MA, SMA dan SMK menganggap Pancasila satu2nya Indiologi yang tepat di Indonesia Bersedia/Sangat Tepat/Setuju/Tepat Tidak Bersedia/Tepat Saja/Tidak Setuju/Tidak Tepat Linear (Bersedia/Sangat Tepat/Setuju/Tepat) Tahun 2018 PPIM Survei yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta terhadap guru muslim TK hingga SMA di Indonesia menunjukkan: 1. lebih dari separuh atau 56,9 persen beropini intoleran (tidak tenggang rasa) terhadap pemeluk agama selain Islam. 2. Sebagian di antaranya setuju dengan pendirian negara Islam. "56,9 persen 3. 6,03 persen sangat intoleran 4. 50,87 persen intoleran, guru-guru kita secara nasional baik dari RA/TK hingga MA/SMA itu memiliki opini intoleran,"

32 15 Alvara Research Center bersama Mata Air Foundation melakukan survei mengenai sikap dan pandangan pelajar serta mahapeserta didik tentang radikalisasi agama, khilafah, jihad, dan negara Islam di Indonesia. Riset dilakukan kepada mahapeserta didik dan pelajar pada periode 1 September hingga 10 Oktober Hasilnya ialah: Tabel 1.4. Hasil survei alvara Research Center terhadap Mahasiswa dan Pelajar 40.00% Survei mengenai sikap serta pandangan Mahasiswa dan Pelajar tentang radikalisasi agama, khilafah, dan negara Islam di Indonesia 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Setuju dengan Negara Islam Tidak memilih Pancasila sebagai idiologi yang tepat di Indonesia Sepakat dengan Khilafah sebagai bentuk Negara Siap berjihad demi tegaknya Khilafah Mahasiswa Pelajar Hasil survei Alvara itu memperkuat survei Setara Institute yang dilakukan terhadap peserta didik SMA negeri di Bandung dan Jakarta pada Mei Hasil survei menunjukkan bahwa:

33 16 Tabel 1.5. Hasil Survei Setara Institute Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Bandung dan Jakarta Hasil survei Setara Institute terhadap siswa SMA Negeri di Bandung dan Jakarta pada bulan Mei 2017 tentang Intolerani Pelajar 8,5% Setuju dasar negara diganti dengan Agama 9,8% Mendukung gerakan Negara Islam Suriah (IS) 35,7% Bersikap intoleran pasif 2,4% Intoleran aktif radikal 0,3% Berpotensi mendukung aksi teror Lembaga Survei Indonesia mengadakan survei pada periode 8-17 September 2019 tentang Intoleransi Keagamaan di Indonesia. 1. Pesan tentang toleransi; mayoritas warga tidak pernah melihat/mendengar pesan ajakan menghormati kelompok agama/etnis minoritas 62,1 %, Sekitar 36,4 % pernah dengan intensitas berevariasi. Di antara yang pernah, paling banyak mengaku melihat/mendenga di televisi, kemudian masjid, media sosial dan lingkungan tempat tinggal Proporsi Muslim yang memiliki skor>75 (sanat tidak toleran terhadap nonmuslim) sebanyak 30,3%, rata-rata skor intoleransi 54,6% atau masuk kategori tidak toleran. Catatan Intoleransi muslim terhadap non-muslim merupakan gabungan dari Indeks Intoleransi Religio Kultural dan Indeks Intoleransi Politik. 17 Radikalisme dan intoleran bisa dibendung oleh rekayasa budaya dalam hal ini intervensi budaya damai di sekolah, karena sekolah merupakan miniatur masyarakat. Temuan keterpaparan radikalisme dan intoleran menjadi konsen peneliti untuk mengembangkan intervensi budaya damai di sekolah melalui Pendidikan Agama Islam. 16 Lembaga Survei Indonesia, Temuan Survei tentang Intoleransi Keagamaan di Indonesia, Rilis Survei Intoleransi Nov-Des 2019, h Lembaga Survei Indonesia... h.20

34 17 Penyadaran dan pengenalan keberagaman harus dilakukan sejak dini, menghadirkan perbedaan dalam setiap kesempatan menjadi hal yang baik terutama di lingkungan sekolah, budaya toleransi, menghargai yang berbeda juga perlu dibiasakan dan diperkenalkan dengan cara internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Dinamika keberagaman menjadi ancaman tersendiri dalam keutuhan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia. b. Kesatuan dan persatuan bangsa dan negara bisa dilakukan melalui pemahaman masyarakat akan moderasi c. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai yang universal. d. Sekolah adalah miniature masyarakat dan tempat yang strategis untuk membangun moderasi dengan cara internalisasi nilai-nilai agama di sekolah. 2. Pembatasan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam tesis ini, dibatasi pada aspek internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. 3. Rumusan Masalah Merujuk kepada identifikasi dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam tesis ini adalah bagaimana strategi internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum ditujukan untuk mengetahui sikap toleransi dikalangan pendidik dan peserta didik. Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.yaitu strategi internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Tujuan terapan secara konsep sebagai referensi bagi sekolah dalam memaksimalkan peran pendidikan Agama dalam mengembangkan sikap toleransi dan mencegah ideologi kebencian 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalah di atas, penelitian ini secara akademis penting dilakukan untuk melihat dan mengungkap hal-hal sebagai berikut: a. Peran Pendidikan dalam menyemai nilai-nilai toleransi dan mencegah intoleransi (ideologi kebencian) dilihat dari peran guru, kurikulum.kegiatan eskstrkurikuler dan pembiasaan. b. Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama

35 18 Sementara dilihat dari kegunaannya, penelitian ini berguna untuk: 1). Melihat potensi Pendidikan sebagai penyemai nilai-nilai toleransi, 2). Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama D. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. Imam Tholkhah Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Jl. MH Thamrin No. 06 Jakarta Pusat Potensi Intoleransi Keagamaan Peserta didik Sekolah Di Jawa Dan Sulawesi Tulisan ini merupakan temuan penelitian yang menggambarkan minat peserta didik terhadap pendidikan agama dan potensi intoleransi keagamaan peserta didik yang berkembang di sekolah dan madrasah. Temuan itu merunjukkan bahwa minat peserta didik terhadap pendidikan agama sangat tinggi. Dan para gurupun msih menyampaikan pendidikan agama dengan menarik Sebagian kecil peserta didik kurang berminat mempelajari agama. Mereka mengatakan metode mengajar guru agama tidak menarik atau membosankan. Mayoritas peserta didik di sekolah memiliki pandangan keagamaan yang toleran. Fakta ini menunjukkan bahwa guru agama mampu mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan standar nasional pendidikan. Hanya saja terdapat sebagian peserta didik yang memiliki potensi intoleransi keagamaan. Di antara indikasinya adalah mereka memberikan dukungan pada kelompokkelompok yang berprilaku diskriminatif, tidak memberikan penghargaan, tidak menghendaki eksistensi pihak lain yang memiliki paham atau aliran keagamaan berbeda. Meskipun jumlah peserta didik yang intoleran minoritas di sekolah, pertumbuhan potensi intoleransi ini perlu dicegah, agar tidak berkembang luas. Kalau potensi ini dibiarkan berkembang, maka lama kelamaan dapat menjadi sumber konflik keagamaan yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Di antara cara mencegahnya adalah melalui pengembangan wawasan multikultural dan pengembangan budaya toleransi di sekolah dan madrasah. 2. Hayadin Peneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI. Jl. MH Thamrin no. 6, Jakarta Pusat. Membangun Budaya Damai Berbasis Pendidikan Agama Di Sekolah Lembaga pendidikan dan pelatihan, sibuk melakukan konseling, terapi dan penanganan trauma kepada anak-anak di daerah pasca konflik. Ikhtiar maksimal diletakan pada sektor pendidikan untuk melokalisir kurun waktu konflik, tidak berkepanjangan dan turun pada generasi berikut. Pendidikan harus memutuskan mata-rantai dendam dan rasa kebencian antar

36 19 kelompok konflik, sehingga tidak terwariskan kepada anak didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia. Pendidikan agama di sekolah merupakan salah satu instrumen negara dalam membangun paham keagamaan (terutama dan minimal kepada anak didik usia sekolah) yang selaras dengan cita-cita dan tujuan negara. Pendidikan agama di sekolah harus memenuhi fungsi minimalnya, yakni menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Dan dalam konteks itu maka guru agama merupakan agen negara dalam membangun budaya damai melalui pendidikan agama. Untuk menjalani peran tersebut GPA mesti memiliki wawasan dan pengetahuan multikulturalism, disamping memahami secara dalam hakikat dan inti dari ajaran agama yang dianut dan diajarkan kepada peserta didik. Guru sebagai tuan (rumah) di sekolah yang bertugas mengelolah nilai-nilai kebudayaan dan iklim sekolah baik melalui pembelajaran di kelas ataupun pembelajaran di luar kelas, memiliki peran utama untuk mengarahkan perilaku anak sekolah lebih cenderung meresapi dan mengamalkan budaya damai, persahabatan dan pertemanan dalam merespon perbedaan yang ada di antara peserta didik. Iklim sekolah yang dibentuk oleh faktor-faktor seperti: norma dan aturan sekolah, bentuk hubungan antar aktor seperti peserta didik, guru, staf dan pimpinan sekolah, serta relasi dengan aktor-aktor dan faktor di luar sekolah, sangat berpengaruh terhadap prestasi dan sikap peserta didik, bahkan terhadap sikap dan motivasi guru dalam mengajar. Banyak laporan riset baik berbentuk skripsi, tesis, ataupun disertasi yang menerangkan hubungan antara persepsi anak terhadap iklim sekolah dengan motivasi belajar atau terhadap prestasi belajar. Tabel 1.6. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Perbedaan Persamaan 1. Imam Tholkhah Internalisasi Peneliti nilai-nilai Puslitbang agama Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Fokus penelitian mengidentifikasi Potensi Intoleransi Keagamaan Peserta didik Sekolah Di Jawa Dan Sulawesi Di antara cara mencegahnya adalah melalui pengembangan wawasan multikultural dan pengembangan budaya toleransi di sekolah dan madrasah di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama, memutus mata rantai dendam, kebencian antar kelompok

37 20 2. Hayadin Peneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI Fokus penelitian mengindentifikasi peran utama pendidikan agama di sekolah dalam mengarahkan perilaku anak sekolah lebih cenderung meresapi dan mengamalkan budaya damai, persahabatan dan pertemanan dalam merespon perbedaan yang ada di antara peserta didik. Pendidikan agama di sekolah harus memenuhi fungsi minimalnya, yakni menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama, harus memutuskan mata-rantai dendam dan rasa kebencian antar kelompok konflik, sehingga tidak terwariskan kepada anak didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia E. Sistematika Penulisan Bab pertama, Pendahuluan; bab ini meliputi: latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan, metodologi penelitian, dan terakhir dilengkapi dengan sistematika penulisan, Bab ini sangat penting dikemukakan karena menggambarkan mengapa penelitian ini dianggap perlu untuk dilaksanakan. Bab dua tentang kajian teori, dibagi menjadi 5 bahasan A. Tentang Moderasi Beragama; 1 menjelaskan dari pengertian moderasi beragama, 2 Landasan idiologi moderasi beragama, 3 Kajian teori moderasi beragama, 4 Moderasi beragama dilihat dari berbagai aspek, 5 Prinsip-prinsip moderasi beragama, 6. Nilai-nilai moderasi beragama, B. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah, 1. Program Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama di sekolah, 2 Strategi serta Teknik internalisasi dan implementasi nilai-nilai moderasi beragama di sekolah. Bab tiga menjelaskan tentang metodologi penelitian meliputi tentang A. Pendekatan danjenis Penelitian, B. Sumber Data Penelitian, C. Lokasi Penelitian, D. Subyek Peneltian dan Informan Penelitian, E. Kehadiran Penelitian, F. Teknik Pengumpulan Data, G. Teknik Analisa Data, H. Keabsahan Data atau Validasi Data. Bab empat menjelaskan tentang paparan data dan temuan penelitian. Pada bab ini akan membahas tentang A. Deskripsi objek penelitian, menjelaskan tentang internalisasi nilai-nilai moderasi beragama di sekolah melalui kuriklum dan pembelajaran. Membahas A. Kurikulum dan B. Pembelajaran, C. internalisasi nilai-nilai modersi beragama di sekolah melalui

38 intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan pembiasaan, selanjutnya tentang analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Bab lima merupakan bab terakhir membahas tentang kesimpulan berupa implikasi dan rekomendasi dari hasil penelitian 21

39 BAB II KAJIAN TEORI A. Moderasi Beragama Modal dasar dari moderasi adalah keberagaman, keberagaman adalah maha karya Illahi yang tidak tertandingi, hidup dalam keberagaman bukan lah satu pilihan melainkan ketetapan yang harus kita jalani, menjalankan moderasi adalah seni kehidupan yang telah dipandu oleh kitab suci (al qur an dan Hadis). Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke memiliki kekayaan pulau, suku, bahasa, agama, ras, golongan dan budaya yang sangat beragam. Hal tersebut menjadi modal dasar budaya yang sangat besar. Masyarakat Indonesia adalah plural, 18 ini merupakan anugerah Allah swt. yang perlu disyukuri, Indonesia adalah miniatur dari sabda Illahi. 19 Tidak kurang dari 500 suku bangsa di Indonesia yang menjadi sumber kekayaan plural bangsa Indonesia. Keberagaman di Nusantara tersebut tentu harus dikelola dengan baik dan tepat. Bukan hanya sekedar mengelola keragaman agar saling toleran dan menghargai, namun lebih dari itu, pluralitas budaya atau keragaman suku, bahasa, agama, ras, golongan dan budaya yang ada menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana bangsa ini mampu mengelola berbagai identitas budaya yang kaya menjadi identitas nasional. Tanpa harus menafikan identitas yang khas dari masing-masing budaya. Untuk mengelola kekayaan serta keragaman budaya tersebut dibutuhkan sebuah sikap yang moderat atau seimbang atau tengah-tengah. Sikap ini wajib dimiliki oleh setiap individu dari setiap entitas budaya yang ada di Indonesia. Kesadaran akan entitas budaya yang beragaman tersebut menjadi dasar dari sikap moderat. Rujukan utama dari sikap moderat tentu saja adalah Rasulullah saw. Beliau menjadi contoh terbaik dari sikap moderat yang tetap mengusung keadilan terhadap sesama serta sikap tegas. Namun demikian, dalam konteks kekinian, sikap moderasi mendapat tantangan dari menguatnya politik identitas plural adalah plural/plu ral/a Ling jamak; lebih dari satumenurut Pranala link): 19 Q.S. Al-Hujarat: Politik identitas: adalah politis untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas merupakan rumusan lain dari politik perbedaan. Politik Identitas merupakan tidakan politis dengan upaya-upaya penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi kebijakan, penguasaan atas 22

40 23 Dalam bab ini, penulis ingin membahas kata moderasi ditinjau dari nilai, sikap, historis ideologis, prinsip moderasi dan pentingnya sikap moderat. Penulis mengkhususkan pada sikap moderasi beragama, bukan moderasi Islam. Pilihan kata ini menjadi penting untuk menunjukkan bahwa Islam itu sudah moderat yang perlu moderat itu adalah cara beragamanya, selain itu juga ada tanggungjawab universal dalam setiap agama untuk mengembangkan sikap moderatnya terhadap umat masing-masing. Islam adalah agama universal, tidak terkotak-kotak oleh label tertentu, hanya saja, cara pemahaman terhadap agama Islam itu kemudian menghasilkan pandangan yang berbeda atas ajaran Islam itu sendiri. Kelompok pertama merujuk pada pemahaman atau pandangan yang hanya di dasarkan atas teks atau kemudian dikenal dengan kelompok tekstualisliteral. Kelompok kedua didasarkan atas pemahaman atau pandangan yang tidak hanya pada teks namun memperhatikan konteks teks (baca ayat) tersebut. Pemahaman atau tafsir (tekstualis-kontekstual) terhadap sumber hukum (Al-Quran dan Al-Hadits) menjadi awal mula terjadinya perbedaan sikap keagamaan. Masing-masing kelompok tersebut kemudian mengembangkan sendiri manhaj atau metodologi hingga mendapat pengikut. Kalangan tekstualis pada tataran praksis melahirkan pemikiran-pemikiran yang didominasi pentingnya simbol agama di ruang publik. Sementara kalangan kontekstualis mengedepankan bagaimana implementasi nilai-nilai luhur dari agama bisa terwujud dalam peri kehidupan masyarakat. Pertentangan antara kelompok yang mengusung manhaj tekstualis dan kelompok kontekstualis ini melahirkan pemikiran-pemikiran ekstrim dalam memandang persoalan kehidupan sosial, agama dan politik. Pandangan ekstrim tersebut juga ditujukan kepada masyarakat seagama dan pada masyarakat yang tidak seagama. Pandangan dikotomisasi 21 kelompok tekstualis melahirkan pandangan intoleran terhadap pandangan yang berbeda. Kelompok tekstualis melahirkan pandangan ekslusivisme yaitu paradigma berfikir yang cenderung tertutup terhadap keanekaragaman Pengertian Moderasi Beragama Menurut kamus besar bahasa indonesia moderat/mo de rat/a 1 selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; 2 berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah: pandangannya cukup-, ia mau mempertimbangkan pandangan pihak lain. 23 distribusi nilai- nilai yang dipandang berharga hingga tuntutan yang paling fundamental, yakni penentuan nasib sendiri atas dasar keprimordialan. 21 Kelompok tekstualis memandang persoalan secara hitam-putih,benar-salah, menurut versinya. 22 Darlis, Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural, Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.2 Desember 2017: Pranala (link):

41 24 Kata moderasi berasal dari bahasa inggris, moderation, yang artinya adalah sikap sedang atau sikap tidak berlebihan. Jika dikatakan orang itu bersikap moderat berarti ia wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrim. Dalam kata lain adalah moderator yaitu; a. orang yang bertindak sebagai penengah (hakim, wasit, dsb.); b. pemimpin sidang (rapat atau diskusi) yang menjadi pengaruh pada acara pembicaraan atau perdiskusian masalah. 24 Moderator tidak boleh memihak, tetapi dia menguasai masalah yang dibahas, sama dengan kata wasit orang yang mengatur jalannya pertandingan, wasit sangat paham akan aturan main tetapi posisinya berada di tengah dan tidak memihak kepada salah satu. Kata wasit sudah menjadi bahasa Indonesia, merupakan kata serapan berasal dari bahasa arab diistilahkan dengan wasat atau wasatiyah: yang dalam bahasa Inggris disebut moderasi orangnya disebut wasit. Dalam bahasa arab moderasi berarti wasathiyyah, (وسطية) terambil dari kata wasatha ( (وسط yang mempunyai sekian banyak arti. 25 Wasathiyah adalah sebuah kondisi terpuji yang menjaga seseorang dari kecenderungan menuju dua sikap ekstrem; sikap berlebih-lebihan (ifrath) dan sikap muqashshir yang mengurangngurangi sesuatu yang dibatasi Allah swt. Sifat wasathiyah umat Islam adalah anugerah yang diberikan Allah swt secara khusus. Saat mereka konsisten menjalankan ajaran-ajaran Allah swt., maka saat itulah mereka menjadi umat terbaik dan terpilih. Sifat ini telah menjadikan umat Islam sebagai umat moderat; moderat dalam segala urusan, baik urusan agama atau urusan sosial di dunia. Kata wasit memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, pengantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis, dan sebagainya), 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih, dan 3) pemimpin di pertandingan. Yang jelas, menurut pakar bahasa arab, kata tersebut merupakan segala yang baik sesuai objeknya. Dalam sebuah ungkapan bahasa Arab disebutkan مجاوز االعتدال (خلذ (sebaik-baik segala sesuatu adalah yang berada di tengah-tengah. Misalnya dermawan yaitu sikap di antara kikir dan boros, pemberani yaitu sikap di antara penakut dan nekat, dan lain-lain. 26 Kata selanjutnya adalah beragama/ber a ga ma/v 1 menganut (memeluk) agama: saya~islam dan dia~kristen; 2 beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dari keluarga yang~; 3 24 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019, h Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam... h Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2012), hal. 5

42 25 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan: mereka ~ pada harta benda. 27 Jadi moderasi beragama bisa diartikan memeluk agama dengan berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Sikap sedang atau sikap tidak berlebihan (tidak ekstrim). Sikap jalan tengah bukanlah berada dalam dunia abu-abu, lemah, tidak jelas atau tidak tegas terhadap sesuatu bagaikan sikaf netral yang pasif. 28 tidak memiliki kesungguhan sebagaimana yang sering dialamatkan kepada term tersebut, Tidak juga berarti diidentikan dengan bias paradigma barat yang cenderung memperjuangkan kebebasan yang kebablasan. Tetapi sikaf tersebut justru sebuah kekuatan yang luar biasa karena dia berada di atas mercusuar yang bisa melihat segalanya dari berbagai sudut sehingga bisa memahami pandangan orang lain dengan arif dan bijakasana. Dia memiliki nilai-nilai universal seperti keadilan, persamaan, kerahmatan, keseimbangan dalam bersikaf dan bertindak. Pada tataran yang lebih rinci bentuk-bentuk keseimbangan dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai ragam pranata kehidupan beragama sebagai berikut: a. Keseimbangan teologi; b. Kesimbangan ritual keagamaan; c. Keseimbangan moralitas dan budi pekerti; d. Keseimbangan proses tasyri (pembentukan hukum). 29 Al-Qaradawi menyebut beberapa kosakata yang serupa makna dengannya termasuk katan Tawazun, I'tidal, Ta'adul dan Istiqamah. Sementara dalam bahasa inggris sebagai Islamic Moderation. Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. 30 Moderasi beragama mengarahkan manusia cerdas melihat, membaca, memahami dan memperlakukan semua sudut pandang secara adil, tidak memihak dan merugikan. Moderasi beragama menyadarkan manusia akan fungsi yang sebenarnya yaitu sebagai kholifah di muka bumi seperti firman Allah swt. dalam al qur an surat al Baqarah (2) ayat: و ا ذ ق ال ر ب ك ل ل م ل ى ك ة ا ي ن ج اع ل ف اال رض خ ل ي ف ة ق ال و ا ا ت ع ل ف ي ها م ن ي ف س د ف ي ه ا و ي س ف ك ي ن ا ع ل م ما ال ت ع ل م و ن - ٣٠ اليدم ا ء و ن ن ن س بيح ب م د ك و ن ق يدس ل ك ق ا ل ا 27 Pranala (link): 28 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019, h. xi 29 Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), hal Abd. Rauf Muhammad Amin,Prinsip Dan Fenomena Moderasi Islam Dalam Tradisihukum Islam, Jurnal "Al-Qalam" Volum'e 20 Edisi Khusus Desember

43 26 Terjemah: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji- Mu dan menyucikan nama-mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Sedangkan tugas manusia di bumi adalah untuk menghambakan diri kepada Allah swt. (ibadah), oleh sebab itu tidak ada aktifitas apapun kecuali atas perintah Allah swt. Seperti termaktub dalam al qur an Az zariyat (51) ayat : و م ا خ ل ق ت ا ل ن و اال ن س ا ال ل ي ع ب د و ن - ٥٦ Terjemah: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-ku. Melaksanakan fungsi kekholifahan manusia adalah wujud dari penghambaan diri kepada Allah swt. Dengan demikian seorang kholifah akan melaksanakan kekholifahannya sesuai dengan aturan Allah swt. Dan Rasulullah saw. Seorang kholifah dalam menjalankan fungsinya akan islami, 33 tidak akan keluar dari jalur illaahi, berada ditengah-tengah tidak terbawa emosi dan memihak salah satu kelompok. Kholifah mempunyai kecerdasan memimpin diri dan orang lain, mampu memerankan dirinya berfungsi sebagai Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif, menempatkan dirinya menjadi rahmat bagi semuanya. Seperti firman Allah swt. dalam surat Al An am (6) ayat 165. و ه و ال ذ ي ج ع ل ك م خ ل ى ف اال ر ض و ر ف ع ب عض كم ف وق ب ع ض ر ب ك س ر ي ع ال ع ق اب و ا ن ه ل غ ف و ر ر ح ي م - ١٦٥ در ج ت ليي ب ل و ك م يف م ا ا ت ىك م ا ن Terjemah: Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang islami/is la mi/ a bersifat keislaman: akhlak,

44 27 Jadi moderasi beragama dalam tesis ini adalah sebuah sikap yang seimbang dalam merespon berbagai aspek kehidupan ditinjau dari pranata kehidupan agama, sosial serta moral yang dianut masyarakat. Karena itu menjadi penting memahami posisi seimbang dalam semua pranata sosial kemasyarakatan. 2. Landasan Idiologi Moderasi Beragama Negara Kesatuan Republik Indonensia adalah sebuah negara yang menjamin kebebasan kepada setiap penduduknya untuk menganut dan menjalankan agamanya. Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang- Undang Dasar Tahun 1945 ( UUD 1945 ): Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang. Ayat Al-qur an yang sering dijadikan rujukan oleh para pakar dalam konteks uraian tentang moderasi beragama adalah Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 143: وي ك و ن الر س و ل عل ي ك م ش ه ي د ا و م ا و ك ذ ل ك ج ع ل ن ك م ا م ة و س ط ا ليت ك و ن و ا ش ه د ا ء ع ل ى الن اس م من ي ت ب ع ال رس و ل مم ن ي ن قل ب ع ل ى ع ق ب ي ه و ا ن ك ان ت ج ع ل ن ا ال ق ب ل ة ال يت ك ن ت ع ل ي ه ا ا ال ل ن ع ل ل ك ب ي ر ة ا ال ع ل ى ال ذ ي ن ه د ى الل ه و م ا ك ا ن ال له ل ي ض ي ع ا مي ان ك م ا ن ال له ب الن اس ل ر ء و ف ر ح ي م Terjemah: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.

45 28 Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. 35 (Q.S al Baqarah/2: 143). Menurut Jalaludin as-syuyuthi, tentang asbabun nuzul surat al- Baqarah ayat 143, ia meriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, yaitu Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-barra, dia berkata, Beberapa orang meninggal dan terbunuh sebelum arah kiblat diubah sehingga kami tidak tahu apa yang kami katakan tentang mereka. Maka turunlah ayat Menurut Muhammad Husain Thabathaba i dalam ayat ini, mereka (umat Islam) dijadikan sebagai sebuah bangsa tengah untuk menjadi saksi atas orang-orang. Tengah merupakan sesuatu yang ada di tengah, tidak kesini dan tidak pula kesitu. Umat Islam memiliki posisi yang tidak sama dengan orang-orang Ahli kitab dan kaum musyrik. Kaum musyrik dan kaum penganut dualisme menekankan aspek-aspek kehidupan yang bersifat fisik. Segenap perhatian mereka terpaku kepada kehidupan duniawi ini; desain dan skema mereka terpusat kepada tetekbengek dan kenikmatan-kenikmatannya. Mereka tidak mempercayai kebangkiatan atau akhirat; kesempurnaan spiritual dan kualitas-kualitas esoteris tidak begitu penting bagi mereka. Di ujung lain ada beberapa kelompok, seperti kaum Nasrani, yang sepenuhnya menekankan aspek-aspek spiritual sehingga sampai merugikan aspek-aspek fisik. Mereka mengajarkan monasistisme (sitem hidup yang berkaraktersistik kerahiban) dan penolakan terhadap dunia. Mereka nampaknya tidak menghiraukan fakta bahwa Sang Pencipta telah menjadikan kesempurnaan fisik sebagai sarana bagi manusia untuk menggapai tujuan penciptaan dirinya. Pendek kata, kelompok kedua ini menafikkan tujuan mereka dengan menafikan sarana ini, sedangkan kelompok pertama menafikan tujuan mereka dengan memusatkan segenap perhatian kepada sarana ini solah-olah sarana ini merupakan tujuan itu sendiri. Pemindahan arah kiblat mengandung pelajaran yang sangat hebat, karena menghancurkan kebiasaan yang sudah berurat berakar akan keyakinan golongan dan ketaklidan serta dogma keagamaan, sekaligus menguji keimanan kaum muslimin. Orang Yahudi dan Nasrani menyakini bahwa Agama para nabi berkiblat ke Masjid Al Aqsha seakan Allah hanya ada disana. Begitupun dengan kaum munafik yang mempertanyakan kebenaran, kalau dahulu salah mengapa sebelumnya ini diperintahkan? Jalaludin as-syuyuthi, Asbabun Nuzul, terj. Jabal, (Bandung: Penerbit Jabal, 2013), hlm M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019, h. 158

46 29 Dan orang musyrik pun menyebarkan isu bahwa Muhammad saw. kembali mengarahkan ke arah kiblat mereka. Kutub-kutub keyakinan itulah yang menempatkan Islam berada di posisi ummatan Wasathan. Kejadian tersebut juga menyadarkan umat islam tentang keharusan mengarahkan hati hanya kepada Allah bukan kepada (kandungan) hukum (arah) yang ditetapkan karena Allah ada dimana-mana. Seperti firman Allah swt. dalam al Qur an surat Al Baqarah (2) ayat 115: و ل ل ه ال م ش ر ق و ال م غ ر ب ف ا ي ن م ا ت و ل و ا ف ث م ال له ا ن الل ه و اس ع ع ل ي م و جه Terjemah: Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui 38 Penjelas penafsiran tentang umat Islam sebagai ummatan wasthan berbeda dengan umat yang lain adalah penegasan Allah swt. dengan menyebutkan umat Islam sebagai khoeru ummah (umat terbaik). Seperti firman-nya dalam al Qur an surat Al Imran (3) ayat 110: ك ن ت م خ ي ر ا م ة ا خ ر ج ت ل لن اس ت أ م ر و ن ب ال م عر و ف وت ن ه و ن ع ن ال من ك ر و ت ؤ من و ن ب الل ه و ل و ا م ن ا ه ل ال ك ت ب ل ك ان خ ي ر ا ل م م نه م ال م ؤ م ن و ن و ا ك ث ر ه م ال ف س ق و ن Terjemah: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Q.S. Al Imran (3): 110) 39 Untuk menjadi umat terbaik maka harus memenuhi tiga syarat: a. Amar makruf, b. Nahi munkar, dan c. Beriman kepada Allah. 40 Seperti firman Allah dalam Q.S. Ali Imran (3) ayat 104: M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019, h. 162

47 30 و ل ت ك ن يمن ك م ا م ة ي د ع و ن ا ىل ا ل ري ه م ال م ف ل ح و ن وي أ م رو ن ب ال م ع ر و ف و ي ن هو ن ع ن ال م ن ك ر و ا ول ى ك Terjemah: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. 41 (Q.S. Ali Imran (3): 104) 3. Kajian Teori Moderasi Beragama Keberagaman adalah keniscayaan yang tidak satu orang pun merasa menciptakan atau mengkondisikannya, semua berjalan dalam kehendak Allah swt. dan pada takdirnya masing-masing. Akan tetapi keberagaman kalau tidak disadarkan berpotensi mengalami pergesekan yang luar biasa. ا ن ا ك ل ش ي ء خ ل ق ن ه ب ق د ر - ٤٩ Terjemah: Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. 42 Q.S. al Qamar (54) : 49 Allah swt. telah menciptakan manusia dengan pluralisme, 43 bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan bahasa dan warna kulit yang berbeda. Perbedaan itu mutlak dan manusia harus survive hidup dalam keberagaman tersebut, karena sebagai mahluk sosial manusia tidak mungkin hidup sendirian, membutuhkan peran orang lain yang dibahasakan dalam al qur an dengan untuk saling mengenal, artinya terjadi interaksi sosial, saling mengisi, saling menghormati satu sama yang lain QS. Al-Hujraat (49): 13 ي ا أ ي ه ا الن اس إ ن ا خ ل ق ن اك م م ن ع ن د الل ه أ ت ق اك م إ ن الل ه ع ل يم خ ب ري ذ ك ر و أ ن ث ى و جع ل ن اك م و ق ب ائ ل ل ت ع ار ف وا إ ن أ ك ر م ك م ش ع وب ا Terjemah: Wahaimanusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu pluralisme/plu ra lis me/ n keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya);-- kebudayaan berbagai kebudayaan yang berbedabeda dalam suatu masyarakat (

48 31 berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antarakamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti 44 Begitu sempurnanya Islam mengajarkan moderasi dalam kehidupan tidak ada satu manusiapun yang diperlakukan khusus bahkan derajatnya pun sama, oleh sebab itu menghormati perbedaan dengan toleransi/tasamuh kepada orang lain menjadi hal yang sangat penting. Jika ada manusia yang memaksakan kehendak merasa dirinya paling berhak dibandingkan yang lain, tidak memberikan kesempatan dan tidak ada ruang selain untuk diri dan golongannya, memaksakan kehendak kepada orang lain, maka sesungguhnya mereka sedang menentang takdir Allah swt. ال ذ ي ن ا خ ر ج و ا م ن د ي ار ه م ب غ ري ح ق ا ال ب ب ع ض ل يدم ت ص و ام ع و ب ي ع و ص ل و ت و م س ج د ي ن ص ر ه ا ن الل ه ل ق و ي ع ز ي ز - ٤٠ ا ن ي قو ل و ا رب ن ا الل ه و ل و ال د ف ع الل ه الن اس ب ع ض ه م ذ ك ر ف ي ه ا اس م الل ه ك ث ي ر ا و ل ي ن ص ر ن الل ه م ن ي Terjemah: (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, Tuhan kami ialah Allah. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. 45 Sejalan dengan keberagaman yang diciptakan, Allah swt. pun tidak memaksakan semuanya menjadi satu, tetapi diberikan kebebasan untuk menentukan keyakinannya masing-masing. ال ا ك ر اه ف اليدي ن ق د ت ب ني الر ش د م ن ال غ ي ف م ن ي ك فر ب الط اغ و ت وي ؤ م ن ب الل ه ف ق د اس ت م س ك ب ال ع ر و ة ال و ث ق ى ال ان ف ص ام ل ا و ال له س ي ع ع ل ي م - ٢٥٦ Terjemah: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang

49 32 sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. 46 Q.S. Al Baqarah: 256 Bagi Allah swt. segalanya mudah untuk dilakukan termasuk menjadikan semuanya sama, sejenis, sewarna, seirama, tetapi itu tidak Allah swt. lakukan, dan justru disitulah letak Maha kuasa dan hebatnya Allah swt. menciptakan segalanya dengan beragam. Malah yang sering memaksakan untuk sama itu adalah manusia. Seperti firman-nya dalam al Qur an surat Yunus (10) ayat 99. ٩٩ - و ل و ش ا ء ر ب ك ال م ن م ن ف اال ر ض ك ل ه م مج يع ا ا ف ا ن ت ت ك ر ه الن اس ح ت ي ك و ن وا م ؤ م ن ني Terjemah: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? 47 Q.S. Yunus (10): Moderasi beragama dilihat dari berbagai aspek (akidah, syariah, tasawuf, tafsir, hadis dan dakwah) Islam lahir untuk memerdekankan manusia dari segala hal yang memperbudak dirinya, merdeka tidak terjajah oleh keharusan yang telah menjadi adat istiadat dan budaya bahkan karakter diri seseorang. Islam memerdekan manusia dengan cara menghapuskan penuhanan terhadap sesuatu, dan mengkhususkan segalanya hanya untuk Allah swt. seperti difirmankan dalam al Qur an surat al An am ayat 162 ق ل ا ن ص ال ت و ن س ك ي و م ي اي و مم ا ت ل ل ه ر يب ال ع ل مني - ١٦٢ Terjemah: Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. 48 (Q.S. Al An am (6): 162) Ada beberapa sikap yang mempengaruhi perilaku moderasi yaitu: dogma, taklid, militan, intoleran, ekstrim, radikal, fundamental, dan fanatik. Sikap-sikap tersebut sering kali mewakili kondisi pembelengguan manusia dan menjadi mahluk terjajah, setidaknya terjajah oleh ego dan hawa

50 33 nafsunya, tersingkir dari kebenaran menapikan yang lain dan hanya fokus dengan kebenaran sendiri saja. Dogma/dog ma/ n 1 pokok ajaran (tentang kepercayaan dan sebagainya) yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan; 2 keyakinan tertentu. 49 Taklid/tak lid/ n Isl keyakinan atau kepercayaan kepada suatu paham (pendapat) ahli hukum yang sudah-sudah tanpa mengetahui dasar atau alasannya; peniruan; Bertaklid/ber tak lid/ v 1 berpegang pada pendapat ahli hukum yang sudah-sudah; 2 tunduk atau percaya pada kata orang; mengikuti (menurut) orang lain; 3 meniru atau mengikuti suatu paham dan sebagainya tanpa mengetahui dalil atau alasannya;~ buta hanya meniru (menuruti) paham dan sebagainya tanpa mengetahui dasar, hukum, bukti, atau alasan. 50 Intoleran/in to le ran/ a tidak tenggang rasa; tidak toleran 51 Ekstrem/ek strem/ékstrém/ a 1 paling ujung (paling tinggi, paling keras, dan sebagainya); 2 sangat keras dan teguh; fanatik: mereka termasuk golongan-dalam pendirian mereka; 52 Radikal 1 /ra di kal/ a 1 secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip): perubahan yang-; 2 Pol amat keras menuntut perubahan (undangundang, pemerintahan); 3 maju dalam berpikir atau bertindak; 53 Arti dari: fanatik/fa na tik/ a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya): tokoh partai itu berada di tengah-tengah pengikutnya yang-; 54 Sikap fanatik merupakan sifat natural dari manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat dimanapun dapat dijumpai individu atau kelompok yang memiliki sikap fanatik. fanatisme merupakan konsekuensi logis dari kemajemukan sosial karena sikap fanatik tidak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan kelompok sosial Menurut Wolman, fanatisme mengandung pengertian sebagai suatu antusiasme, pandangan yang bersifat fanatik yang diwujudkan dalam intensitas emosi dan bersifat ekstrem. ciri-ciri fanatisme diantara lainnya, kurang rasional, pandangan sempit, bersemangat untuk mengejar sesuatu tujuan tertentu. Fanatisme yang menjurus kearah negatif dengan pengertian, Fanatisme akan menyamarkan sifat asli individu. Sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh individu akan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh 49 Pranala (link): 50 Pranala (link): 51 Pranala (link): 52 Pranala (link): 53 Pranala (link): 54 Pranala (link):

51 34 kelompoknya, sebagai perwujudan dalam mematuhi peraturan kelompok yang sudah disepakati bersama-sama. Keberagaman yang ada di Nusantara sangatlah rawan akan kefanatikan, baik secara individu atau kelompok. Masing-masing suku akan fanatik dengan sukunya, masing-masing agama akan fanatik dengan agamanya, masing-masing kelompok akan fanatik dengan kelompoknya. Oleh sebab itu moderasi beragama merupakan suatu yang harus diajarkan dan biasakan dalam masyarakat kita, supaya tidak terjadi fanatisme kacamata kuda. Tidak jarang orang mencela sikap fanatis atau yang kemudian dikenal dengan istilah fanatisme. Celaan itu bisa pada tempatnya dan bisa juga tidak karena fantisme dalam pengertian bahasa sebagaimana oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Sifat ini bila menghiasi diri seseorang dalam agama dan keyakinan dapat dibenarkan bahkan terpuji. Untuk menghindari fanatisme yang berlebihan maka kerukunan hidup antar pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat yang plural harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan akidah. Maka jelaslah bahwa fanatik adalah sesuatu yang buruk. Alquran hadir salah satu misinya adalah untuk menghilangkan sikap fanatik tersebut. Moderasi beragama adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. Dengan kata lain seorang Muslim moderat adalah Muslim yang memberi setiap nilai atau aspek yang berseberangan bagian tertentu tidak lebih dari porsi yang semestinya Penerapan moderasi beragama harus menyeluruh, mencakup berbagai hal kehidupan. Oleh sebab itu perlu kita melihat moderasi dari berbagai aspek: a. Aspek Akidah Akidah barasal dari akar kata bahasa arab I tiqad yang berarti keyakinan atau kepercayaan. Akidah mengandung perangkat keimanan dan keyakinan akan adanya Sang Pencipta jagad raya dengan kekuasaan mutlak yang dimilikinya. Akidah pun dapat didiversifikasikan dalam empat istilah yaitu Akidah ketuhanan, Akidah Kenabian, Akidah Kerohanian, dan Akidah Kegaiban. 55 Aspek ini meliputi sisi, ke akidah di luar kelompok dan ke dalam kelompok. Keluar kelompok dimaksudkan adalah kepada agama di luar Islam, keberadaan agama-agama dan kepercayaan adalah kebebasan yang dijamin negara dan dipersilahkan al qur an. Surat al Baqarah (2) ayat Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarata: Erlangga, 2014), hal. 8-9

52 35 ال ا ك ر اه ف اليدي ن ق د ت ب ني الر ش د م ن ال غ ي اس ت م س ك ب ال ع ر و ة ال و ث ق ى ال ان ف ص ام ف م ن ي ك فر ب الط اغ و ت و ي ؤ م ن ب الل ه ف ق د ل ا و ال له س ي ع ع ل ي م - ٢٥٦ Terjemah: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. 56 Rasulullah saw. telah mencontohkan bagaimana moderasi beragama itu diterapkan. Piagam madinah merupakan contoh bagaimana Rasulullah saw. membumikan moderasi beragama. Moderasi beragama juga perlu dibangun dengan orang yang seakidah, karena justru pergesekan yang lebih tinggi seringkali terjadi di kalangan orang yang seakidah. Menyusuri sejarah timbulnya persoalan-persoalan teologi dalam Islam agak aneh karena justru yang pertama kali timbul adalah persoalan politik bukan bidang teologi tetapi kemudian meningkat menjadi persoalan teologi. 57 Pada waktu wafatnya Nabi Muhammad saw. masyarakat Madinah pada waktu itu sibuk memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir, sehingga penguburan Nabi merupakan soal kedua bagi mereka. Timbullah soal khilafah, soal pengganti Nabi Muhammad sebagai kepala negara. Sebagai Nabi atau Rasul Nabi tentu tak dapat digantikan. 58 Persoalan-persoalan yang terjadi dalam politik akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-persoalan teologi. Timbul persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, hal itu menyebabkan perilaku lain yaitu penghalalan darah orang yang tidak sepaham (kafir) karena sudah keluar dari Islam. Meraka memakai dasar Al qur an surat al Maidah ayat 44. ا ن ا ا ن ز ل ن ا الت و ر ىة ف ي ه ا ه د ى و ن و ر حي ك م ب ا الن ب ي و ن ال ذ ي ن ا س ل م و ا ل ل ذ ي ن ه اد و ا و الر ب ان ي و ن و اال ح ب ار مب ا اس ت ح ف ظ و ا م ن ك ت ب الل ه و ك ان و ا ع ل ي ه ش ه د ا ء ف ال ت ش و ا الن ا س Harun Nasution, Teologi Islam aliran aliran sejarah analisa perbandingan(jakarta, Universitas Indonesia (UI Press), 1986), h Nasution, Teologi Islam aliran aliran..., h. 3

53 36 و اخ ش و ن و ال ت ش ت ر و ا ب ا ي يت ث ن ا ق ل ي ال و م ن ل حي ك م مب ا ا ن ز ل الل ه ف ا ول ى ك ه م ال ك ف ر و ن Terjemah: Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir. 59 ( Q.S. Al maidah (5): 44) Permasalahan orang berbuat dosa inilah kemudian yang mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya dalam Islam. Persoalannya ialah : masihkah ia bisa dipandang seorang mukmin ataukah ia sudah menjadi kafir karena berbuat dosa besar itu?, Persoalan itulah yang dikemudian hari melahirkan aliran-aliran teologi dalam Islam. 1) Lahir kelompok Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir/murtad. Dalam Khawarij sendiri terpecah menjadi delapan belas sub sekte dan menurut al Baghdadi dua puluh sub sekter Al Asy ari menyebut sub sekte-sub sekter yang jumlahnya lebih besar lagi. 60 2) Aliran Murji ah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir, masalah dosa yang dilakukknya terserah kepada Allah swt., 3) Lahir kelompok mu tazilah yang mengatakan orang yang berdosa besar bukan kafir tetapi bukan juga mukmin. Ada diantara keduanya. Istilah al manzilah bain al manzilitain (posisi di antar dua posisi) 61 4) Aliran al Qodariah mereka berpendapat manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya (free will dan ferr act) 5) Aliran al Jabariah yang berpendapat sebaliknya dari al Qadariah bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan Harun Nasution, Teologi Islam aliran aliran sejarah analisa perbandingan(jakarta, Universitas Indonesia (UI Press), 1986), h Nasution, Teologi Islam aliran... (Jakarta, Universitas Indonesia (UI Press), 1986), h. 7

54 37 perbuatanya. Segala gerak gerik manusia ditentukan oleh Tuhan (predestination atau fatalism dalam istilah inggris. 62 Kefanatikan aliran-aliran tersebut menyebabkan lahirnya alairan yang tengah tidak ke kanan dan ke kiri, yang dinamakan aliran al Asy ariah yang disebut ahl sunnah wa al jama ah. Kalau kita melihat kepada perkembangan teologi/akidah di atas maka justru perbedaan pemahaman meraka sangat dipengaruhi oleh perbedaan politiknya, masing-masing merujuk kepada al qur an dan al hadist, akan tetapi pemahaman referensi adalah pemahaman berdasarkan pola pikirnya dan sering menapikan pola pikir orang lain. Apalagi dalam menggambil hadist seringgakali mereka menerima dan menolak hadist sesuai penilaian kepada perowinya, mana perowi dari pihaknya dan dari bukan pihaknya. b. Syariah Ada 3 hal yang sering terwakili dengan kata syari ah, yaitu Syari at, fikih dan hukum Islam. Ketiganya memiliki terminologi yang berbeda. Akan tetapi arti secara luas al-syari ah berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif. Syaikh Al-Qardhawi mengatakan, cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan islam sangatlah luas dan komprehensif (alsyumul). Di dalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhan nya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait al-mal, fa I, ghanimah), aspek hukum peradilan, aspek undang-undang hingga hubungan antar negara. Syariah merupakan hukum islam karena bersumber dari al- Qur an dan Rasul-Nya, kemudian yang disepakati para sahabat dari hukum-hukum yang tidak datang mengenai urusannya sesuatu nas dari al-qur an atau sunah. Kemudian hukum yang diistinbatkan dengan jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan perantara kias, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil. 63 Hukum islam merupakan alat untuk mengetahui kebenaran, sedangkan kebenaran menjadi dasar dari hak dan batil. Kebenaran adalah relatif, sejalan dengan hukum islam yang flesibel. Hukum Islam fleksibel dan dapat diperbarui karena ia sangat terpengaruh oleh banuak factor. Ibn al Qayyim menegaskan bahwa fatwa (hukum Islam) dapat berubah 62 Nasution, Teologi Islam aliran... h

55 38 karena perubahan zaman, waktu, kondisi, tradisi dan niat. 64 Selain kelima faktor di t e r s e b u t, al-syatibi menambah faktor lainnya yaitu mempertimbangkan efek atau implikasi perbuatan muallaf dan mempertimbangkan tujuan-tujuan mukallaf dari perbuatannya, baik itu tujuan baik atau buruk. 65 Faktor lain yang dapat memperkokoh fleksibilitas hukum Islam adalah karena teks-teks hukum, baik Alquran maupun al-sunnah sendiri yang fleksibel, yang dapat mengakomodir segala bentuk perkembangan zaman dan kebaruan yang mengemuka dalam dunia realitas. Ia relevan pada zaman sebelum Islam, masa Nabi, masa setelahnya, masa sekarang dan masa yang akan datang. Beberapa ayat al qur an yang mengajarkan flesibel dan kemudahan ialah س ر ي ر ي د الل ه ب ك م ال ي س ر و ال ي ر ي د ب ك م ال ع و ل ع ل ك م ت ش ك ر و ن - ١٨٥ ول ت ك م ل وا ال ع د ة و ل ت ك بير وا الل ه ع ل ى م ا ه د ىك م Terjemah: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur 66 Q.S. Al Baqarah (2): 185 ي ا ي ه ا ال ذ ي ن ا م ن و ا ا ذ ا ق م ت م ا ىل الص ل و ة ف اغ سل و ا و ج وه ك م و ا ي د ي ك م ا ىل ال م ر اف ق و ام س ح و ا ب ر ء و س ك م و ا ر ج ل ك م ا ىل ال ك ع ب ني و ا ن ك نت م ج ن ب ا ف اط ه ر و ا و ا ن ك ن ت م م ر ض ى ا و ع ل ى س ف ر ا و ج ا ء ا ح د يمن ك م يمن ال غ ا ى ط ا و ل م س ت م النيس ا ء ف ل م ت د و ا م ا ء ف ت ي م م و ا ص ع ي د ا ط ييب ا ح رج و ل ك ن ي ر ي د ل ي ط يهر ك م ل ي ج ع ل ع ل ي ك م يمن ف ام س ح و ا ب و ج و ه ك م و ا ي د ي ك م يمن ه م ا ي ر ي د الل ه و ل ي ت م ن ع م ت ه ع ل ي ك م ل ع ل ك م ت ش ك ر و ن - ٦ Terjemah: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan 64 (Ibn al-qayyim,1973, 2 :425). 65 al- Syatibi, t.th: 194). 66

56 39 tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-nya bagimu, agar kamu bersyukur. 67 Fleksibilitas Islam juga ditopang oleh kondisi di mana Allah sebagai sumber hukum telah memberi ruang yang sangat luas bagi ulama untuk menetapkan hukum bagi perkara-perkara yang lepas dari sentuhan teks-teks Alquran. Perkara-perkara yang dimaksud dipopulerkan dengan istilah 'Mantiqat al-fardg al- Tasyri 'i\ Yusuf al-qaradawi berpendapat bahwa setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan hukum Islam fleksibel; 68 1) Perhatian Syariat Islam terhadap kondisi-kondisi darurat; 2) Eksistensi teks-teks hukum yang bersifat global yang hanya memuat prinsip-prinsip umum; 3) Eksistensi teks-teks hukum parsial yang terbuka untuk berbagai interpretasi dan pemahaman; 4) Adanya wilayah yang terbuka lebar bagi ijtihad 5) Perubahan fatwa karena perubahan zaman, tempat, kondisi, tradisi Terbentuknya kelompok paham-paham syariah yang mengkristal menjadi fanatik golongan menyebabkan resistensi di bidang syariah sangatlah besar dibandingkan dengan resistensi perbedaan keyakinan beragama. Tentunya itu adalah kasuistik bukan ajaran Islam karena sering kali mereka terjebak dengan politik identitas. Fleksibilitas hukum islam dan penerimaan hukum Islam terhadap pembaharuan serta akomodatif terhadap kondisikondisi manusia yang berbeda menjadi indikator kuat bagi prinsip moderasi, dan moderasi ini perlu dibangun dengan upaya penyederhanaan hukum-hukum fiqih untuk mendorong umat Islam menjalankan hukum-hukum agamanya dengan mudah sehingga mereka bisa konsisten selamanya. 5. Prinsip-prinsip Moderasi Beragama Menurut Abudin Nata, pendidikan moderasi Islam atau disebutnya sebagai pendidikan Islam rahmah li al-alamin, memiliki sepuluh nilai dasar yang menjadi indikatornya, yaitu: a. Pendidikan damai, yang menghormati hak asasi manusia dan persahabatan antara bangsa, ras, atau kelompok agama; (Yusuf al-qaradawi, 1999: 84)

57 40 b. Pendidikan yang mengembangkan kewirausahaan dan kemitraan dengan dunia industri; c. Pendidikan yang memperhatikan isi profetik islam, yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi untuk perubahan sosial; d. Pendidikan yang memuat ajaran toleransi beragama; Kata الوسطية (al-wasathiyah) telah termaktub dalam al-qur an surat. Al-Baqarah (2) ayat 143: sebagai berikut: و ك ذ ل ك ج ع ل ن ك م ا م ة و س ط ا ليت ك و ن و ا ش ه د ا ء ع ل ى الن ا س و ي ك و ن الر س و ل ع ل ي ك م ش ه ي د ا Terjemah: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu... (Q.S al Baqarah(2): 143). 69 Pada kata وسطا berarti atau bermakna adil 70, namun dapat diartikan tengah yang ditulis.(وسط اوساط) 71. Pada kata وسطا saat diartikan sebagai moderat memiliki arti kemajemukan. 72 al-qardawi menyebut beberapa kosa kata yang serupa makna dengannya termasuk katan Tawazun, I'tidal, Ta'adul dan Istiqamah. Menurut Khaled Abou el Fadl dalam The Great Theft istilah moderasi adalah paham yang mengambil jalan tengah, yaitu paham yang tidak ekstem kanan dan tidak pula ekstrem kiri. 73 K.H. Abdurrahman Wahid pun merumuskan bahwa moderasi harus senantiasa mendorong upaya untuk mewujudkan keadilan sosial yang dalam agama dikenal dengan al-maslahah al- ammah. Dalam realitas kehidupan nyata, manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perkara-perkara yang berseberangan. Karena itu al-wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyyah (ketuhanan) dan Insaniyyah (kemanusiaan), mengkombinasi antara Maddiyyah (materialisme) dan ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu (revelation) dan aql (reason), antara maslahah ammah (al-jamāiyyah) dan maslahah individu (al-fardiyyah). 69 Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia 70 Ismail bin al-katsir al-dimisyqiy: 2000) 71 Munawwir: Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2012), hal Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy ari Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hal.13

58 41 Keseimbangan merupakan keharusan sosial, dengan demikian seseorang yang tidak seimbang dalam kehidupan individu dan sosialnya, bahkan interaksi sosialnya akan rusak. 74 Agama senantiasa menuntut segala aspek kehidupan kita untuk seimbang, tidak boleh belebihan dan tidak boleh kekurangan. Salah satu yang menjadikan Islam agama yang sempurna adalah karena keseimbangannya. Dengan demikian Sikap moderat atau wasaṭiyah telah memberikan porsi yang proporsional antara hubungan manusia sebagai mahluk sosial (hab min al-nās), dan hubungan manusia dengan Allah (hab min Allāh) dan hubungan dengan lingkungan alam (hab min alam) 75. Keseimbangan untuk mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara proporsional tersebut menjadi titik point dari sikap moderat. Sikap seseorang yang moderat atau wasaṭiyah tersebut memiliki ciri-ciri sikap sebagai berikut: 76 a. Khusnudan (positif thingking, berbaik sangka), yaitu selalu mendahulukan prasangka baik terhadap apapun pendapat dan sikap orang lain b. Tabayyun (Konfirmasi) yaitu selalu cek and ricek setiap informasi yang didapat, menghindari ghibah (menggunjing) dan su udzan (buruk sangkat) c. Tahaḍḍur (berkeadaban), yaitu menjunjung tinggi akhlak mulia, karakter, identitas, dan integritas sebagai khair al-ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban d. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan yang kepentingannya lebih rendah; e. Syura (musyawarah), yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atas segalanya; f. Iṣlah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk mencapai keadaan lebih baik yang mengakomodasi perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum (maṣlahah ammah) dengan tetap berpegang pada prinsip al-muhafaẓah alā alqadimi al-ṣalih wa al-akhzu bi al-jadidi al-aṣlah (melestarikan tradisi lama yang masih relevan, dan menerapkan hal-hal baru yang lebih relevan); 74 Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur an, 2012), hal Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 186.

59 42 g. Tawassuṭ (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrāṭ (berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrīṭ (mengurangi ajaran agama); h. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang; i. I tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional; j. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya;tawāzun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf, (penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan); k. Taṭawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif), yaitu selalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat manusia. 6. Nilai-nilai Moderasi Beragama Pendapat para mufassir terkait konsep nilai-nilai moderasi dalam Q.S. al-baqarah ayat 143 adalah sebagai berikut: a. Al-Qurtubi Menurut al-qurtubi dalam kitabnya al-jami al-ahkam, firman وك ذ ل ك ج ع ل ن ك م ا م ة و س ط ا ليت ك و ن و ا ش ه د ا ء ع ل ى الن اس و ي ك ون الر س و ل ع ل ي ك م شه ي د ا Tarjamah: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. 77 Makna dari firman Allah ini adalah, sebagaimana ka bah merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula kami menjadikan kalian umat yang pertengahan. Yakni kami jadikan kalian dibawah para nabi tapi di atas umat-umat yang lain. Makna al-wast adalah adil. Asal dari kata ini adalah bahwa sesuatu yang paling terpuji adalah yang pertengahan. 78 b. Muhammad Jawad Mughniyah Jawad Mughniyah dalam kitabnya tafsir al-kaasyif, kalam Alllah yakni وكذا, لك جعلناكم أمة وسطا bahwa Allah akan memberikan hidayah atau petunjuk kepada siapa yang Dia Muhammad bin Ahmad al-anshori al-qurthubi, al-jami alahkam al-qur an, (Mesir: Dar al-kutub, tt), hlm. 359.

60 43 dikehendaki menuju jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Allah memberikan kenikmatan kepada pengikut Nabi Muhammad saw. yakni berupa hidayah tersebut. Hidayah yang Allah berikan sangat luas jangkauannya, diantaranya Allah telah menjadikan pengikut Nabi Muhammad saw. dalam beragama berlaku tegak atau adil, serta tengahtengah diantara hal yang berlebihan, yakni menambah-nambahi seperti seperti mempertuhankan lebih dari satu Tuhan atau menduakan Allah. Juga berlebih-lebihan dalam hal mengurang-ngurangi, seperti berpaling dari agama yang benar. 79 c. Abdurrahman bin Nashr as-sa di Abdurrahman bin Nashr as-sa di وكذا dalam kitabnya Tafsir al-karim ar-rahman, dalam menafsirkan ayat bahwa Allah swt menjadikan umat Islam umat لك جعلناكم أمة, وسطا yang adil dalam setiap urusan agaman, adil pada utusan-utusannya dalam dalam hal tidak berlebih-lebihan, sebagaimana yang dilakukan oleh umat Yahudi dan Nasrani. Yang mana mereka lebih banyak mengurusi urusan dunianya. Adil dalam syariat agama juga perintahkan, tidak menyekutukan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh umat di atas. Tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram. 80 d. Musththafa al-maraghi Menurut al-maraghi, sebelum lahirnya Islam, umat manusia terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, ialah orangorang yang selalu cenderung pada kepentingan dunia dan kebutuhan jasmaniyah, seperti kaum Yahudi dan musyrikin. Kedua, adalah orangorang yang mengekang atau membelenggu diri dengan adat kebiasaan dan kepentingan rohaniah secara total, sehingga sama sekali meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawiyah, termasuk kebutuhan jasmaniyah mereka. Diantara mereka adalah kaum Nasrani dan Sabi in, disamping beberapa pengikut sekte agama Hindu penyembah berhala. 81 e. Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy Pada ayat ini ash-shiddieqy menafsirkan bahwa umat Islam itu umat yang baik, adil, seimbang (moderat), tidak termasuk umat yang berlebih-lebihan dalam beragama (ekstrem), dan tidak pula termasuk golongan orang yang terlalu kurang dalam menunaikan kewajiban agamanya. Islam datang untuk mempertemukan hak jiwa dan hak tubuh. Islam juga memberikan kepada para pemeluknya segala hak kemanusiaan. Manusia memang terdiri dari jiwa dan jasad. Tegasnya, dalam hidup ini mereka mengharamkan dirinya dari segala yang disediakan oleh Allah untuknya. 79 5Muhammad Jawad Mughniyah, Tafsir al-kaasif, (Beirut: Darr alilmi, 1968), hlm Abdurrahman bin Nashr as-sa di,tafsir al-karim ar-rahman, (Kuwait: Maktabah Tholibul Ilmi, 2000), hlm Musththafa al-maraghi, Tafsir al-maraghi, (Semarang, Toha Putra, 1993), hlm. 6-7.

61 44 Dengan demikian, mereka keluar dari jalan yang benar dan berbuat kejahatan atas dirinya dengan jalan berbuat jahat atas fisiknya. Kamu menjadi saksi terhadap golongan pertama dan golongan kedua, serta kamu melebihi seluruh umat dengan jalanmu berlaku imbang (moderat) dalam segala urusan. Nabi menjadi saksi terhadap kamu, karena Nabi Muhammad saw. sebagai teladan yang paling tinggi bagi martabat keseimbangan. Kita umat Islam berhak menerima sifat tersebut, apabila kita mengikuti perjalanan Nabi dan syariatnya. Dialah yang menentukan siapa yang mengikutinya, dan siapa pula yang menyimpang, lalu mengadakan berbagai rupa tradisi yang lain serta berpaling dari jalan yang lurus. 82 f. Menurut Muhammad Quraish Shihab, ayat 143 surat al-baqarah ini telah memberi petunjuk tentang posisi yang ideal atau baik, yaitu posisi tengah. Posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, suatu hal di mana dapat mengantar manusia berlaku adil. Posisi pertengahan menjadikan seorang dapat dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapa pun dan di mana pun. Allah menjadikan umat Islam pada posisi pertengahan agar kamu, wahai umat Islam, menjadi saksi atas perbuatan manusia yakni umat yang lain, tetapi ini tidak dapat kalian lakukan kecuali jika kalian menjadikan Rasul SAW syahid, yakni saksi yang menyaksikan kebenaran sikap dan perbuatan kamu dan ia pun kalian saksikan, yakni kalian jadikan teladan dalam segala tingkah laku. 83 g. Menurut Wahbah az-zuhaili dalam ayat 143 ini, ummatan wasathan diartikan sebagai pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia. Tidak mengingkari wujud Tuhan, tetapi tidak juga menganut paham politeisme (banyak Tuhan). Pandangan Islam adalah Tuhan Mahawujud, dan Dia Yang Maha Esa. Pertengahan adalah pandangan umat Islam tentang kehidupan dunia ini; tidak mengingkari dan menilainya maya, tetapi tidak juga berpandangan bahwa kehidupan dunia adalah segalanya. Pandangan Islam tentang hidup adalah disamping ada dunia ada juga akhirat. Keberhasilan di akhirat ditentukan oleh iman dan amal saleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak juga membumbung tinggi dalam spiritualisme, ketika pandangan mengarah ke langit, kaki harus tetap berpijak di bumi. Islam mengajarkan umatnya agar meraih materi yang bersifat duniawi, tetapi dengan nilai-nilai samawi. 82 8Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Tafsir al-qur anul Majid, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011), hlm M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 1, (Ciputat, Lentera Hati, 2010), hlm. 415

62 45 Penggalan ayat di atas yang menyatakan agar kamu, wahai umat Islam, menjadi saksi atas perbuatan manusia dipahami juga dalam arti bahwa kaum muslimin akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan manusia. Pengertian masa datang itu mereka pahami dari penggunaan kata kerja masa datang (mudhari) pada kata.(لتكىنىا) Penggalan ayat ini menurut penganut penafsiran tersebut mengisyaratkan pergulatan pandangan dan pertarungan aneka isme. Tetapi, pada akhirnya ummatan wasathan inilah yang akan dijadikan rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan pandangan serta isme-isme itu. 84 h. Sayyid Quthb Menurut Qutb dalam memahami al Qur an Surat al- Baqarah ayat 143 ini, membagi umat pertengahan menjadi tiga, yaitu: Umat pertengahan dalam pemikiran dan perasaan, Umat pertengahan dalam pandangan hidup, dan Umat pertengahan dalam ikatan dan hubungan: 1) Umat pertengahan dalam pemikiran dan perasaan. Umat Islam bukanlah umat yang beku dan stagnan dengan apa yang dia ketahui. Juga bukan umat yang tertutup terhadap eksperimentasi ilmiah dan pengetahuan-pengetahuan lain. Mereka juga bukan umat yang mudah mengikuti suara-suara yang didengung-dengungkan orang lain dengan taqlid buta. Akan tetapi, umat Islam adalah umat yang berpegang pada pandangan hidup, manhaj dan prinsip-prinsipnya. Kemudian mereka melihat, memerhatikan, dan meneliti pemikiran yang merupakan hasil pemikiran dan eksperimen. Semboyan mereka yang abadi adalah, Hikmah (ilmu pengetahuan) itu adalah barang milik orang mukmin yang hilang, maka di mana saja ia menjumpainya maka ia berhak mengambilnya dengan mantap dan yakin. 2) Umat pertengahan dalam pandangan hidup. Umat Islam tidak hanya bergelut dalam hidupnya dengan perasaan dan hati nurani. Juga tidak terpaku dengan adab dan aturan manusia. Akan tetapi, umat Islam mengangkat nurani manusia dengan aturan dari Allah SWT, serta dengan suatu arahan dan pengajaran. Dan menjamin aturan masyarakat dengan suatu pengetahuan yang menyeluruh. Islam tidak membiarkan aturan kemasyarakatan dibuat oleh penguasa, dan juga tidak dilakukan secara langsung oleh wahyu. Tetapi, aturan kemasyarakatan itu adalah percampuran antara keduanya, yakni aturan yang berasal dari wahyu dan dilaksanakan oleh penguasa. 2012), hlm Wahbah az-zuhaili, At-Tafsir Al-Wasith, Terj. Muhtadi, (Jakarta: Gema Insani,

63 46 3) Umat pertengahan dalam pandangan hidup. Islam tidak membiarkan manusia melepaskan dan melampaui batas dalam individualnya dan juga tidak meniadakan peran individualnya dalam masyarakat atau negara. Islam juga tidak membiarkan manusia serakah dan tamak dalam kehidupan kemasyarakatannya. Akan tetapi, Islam memberi kebebasan yang positif saja, seperti kebebasan menuju kemajuan dan pertumbuhan. Sehingga akan tumbuh suatu keterkaitan yang sinergis antara individu dan masyarakat atau negara. Dan akan tercipta rasa senang setiap individu dalam melayani masyarakat. 85 B. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah 1. Program Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah Menanamkan nilai-nilai moderasi beragama akan lebih efektif jika dimulai dari lingkungan sekolah. Apa yang kita tanam sekarang menentukan buah yang akan kita petik kemudian. Sebagai bentuk negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia adalah menjadikan bangsa Indonesia cerdas mengelola kehidupan, sehingga menjadi bangsa yang berdaulat.dan bermartabat. Oleh sebab itu negara berkewajinban mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti telah diuraikan dalam UU 20 tahun 2003 dengan fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara tegas tujuan pendidikan nasional menekankan pentingnya pembentukan akhlak al karimah 86 karena dengan hadirnya idiom keimanan dan ketakwaan sebagai aspek yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa dan sekaligus menjadi patokan dasar arah pendidikan di Indonesia tidak sekuler. Semua perkara beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab merupakan nilainilai agama yang universal, dan tidak berbenturan dengan kepercayaan dan keberagaman, bahkan justru saling menguatkan kebersamaan dalam perbedaan. Disitulah pentingnya penguatan moderasi beragama dengan budaya toleransi saling hormat menghormati ditengah perbedaan. 85 Sayyid Quthb, Zhilalil Qur an, Terj. As ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm Rohmat Mulyana, Model Pembelajaran N-I-L-A-I melalui Pendidikan Agama Islam (PAI), (Jakarta, PT. Saadah Pustaja Mandiri, 2013) h.3

64 47 Penguatan moderasi beragama bukanlah suatu hal yang gampang tetapi sesuatu yang berproses, perlu adanya rekayasa, pembiasaan dan intervensi, Dalam rangka membentuk karakter dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang moderat, ke depan dibutuhkan sebuah pendidikan yang baik, dan salah satu dari pendidikan adalah disebut sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekolah adalah lembaga atau bangunan yang dipakai untuk aktivitas belajar dan mengajar sesuai dengan jenjang pendidikannya (TK, SD, SLTP, SLTA). Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sifatnya formal, non formal, dan informal, dimana pendiriannya dilakukan oleh negara maupun swasta dengan tujuan untuk memberikan pengajaran, mengelola, dan mendidik para peserta didik melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik atau guru. Ada juga yang menyebutkan definisi sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang dirancang secara khusus untuk mendidik peserta didik dalam pengawasan para pendidik (pengajar atau guru). Sekolah adalah miniatur masyarakat sekaligus tempat pembentukan karakter anak bangsa yang akan menjalani kehidupan dan menjadi pelaku budaya masa depan. Oleh sebab itu sekolah adalah tempat yang strategis untuk mengintervensi budaya-budaya baik atau akhlakulkarimah, sedangkan akhlakulkarimah terbentuk dari pembiasaan pengamalan nilai-nilai agama, karena agama hadir untuk memperbaiki akhlak manusia, seperti hadist Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: عن مالك ان رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم بعثت المتم حسن االخالق Terjamah: Dari Malik, bahwa Rasulullah saw. Besabda: Aku diutus (oleh Allah swt. menyempurnakan akhlak yang baik. 87 Akhlakulkarimah secara otomatis akan menciptakan keharmonisan dalam kehidupan, keharmonisan menciptakan kedamaian, kedamaian mewujudkan keadilan sosial, disini negara harus hadir secara maksimal karena sesuai fungsi negara memajukan kesejahteraan umum dan keadilan sosial dengan kata lain negara harus berupaya menciptakan kedamaian. Damai adalah kata yang penuh imajinasi kesempurnaan dalam ketenangan, kebaikan, keindahan, kenikmatan, sehingga menjadi kebutuhan dasar manusia, suasana tanpa kekerasan, adanya harmoni, toleransi, saling menghargai dan relasi yang setara antar individu maupun komunitas yang hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu wilayah tertentu pula, kedamaian tertinggi sering disimbolkan dengan syurga karena asal dan akhir manusia damai adalah di sana. No.8, h. 479, 87 Malik, al-muwatta, Kitab Husn al Khuluq, Bab Ma Ja a fi Husni Al Akhlaq,

65 Dalam konsepsi UNESCO, damai (peace) diartikan secara luas. Peace is more than an absence of war. It means justice and equity for all as the basis for living together in harmony and free from violence, now, but even more so for our children and succeeding generations. Kata damai mengandung makna lebih dari sekedar bebas dari perang. Damai, bermakna keadilan dan kesetaraan untuk semua, sebagai landasan untuk hidup bersama secara hormonis dan bebas dari kekerasan, baik pada masa sekarang, ataupun untuk anak anak generasi yang akan datang. Dalam kehidupan yang beragam damai harus menjadi acuan dan dibudayakan, budaya damai (culture of peace) harus dilihat sebagai essensi baru kemanusiaan. Peradaban global baru mesti didasarkan kepada kesatuan internal dan keanakeragamanan eksternal serta mengendalikan subyektifitas dan mengelola obyektifitas. Dalam kontesk ini maka penyebaran budaya damai akan mempengaruhi kerangka pikir (mind set) kita yang dibutuhkan dalam rangka perubahan mengandalkan kekuatan paksaan (force) kepada akal budi, dari konflik dan kekerasan menjadi dialog dan damai Bukan hanya itu, Budaya damai (culture of peace) merupakan dambaan semua umat manusia serta tumpuan bagi penciptaan stabilitas, kemajuan dan kesejahteraan dunia. Kehidupan damai yang dilandasi oleh kesadaran untuk saling memahami, menghargai, menghormati dan mengakui orang lain atau sekelompok orang lain yang secara given berbeda (suku, agama, ras, etnis dan golongan) akan menciptakan persamaan, keadilan, keharmonisan, kesejahteraan, ketenangan dalam kehidupan sosial. Sebaliknya, kehidupan yang penuh konflik akan menciptakan kekacauan dan bahkan menimbulkan berbagai tindak kekerasan dalam kehidupan. Membangun budaya damai (culture of peace) harus bersamaan dengan menguatkan budaya toleransi, Istilah toleransi berasal dari kata toleran (Inggris: tolerance; dalam bahasa Arab: tasamuh) yang berarti ambang batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara Etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah, toleransi b erati bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan dsb.) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi dapat dibudayakan dalam kehidupan bermasyarakat seperti di Indonesia, karena bangsa Indonesia memiliki keragaman serta akar keagamaan dan budaya toleransi yang kokoh. Pembudayaan toleransi mengarah pada terciptanya sebuah bentuk pikiran, sikap, prilaku, tindakan untuk bersabar, menahan diri, menghargai, menghormati, tidak mengganggu atau melecehkan pihakpihak lain, siapapun jenis kelaminnya, sukunya, bangsanya, warna kulitnya, adat istiadatnya, bahasanya, agamanya, pendapatnya serta keyakinannya. 48

66 49 2. Strategi Internalisasi dan Implementasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah Moderasi beragama dimaksudkan sebagai upaya untuk bisa bersikap seimbang dalam menghadapi semua persoalan yang terjadi dalam hidup. Sikap seimbang tersebut diwujudkan dalam pikiran dan tindakan serta implementasi dalam kehidupan. Implementasi tersebut tidak saja harus diusahakan namun juga harus diinternalisasi, khususnya melalui proses pendidikan di sekolah. Dalam konteks penguatan moderasi beragama di sektor pendidikan, diperlukan upaya yang terintegrasi dalam proses pendidikan. Maka strategi budaya yang harus dilakukan dalam penguatan nilai-nilai moderasi beragama di sekolah adalah melalui proses pembelajaran di kelas (class room culture) dan pembudayaan/pembiasaan di sekolah (school culture). Selain itu harus ada intervensi dalam penguatan materi PAI yang mengandung nilai-nilai Pancasila dan Islam rahmatan li al- alamin atau ISRA. Budaya kelas yaitu penguatan nilai-nilai moderasi di kelas meliputi bagaimana guru menyiapkan materi pembelajaran yang menanamkan nilainilai moderat. 88 Nilai moderasi beragama di sekolah bisa juga dengan menguatkan nilai-nilai Pancasila. Kompatibilitas nilai-nilai Pancasila dengan nilai-nilai Pancasila dielaborasi dan dieksplorasi dalam semua proses pembelajaran dengan cara mengintegrasikan Pancasila dalam proses pembelajaran. 89 Selain itu menanamkan penghargaan terhadap perbedaan, menguatkan nilai-nilai Islam rahmatan li al- alamin serta menghadirkan nilai Pancasila di kelas. Budaya kelas juga bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih terbuka, inklusif, toleran, menghadirkan perbedaan di dalam kelas baik dalam wacana, pendapat, paham, agama, golongan atau keyakinan untuk dihargai dan di hormati serta didiskusikan dalam kerangka mewujudkan pemahaman dan kesaling pengertian. Termasuk di dalamnya adalah pengelolaan kelas yang lebih variatif, suasana kelas yang menunjukkan penguatan isu-isu perdamaian dan penghargaan terhadap perbedaan. Seperti adanya quote damai di kelas, pengelolaan kerja kelompok yang heterogen, perjumpaan dengan orang yang berbeda melalui program live in internal kelas atau lainnya. Program budaya kelas ini mendorong praktek pembelajaran lebih menyenangkan dan menguatkan nilai-nilai Pancasila. Salah satunya penghargaan terhadap perbedaan, interaksi yang tanpa diskriminasi/bully, menguatkan nilai-nilai wasyatiah, nasionalisme, mengukuhkan sikap toleran dan anti paham radikal terorisme. Termasuk mengembangkan pembelajaran 88 Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 145

67 yang lebih terbuka, inklusif, menghadirkan perbedaan di dalam kelas baik dalam wacana, pendapat, paham, agama, golongan atau keyakinan untuk dihargai dan di hormati serta didiskusikan dalam kerangka mewujudkan pemahaman dan kesaling pengertian dan menguatkan nilai-nilai Islam Rahmatan lil Alamiin. Hal ini sebagai upaya konkrit intervensi pembelajaran yang mengedepankan nilai-nilai Islam wasyatiah dalam pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan penguatan melalui budaya sekolah yaitu menguatkan moderasi beragama melalui yang salah satunya dengan menguatkan ideologi Pancasila dengan mengimplementasikan nilainilai dari sila-sila Pancasila dalam kehidupan sekolah melalui pembiasaan dan pengembangan interaksi sosial antar warga sekolah. Interaksi tersebut dilakukan dengan mengembangkan penghargaan terhadap semua warga sekolah tanpa diskriminasi karena agama, suku, paham, keyakinan, pandangan keagamaan, status sosial, ekonomi, latar belakang serta menguatkan interaksi antar warga sekolah yang harmoni, rasa aman dan nyaman dalam interaksi antar warga sekolah. Penguatan Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama merupakan sebuah upaya untuk menanamkan secara permanen nilai-nilai tersebut kedalam pikiran peserta didik. Penanaman nilai tersebut diharapkan menjadi sebuah pemahaman yang memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Internalisasi tersebut harus dilakukan dalam semua proses pembelajaran di sekolah melalui proses pembudayaan yang bersifat long term atau membutuhkan proses yang lama. Selain membutuhkan jangka waktu yang lama, proses internalisasi tersebut membutuhkan role model atau contoh keteladanan nilai moderasi dalam semua aspek kehidupan yang tergambar dalam budaya sekolah dan budaya kelas. Hal ini menjadi penting agar peserta didik memiliki gambaran utuh bagaimana sebuah nilai baik yang berasal dari norma agama, norma sosial maupun berasal dari nilai Pancasila bisa tergambar jelas dalam implementasinya. Selain itu, peserta didik juga mampu berdiskusi secara langsung menghadapi berbagai isu-isu yang aktual dengan dipandu oleh para gurunya. 50

68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ilmuah, metode penelitian merupakan sitem kerja yang perlu dilaksanakan. Karena metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan Langkah-langkah kerja untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian penelitian harus memilih dan menentukan metode yang tepat guna mencapai hasil yang maksimal. Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam mendekati objek yang diteliti, cara-cara tersebut merupakan pedoman bagi seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian sehingga dapa dikumpulkan secara efektif dan efisien guna dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Pendekatan Penelitian Penelitian memakai metode kualitatif deskriptif 91 untuk menggambarkan fakta atau gejala apa adanya atau penelitian yang dilakukan dengan cara menemukan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 92 Metode kualitatif hadir sebagi respons terhadap keberadaan metode kuantitatif yang dianggap tidak mampu lagi menjawab berbagai persoalan kehidupan yang ada. Metode ini memposisikan manusia sebagai subjek penelitian bukan sebagai objek penelitian (metode kuantitatif) yang mendapat sedikit porsi di dalamnya. Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berupaya untuk menangkap berbagai persoalan yang ada di masyarakat dan mengungkap makna yang terkandung di dalamnya Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala social dengan cara memberikan pemaparan berupa gambaran yang 90 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: rineka Cipta, 1998), hal Penelitian kualitatif adalah penelitian yang brdasarkan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang dialami, dimana peneliti sebagai instrumen kunci mengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumplan trigulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan maksan daripada negeralisasi. Lihat Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2008), h Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VII; Jakarta: Rineka Cipta, 2005I; h

69 52 jelas tentang fenomena atau gejala social tersebut dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah teori. Hasil dari peneltian kualitatif diharapkan dapat memperoleh pemahaman fenomena tertentu dari perspektif partisipasi yang mengalami fenomena. Data kualitatit bersifat tidak terstruktur dalam arti variasi data yang diberikan oleh sumbernya (orang, partisipan, atau responden yang ditanya) sangat beragam. Kondisi ini memang disengaja oleh pariset karena tujuannya untuk memperoleh ide atau pandanga yang mendalam dan luas dari tiap partisipan. Kebebasan partisipan dalam menyampaikan pendapat membuat pariset mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik atas masalah yang sedang diteliti. Oleh karena itu, data kualitatif cenderung digunakan dalam riset eksploratori. 93 Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Strategi penelitian ini mengarah pada fenomenologis sehingga memungkinkan peneliti bertolak dari data empiris yang ditemukan dilapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi, yaitu berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Rini Sudarmanti, 2005) Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisi data yang diperoleh. Menurut Creswell (1998), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. Metode Fenomenologi, menurut Polkinghorne (Creswell,1998) Studi fenomenologi menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena. Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan eksplorasi terhadap 93 Istijanto, aplikasi Praktis Reset Pemasaran, (Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal 46

70 53 struktur kesadaran pengalaman hidup manusia. Sedangkan menurut Husserl (Creswell, 1998) peneliti fenomenologis berusaha mencari tentang hal-hal yang perlu (esensial), struktur invarian (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar dan menekankan pada intensitas kesadaran dimana pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing berdasarkan memori, image dan arti. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep kunci yang intersubyektif. Karena itu, menurut Kuswarno penelitian fenomenologis harus berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala Merupakan studi yang berusaha mencari "esensi" makna dari suatu fenomena yang dialami oleh beberapa individu. untuk menerapkan riset fenomenologis, peneliti bisa memilih antara fenomenologi hermeneutik yaitu yang berfokus pada "penafsiran" teks-teks kehidupan dan pengalaman hidup atau fenomenologi transendental dimana peneliti berusaha meneliti suatu fenomena dengan mengesampingkan prasangka tentang fenomena tersebut. Prosedurnya yang terkenal adalah Epoche (pengurungan), yakni suatu proses di mana peneliti harus mengesampingkan seluruh pengalaman sebelumnya untuk memahami semaksimal mungkin pengalaman dari para partisipan. Analisisnya berpijak pada horizonalisasi, di mana peneliti berusaha meneliti data dengan menyoroti pernyataan penting dari partisipan untuk menyediakan pemahaman dasar tentang fenomena tersebut. Data hasil library reasearch, data hasil survey, dan data field research di analisis untuk mengetahui sejauh mana sikap atau tindak toleransi maupun intoleransi telah berkembang di bumi Nusantara ini. Kemudian fakta sejarah tersebut dikaitkan dengan peran pendidikan baik di rumah (orangtua) maupun di sekolah yang semestinya menjadi penyemai nilai-nilai toleran. Fakta-fakta sejarah dan peran ideal pendidikan dihadapkan dengan fakta persepsi keragaman dan persepsi toleransi di kalangan pendidik dan peserta didik. Sehingga hasil analisis tersebut akan sampai kepada kesimpulan tentang masa depan toleransi di Indonesia. Karena toleransi perlu dirawat dan akan terus berproses. Lingkungan dan peran masyarakatlah yang akan menentukan hidup tidaknya mahluk hidup bernama toleransi di Indonesia tersebut. 2. Tahapan Penelitian Fenomenologi Prosedur dalam melaksanakan studi fenomenologis sebagai hasil adaptasi dari pemikiran Stevick, colaizzi, dan Keen (lihat Creswell, 1998: 54-55, : Moustaka, 1994: ) sebagai berikut: a. Menetapkan lingkup fenomena yang akan diteliti: Peneliti berusaha memahami perspektif filosofis di balik pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai kajian bagaimana orang

71 mengalami sebuah fenomena. Peneliti menetapkan fenomena yang hendak dikaji melalui para informan. b. Menyusun daftar pertanyaan: Peneliti menuliskan pertanyaan penelitian yang mengungkap makna pengalaman bagi para individu, serta menanyakan kepada mereka untuk menguraikan pengalaman penting setiap harinya. c. Pengumpulan data; Peneliti mengumpulkan data dari individu yang mengalami fenomena yang diteltiti. Data diperoleh melalui wawancara yang cukup lama dan mendalam dengan sekitar 5-25 orang. Jumlah ini bukan ukuran baku. Bisa saja subjek penelitiannya hanya 1 orang. Teknik pengumpulan data lain yang dapat digunakan: observasi (langsung dan partisipan) penelusuran dokumen. d. Analisa data. Peneliti melakukan analisis data fenomenologis. 1) Tahap awal: peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami subjek penelitian. Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam dengan subjek penelitian ditranskripsikan ke dalam bahasa tulisan. 2) Tahap Horizonalization: dari hasil transkripsi, peneliti menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik. Pada tahap ini, peneliti harus bersabar untuk menunda penilaian (bracketing/epoche): artinya, unsur subjektivitasnya jangan mencampuri upaya merinci point-point penting, sebagai data penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara tadi. 3) Tahap Cluster of Maeaning. Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tadi ke dalam tema-tema atau unit-unit makna, serta menyisihkan pernyataan yang tumpeng tindih atau berulangulang. Pada tahap ini, dilakukan: a) Textural description (deskripsi tekstural): Peneliti menuliskan apa yang dialami, yakni deskripsi tentang apa yang dialami individu. b) Structural description (deskripsi structural): Penulis menuliskan bagaiman fenomena itu dalami oleh para individu. Peneliti juga mencari segala makna yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri, berupa opini, penilaiaian, perasaan, harapan subjek peneltian stentang fenomena yang dialaminya. 4) Tahap deskripsi esensi: peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi menyuluru mengenai makna dan esensi pengalaman para subjek. e. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan ini memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca tentang bagaimana seseorang mengalami sesuatu fenomena. Laporan penelitian menunjukkan adanya kesatuan makna tunggal dari pegalaman, dimana seluruh pengalaman itu memiliki struktur yang penting. 54

72 55 3. Jenis Penelitian Berdasarkan pada jenis permasalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pola penelitian studi kasus. Secara teknis studi kasus adalah suatu penelitian yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit social, individu, kelompok, Lembaga, maupun masyarakat. 94 Studi kasus juga dikenal sebagai studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer atau kekinian. Secara umum studi kasus memberikan aksesn atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh unit social yang diteliti. 95 Adapun yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini adalah mengenai internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama dengan studi kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan. B. Sumber Data Penelitian Data adalah sekumpulan buku atau fakta yang dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu. 96 Data merupakan bahan penting yang digunakanoleh penelti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan sebuah penelitian. Oleh karenanya, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalampeneltian, sebaba kualitas data yang diperoleh juga dapat mempengaruhi kualitas hasil dari peneltian. Sesuai dengan pendekatan peneltian yang akan dilakukan penulis, maka data yang akan digunakan adalah data kualitatif. Ada dua jenis data penelitian, yaitu data sekunder (secondary data) dan data primer (primary data). Keduanya dipakai oleh peneliti dalam usaha membuat solusi atau menemukan jawaban terhadap pokok persoalan yang diteliti, baik digunakan secara bersama-sama atau secara terpisah. 1. Data primer adalah jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya. Data primer disebut juga data mentah karena diperoleh dari hasil penelitian lapangan secara langsung, yang masih memerlukan penglolahan lebih lanjut, selanjutnya data tersebut memiliki arti Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangan. Data ini diperoleh 94 Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metologi ke Arag Penguatan Model Aplikasi,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal Moh. Pabundu tika, Metodologi Reset Bisnis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hal Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Ed.1-3: Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2005), h.122

73 56 berupa dokumen yang ada kaitannya dengan internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Data ini digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer sehingga kedua jenis data tersebut saling melengkapi dan memperkuat analisis permasalah. Adapun sampling yang digunakan dalam peneltian ini adalah sampel bertujuan (purposive sample) maksudnya ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Dengan kata lain sumber data dalam peneltian ini diklasifikasikan menjadi 3 bagian: 1. Orang (person) yaitu sumber data yang bisa memberikan data yang berupa jawaban lisan melalui wawancara. 2. Tempat (place) yaitu sumber data yang menyajikan darinya dapat diperoleh gambaran tentang situasi kondisi yang berlangsung berkaitan dengan masalah yang dibahas. 3. Sumbe data yang berupa paper. Data diperoleh melalui dokumen yang berupa catatan-catatan, arsip-arsip atau foto yang dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. C. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian mengambil lokasi di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, Komplek Pamulang Barat I, RT. 01, RW. 01, Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia, Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah ketertarikan peneliti atas keberhasilan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dalam peningkatan kualitas sekolah dan mengelola sekolah yang berkarekter religius dan damai, hal ini didasarkan karena lembaga berhasil mengelola keberagaman yang ada 2. Waktu Penelitian a. Adapun waktu penelitiaan ini direncanakan mulai dari bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Juni Rincian waktu dan kegiatan penelitian yang dilaksanakan secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaittu: b. Karena waktu penelitian bersamaan dengan wabah covid 19, dan diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) maka sedikit mendapatkan masalah di lapangan, alhamdulillah dengan mempergunakan media daring/virtual penelitian dan bimbingan bisa dilanjutkan dengan memperhatikan protocol Kesehatan covid 19.

74 57 Tebel 3.1. Rincian Tahapan Penelitian No. Tahapan Waktu Keterangan 1 Persiapan Januari s.d Tahapan ini dimulai dari pengajuan Maret judul dan pembuatan proposal penelitian 2 Pelaksanaan Maret s.d. Juni Tahapan ini meliputi pengambilan data di lapangan dan data Pustaka 3 Penyelesaian Laporan Juni Tahapan ini meliputi analisis data yang telah terkumpul dan penyusunan laporan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. D. Subjek Penelitian dan Informan Penelitian 1. Subjek Penelitian Menurut Arikunto (2002:122) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti yakni subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Adapun yang dijadikan subjek penelitian adalah ibu karir yang bekerja sebagai guru dan yang memiliki anak usia sekolah. 2. Informan Penelitian Informan adalah orang yang memberikan informasi yakni orang yang memberi keterangan tentang informasi-informasi yang diperlukan oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 112). Dalam penelitian ini yang menjadi infoman adalah anak dari guru wanita yang menjadi sumber penelitian. E. Kehadiran Peneliti Seluruh rangkaian dan proses pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti sediri sebagai instrument utama dalam penelitian ini. Penelitian ini berlangsung pada latar ilmiah, yang menuntut kehadiran penelti di lapangan, Kehadiran penulis di lapangan dalam penelitian kualitatif adalah suatu yang mutlak, berarti penulis bertindak sebagai instrument penelitian sekaligus pengumpul data. Menurut Moleong, kedudukan penulis di dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis data, penafsir data, dan pada akhirnya ia akan menjadi pelopor hasil penelitiannya. (Moeleoeng, 200. P 121). Menurut Sugiyono peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sumber data, melakukan pengumulan data, menilai kualitas analisis dan menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, P 98)

75 58 Jadi penulis sebagai instrument memiliki keuntungan yaitu subjek jadi lebih tanggap akan kehadiran peneliti, Peneliti dapat menyesuaikan diri dengan setting penelitian, Keputusan yang berbuhungan dengan penelitian dapat diambil dengan cara cepat dan terarah. Demikin juga dengan informasi dapat diperoleh melalui sikap dan cara informan dalam memberikan informasi. Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara, Peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan pasif. Maka untuk itu penelti harus bersikap sebaik mungkin, hati-hati dan sunguh-sungguh dalam menjaring data sesaui dengan kenyatan dilapangan sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya. F. Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam. Observasi dilakukan melalui pengataman langsung terhadap internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Kota Tanggerang Selatan, Banten. Untuk mendapatkan informsi dan data tersebut maka peneliti membaca dan mengamati berbagai dokumen. Wawancara dilakukan dengan menghubungi pejabat yang bertanggung jawab yaitu Kepala sekolah, Wakil bidang Kurikulum, Wakil Bidang Kepeserta didikan, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama, serta peserta didik terkait. Karena studi ini difokuskan kepada persepsi keragaman atau toleransi pendidikan Islam di sekolah umum jenjang SMA dan SMK, maka ada tiga keterbatasan penggunakan hasil studi ini, yaitu pertama, tidak berlaku untuk di sekolah dasar dan menengah pertama; kedua, tidak seluruh sekolah bisa dipersepsikan; dan ketiga, karena sampel yang diambilnya relatif kecil, di Kota Tanggerang Selatan yang disinyalir paling rentan terhadap pengaruh faham radikal bernuansa agama dan intoleran, dan datanya kualitatif, maka upaya penafsiran implikasi dari hasil penelitian ini perlu ditafsirkan secara hati-hati, yaitu dalam konteks kedua hal tersebut. Instrumen utama penelitian ini adalah penelitian itu sendiri guna menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. 1. Observasi Observasi adalah meninjau langsung kondisi lapangan yang akan diteliti. Observasi digunakan dalam Menyusun latar belakang penelitian, menentukan focus penelitian, dan dalam penulisan pembahasan serta hasil penelitian. Terkait dengan observsi ini penulis menggunakan partisipasi pasif sehingga dalam hal ini penulis datang ke tempat yang menjadi objek yang akan diamati tetapi tidak untuk berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Fokus obervasi mencakup perilaku manusia berdasarkan tugas maupun hubungan antara manusia situasi dan tempatnya.

76 59 Teknik observasi sebagai upaya peneliti untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. a. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden b. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi sehingga menuntut peneliti harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. c. Oservasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Tipe dasar cara mengumpulkan data observasi: a. Mengumpulkan data lapangan dengan cara memimpin observasi sebagai peserta b. Mengumpulkan data lapangan dengan cara memimpin observasi sebagai observer c. Mengumpulkan data di lapangan dengan cara menghabiskan waktu lebih banyak sebagai seorang peserta dari pada seorang observer d. Mengumpulkan data dilapangan dengan cara menghabiskan waktu lebih banyak sebagao seorang observer daripada seorang peserta e. Mengumpulkan data dilapangan dengan pertama kali melakukan observasi sebagai orang luar dan kemudian bergerak masuk kedalam observasi sebagai orang dalam 2. Wawancara Teknik pengumpulan data dengan bertanya dan menjawab petanyaan dalam penelitan secara lisan dengan cara tatap muka dan mendengarkan secara langsung. Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini akan digunakan sebagai data-data pendukung dari fakta-fakta yang telah ditemukan pada studi dokumentasi sehingga dalam pemaparan hasil penelitian dapat dijelaskan lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunaka adalah tidak terstruktur. Dengan wawancara tidak terstruktur dihadarapkan akan mendapat banyak informasi yang lebih mendalam atau hal-hal baru yang mungkin dapat menunjng penulisan pembahasan dan hasil peneltian. Dengan wawacana tidak terstruktur ini membuat peneliti lebih terbuka pada masukan-masukan yang mungkin ditemukan setelah proses wawancara dilakukan. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in depth interview) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

77 60 sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informasi dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). wawancara dimulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, mengulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. Tipe dasar cara mengumpulkan data wawancara: a. Menata hal-hal yang tidak terstruktur, wawancara open-ended dan melakukan catatan wawancara b. Menata hal-hal yang tidak terstruktur, wawancara open-ended, menggunakan audiotape dalam wawancara dan menterjemahkan hasil wawancara c. Menata hal-hal yang semi terstruktur, menggunakan audiotape menterjemahkan hasil wawancara d. Menata wawancara kelompok, menggunakan audiotape menterjemahkan hasil wawancara Dalam penelitian ini telah diadakan wawancara dengan: a. Kepala Sekolah sebagai policy umum sekolah, pengambil keputusan dalam manajemen sekolah, b. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum c. Wakil Kepala Sekolah bidang Kepeserta didikan d. Pembina OSIS e. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha) f. Peserta didik terkait. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data untuk penulisan ini. Data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi ini digunakan dalam berbagai bagian pada penulisan peneltian ini, baik dalam penulisan latar belakang, studi pustaka maupun analisis serta pembahasan peneltian ini, melakukan studi terhadap disertasi, tesis, jurnal dan dokumen sekolah. Review dokumen ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi berupa surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Tipe dasar cara mengumpulkan data dokumen: a. Menyimpan jurnal selama studi penelitian b. Memiliki peserta yang menyimpan jurnal atau catatan selama studi penelitian c. Mengumpulkan surat-surat tanggapan dari peserta d. Melakukan analisa dokumen publik (contohnya materi arsip)

78 61 e. Menjelaskan autobiografi dan biografi f. Memiliki informan yang memiliki foto atau video g. Audio-visual material h. Menjelaskan jejak fakta-fakta fisik i. Video atau film sebuah situasi sosial atau individu/kelompok j. Memeriksa foto dan video k. Mengumpulkan suara contohnya suara music l. Mengumpulkan m. Memeriksa proses atau objek ritual G. Teknik Analisa Data Analisis data pada penelitian fenomenologi oleh cresswel, 1996, dibagi dalam beberapa langkah penelitian antara lain: 1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data 3. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan) 4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi 5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi) 6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut 7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis. Penelitian ini merupakan kajian sosiologis mikro dengan mengkaji upaya internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Kota Tanggerang Selatan, Banten. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dan eksplanasi. 98 Eksplanasi yaitu mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena 98 Achmad Djunaedi, Pengantar : Apakah Penelitian Itu?, makalah mata kuliah Pengantar Metodologi Penelitian Pascasarjana hal 6-7, tanpa nama universitas.

79 62 atau lebih sebagai penjelasan (eksplanasi) dari teori. Dan penelitian eksplorasi (menjelajah) berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Data hasil library reasearch, data hasil survey, dan data field research di analisis untuk mengetahui sejauh mana sikap atau tindak toleransi maupun intoleransi telah berkembang di bumi Indonesia ini. Kemudian fakta sejarah tersebut dikaitkan dengan peran pendidikan baik di rumah (orangtua) maupun di sekolah yang semestinya menjadi penyemai nilai-nilai toleran. Fakta-fakta sejarah dan peran ideal pendidikan dihadapkan dengan fakta persepsi keragaman dan persepsi toleransi di kalangan pendidik dan peserta didik. Sehingga hasil analisis tersebut akan sampai kepada kesimpulan tentang masa depan toleransi di Indonesia. Toleransi perlu dirawat dan akan terus berproses. Lingkungan dan peran masyarakatlah yang akan menentukan berlangsung tidaknya mahluk hidup bernama toleransi akan terus ada di Indonesia. H. Keabsahan Data atau Validasi Data Untuk menghasilkan penelitian yang maksimal, peneliti melakukan uji keabsahan, peneliti mencoba membangun mekanisme sistem keabsahan hasil peneltian kualitatif dengan menggunakan teknik pemeriksaan data kualitatif Moleong atau Burhan Bungin disebut dengan istilah meta-metode yaitu menggunakan beberapa metode sekaligus dalam suatu peneltian yang dilakukan secara linear atau secara silang, untuk menguji apakah data yang diperoleh dalam peneltian itu adalah sah dan benar. 99 Beberapa teknik pemeriksan data yang dilakukan dalam upaya menjamin keabsahan data hasil penelitian yaitu: a. Pengamatan terhadap internalisai nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Kota Tanggerang Selatan, Banten. Peneliti menggunakan triangulasi dengan membandingkan dan mengecek ulang informasi yang diperoleh melalui pengamatan internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama dengan data hasil wawancara dan dokumen yang berkaitan dengan informasi yang diperoleh dari data primer. b. Kecukupan referensi dilakukan dengan jalan membuat catatan lapangan, membuat transkrip pengamatan berperan serta, mengumpulkan dokumen yang diperlukan untuk memperkuat hasil penguatan. diakses tanggal 24 september Burhan Bungin, Peneltian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ED.I, (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 143.

80 c. Uraian rinci dibuat untuk membangun keteralihan dalam peneltian. Hal ini dilakukan dengan jalan melaporkan hasil peneltian dengan uraian yang teliti dan secermat mungkin serta mengacu pada kajian peletian sehingga dapat menggambarkan konteks penelitian yang dilakukan. Uraian disusun berdasarkan data apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan. 63

81 BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian dengan judul internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama dilakukan di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, maka peneliti akan memaparkan data mengenai sekolah tersebut. 1. Profile SMAN 6 Kota Tangerang Selatan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan ini dibangun di atas lahan seluas m2 dengan posisi geografis lintang dan 106,7338 bujur. Sekolah ini berada di lokasi yang sangat strategis yaitu lingkungan Komplek Pamulang Barat I, RT.01, RW.01, Kelurahan Pamulang Barat,Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama 5 hari mulai hari senin sampai dengan hari jum at, kegiatan dimulai dari pukul sampai dengan wib. Untuk hari sabtu diisi kegiatan ekstrakurikuler mulai dari pukul sampai dengan wib. Tabel 4.1. Profile SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Identitas Sekolah 1 Nama Sekolah SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN 2 NPSN Jenjang Pendidikan SMA 4 Status Sekolah Negeri Data Pelengkap 7 SK Pendirian Sekolah 421/KEP.246-HUK/ Tanggal SK Pendirian 9 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah 10 SK Izin Operasional 421/KEP.246-HUK/ NPWP Kontak Sekolah 20 Nomor Telepon Nomor Fax info@sman6tangerangselatan.sch.id 23 Website 64

82 65 2. Sejarah berdirinya SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Tanggerang Selatan, Banten didirikan pada tahun 2005 dengan Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor 421/Kep.246-Huk/2005, tanggal 1 Agustus 2005, tentang Pembukaan dan Pendirian (izin Operasional) SMAN 2 Pamulang yang masih menumpang di SMAN 1 Pamulang dan SMPN 2 Pamulang. Berawal dari kelebihan siswa SMAN 1 Pamulang sebanyak 46 Siswa (satu kelas), pada tahun pelajaran 2004/2005 dengan manajemen SMA 1 Pamulang tepatnya pada 19 Juli Dalam perjalanan selama 1 (satu) tahun siswanya tinggal 38 siswa. Pada awal rintisan berdirinya dipimpin oleh Drs. Dedi Rafidi (periode ), kemudian dilanjutkan oleh Drs Junaedi, M.M (periode ), setelah itu pada tahun 2008 (selama ±8 bulan) dipimpin oleh Dra. Neng Nurhemah, M.Pd, setelah itu dari tahun 2008 sampai sekarang dipimpin oleh Drs. Agus Purwanto. Diawal pendiriannya SMAN 2 Pamulang dengan program Pembelajaran reguler dengan kurikulum berbasis dengan kepemimpinan Bapak Drs. Dedi Rafidi walaupun hanya mendapat 1 kelas (48 siswa) KBM tetap berjalan, dengan pengajar dari SMAN 1 Pamulang yang penuh dengan didikasi tak mengenal lelah tetap berjuang mempertahankan 48 siswa tersebut, baru pada tahun 2005/2006 dengan mendapat izin operasional dari diknas, siswa yang mendaftar ada 197 siswa. Masa kepemimpinan Drs. Junaedi, MM, pada tahun 2005 dengan Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor 421/Kep.246-Huk/2005, tanggal 1 Agustus 2005, tentang Pembukaan dan Penegrian (izin Operasional) SMAN 2 Pamulang masih menumpang di SMAN 1 Pamulang dan SMPN 2 Pamulang, dan kegiatan KBM di siang hari, dia juga merintis lokasi sekolah berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang Nomor. 593/Kep.339-Huk/2005, tertanggal , menyetujui penggunaan tanah fasilitas Sosial seluas M2 berlokasi di Komplek Perumahan Pamulang Permai untuk digunakan sarana pendidikan dan mendapat tambahan lahan seluas M2 pada tahun 2007 bantuan APBD Kabupaten Tangerang untuk pembangunan gedung A SMAN 2 pamulang, 11 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepsek dan 1 ruang TU. Pada tahun 2007 SMA Negeri 2 Pamulang mendapat izin dari Depdiknas Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa untuk membuka program akselerasi CIBI (Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa) dan MULOK Sinematografi. Pada awal tahun tepatnya tanggal 14 Januari 2008 SMAN 2 Pamulang hijrah ke gedung milik sendiri. Pada masa kepemimpinan ibu Dra. Neng Nurhemah, M.Pd tahun 2008 merintis PBKL (Program Berbasis Keunggulan Lokal) dan agrowisata dan ICT : Programming, Komputer Technical Support, Desain Grafis Multimedia dan Komputer Akuntansi, dan Bahasa Asing

83 66 (Mandarin, Jepang, Jerman dan Bahasa Arab). Pada tahun itu juga SMAN 2 Pamulang terakreditasi A dengan Surat Keputusan Badan Akreditasi Provinsi No. 06/BAP-S/M-SK/XI/2008 tertanggal 28 November 2008, juga SMAN 2 Pamulang mendapat tambahan 6 ruang kelas baru dana dari APBD, dan Block Grand membuat ruang Perpustakaan dan alat-alat Lab.IPA juga peralatan perpustakaan. Pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Agus Purwanto dengan adanya pengembangan wilayah SMAN 2 Pamulang pada tanggal 25 Mei 2009 dengan Perwal Tangsel No. 10 Tahun 2009 menjadi SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dan pada tanggal 29 Juni 2009 dengan keputusan Wali kota Tangsel Nomor: 821.2/KEP.06-BKD/2009 Bapak Agus Purwanto di lantik menjadi kepala sekolah SMAN 6 Kota Tangerang Selatan. Pada masa kepemimpinan ia berfokus pada pengembangan sarana dan fasilitas belajar. Pada tahun 2009 membangun 1 (satu) ruang guru dan 3 (tiga) ruang kelas belajar dengan biaya dari swadaya masyarakat (Komite) tahun pelajaran 2009/2010. Lalu dibangun lagi 5 (lima) ruang kelas yang dibiayai oleh swadaya masyarakat tahun pelajaran 2010/2011. Juga Menambah 1 (satu) ruang Lab. Komputer dengan 30 unit komputer. Pendekatan dia dengan Direktorat Pembinaan Sekolah SMA mendapat bantuan blockgrand untuk Lab. Biologi (1 ruang) Untuk peningkatan Mutu SDM Guru dan karyawan ia memprogramkan: Out Bond, Workshop Pengembangan ICT untuk Guru, Kepedulian dengan lingkungan dan keluarga Prasejahtera 1 (tidak mampu) masih dapat kesempatan dalam menuntut ilmu di SMAN 6 Tangsel dan memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi akademik maupun prestasi olahraga yang mengharumkan nama sekolah. 3. Visi dan Misi SMAN 6 Kota Tangerang Selatan a. Visi: Terwujudnya lulusan yang religius, unggul, kreatif berkarakter dan berwawasan lingkungan b. Misi: 1) Mewujudkan pribadi yang religius dan berakhlakul karimah belandaskan imtaq. 2) Mewujudkan pribadi yang unggul dan berbudi pekerti yang luhur. 3) Mewujudkan pribadi yang kreatif, inovatif melalui karya ilmiah remaja. 4) Mewujudkan potensi diri yang berkarakter dan mampu bersaing sebagai bekal hidup di masyarakat. 5) Mewujudkan sekolah sebagai wahana pembelajaran alam yang berwawasan lingkungan.

84 67 4. Strategi Pencapaian Visi dan Misi a. Imtaq dan Iptek 1) Menumbuh kembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demogratis serta bertanggung jawab. 2) Mengoptimalkan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti agar mempunyai Ahklak sesuai dengan tuntunan agama, berbudaya tinggi sehingga menjadi warga yang religius dan kreatif. 3) Mengintegrasikan Imtaq dan Iptek dalam lingkungan teori maupun praktek untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Lingkungan hidup yang asri c. Menciptakan lingkungan sekolah yang kodusif dan berwawasan wiyatamanadala. d. Mengupayakan serta memelihara lingkungan sekolah yang bersih, hijau, dan sehat. e. Mengembangkan dan memacu profesionalesme seluruh sumber daya manusia. f. Meningkatkan ketangguhan daya saing sehingga mampu berkompetisi baik secara local, nasional maupun internasional. g. Meningkatkan kedisiplinan pada seluruh warga sekolah h. Mengintegrasikan potensi sekolah dan masyarakat dalam lingkungan manajemen berbasis sekolah sehingga terwujud kekuatan sinergis untuk mencapai hasil optimal i. Mengoptimalkan korelasi pembelajaran dengan kopetensi peserta didik sehingga outpu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. j. Menumbuh kembangkan lingkungan sekolah yang demokratis, transparansi, dan partisipasi aktif. k. Menciptakan budaya sekolah yang meliputi tatanan nilai, kebiasaan, musyawarah mupakat yang direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari terutama buday yang bersifat mendukung terhadap visi dan misi sekolah. 5. Denah organisasi ruangan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan memiliki organisasi ruangan yang cukup baik dan menarik, dengan tata ruang yang bagus. Lapangan yang merupakan pusat tata ruang dikelilingi oleh bangunan kelas dan ruangan kantor lainnya.

85 68 Tabel 4.2. Denah Organisasi Ruangan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan 6. Kondisi Prasarana dan Sarana Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah sedangkan sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindahkan. Berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, Bab IV Standar sarana dan prasarana sekolah menengah atas/madrasah Aliyah (SMA/MA) ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimal 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana/ruang sebagai berikut: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisiki, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium computer, ruang laboratorium Bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, Gudang, ruang sirkulari, tempat bemain/berolahraga. SMAN 6 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah negeri dan bertempat di lokasi yang strategis, dilengkapi dengan beberapa ruangan penunjang yang memadai. Mulai dari ruang kelas, ruang laboratorium, aula, kantor, ruangan kegiatan siswa, masjid, perpustakaan dan yang lainnya.

86 69 Tabel 4.3. Prasarana SMAN 6 Kota Tangerang Selatan No Nama Prasarana Jumlah Persentase Tingkat Kerusakan (%) 1 AULA BK 1 4,6 3 GUDANG 1 2,61 4 GURU 1 9,1 5 KANTIN 1 3,5 6 KEPSEK KM KM SISWA 1 2 7,98 11 KOPERASI LAB FISIKA 6 3,49 18 MASJID 1 0,3 19 OSIS PERPUS 1 3,27 21 TU 1 5,1 22 UKS 1 7,47 23 KELAS Data Umum Identitas Perpustakaan Sekolah Undang-undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada pasal 45 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, dan kejiwaan peserta didik. Pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun siswa tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.oleh karena itu perpusatakaan harus dimiliki oleh semua sekolah Pada tahun 2018, SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan mendapat bantuan ruang perpustakaan dari Badan Pengembangan SMA Pusat. Berdasarkan berita acara serah terima Nomor : 800/710/KP/2018 dengan luas tanah 108 m 2, luas bangunan 12 x 9 m 2.

87 70 Tabel 4.4. Data Umum Identitas Perpustakaan Sekolah 1. Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan 2. Nama Perpustakaan : Perpustakaan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan 3. Nomor Pokok Perpustakaan : E Nomor Sertifikat Akreditasi Sekolah : 00320/LAP.PS/XI Nilai Akreditasi : B 6. Tanggal/Tahun Berdiri Berdasarkan SL : 01 Agustus Alamat lengkap : Komplek Pamulang Permai I, Kode pos: Desa/Kelurahan : Pamulang Barat Kecamatan : Pamulang Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten 8. Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd 9. Nama Kepala Perpustakaan : Mohammad Asmian, SH., M.Pd 10. No Telp/Fax/HP/ (021) , ulfahjulianti@yahoo.com, Jumlah Peserta Didik : 1122 Siswa 12. Jumlah Rombel : 31 kelas 13. Jumlah Pendidik : 63 orang 14. Jumlah tenaga perpustakaan : 5 orang 15. Luas gedung/ruang Perpustakaan : 12 x 9 m Luas Tanah : 108 m 2 8. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang bekerja di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

88 71 Tabel 4.5. Keadaan Pendidik No. Keterangan Pendidikan Jumlah Keterangan 1. Pendidik Laki-laki 30 Pendidik 2. Pendidik Perempuan 28 Pendidik 3. PNS 45 Pendidik 4. Honor 13 Pendidik 5. Pendidikan Agama Islam 3 PNS 6. Pendidikan Agama Kristen 1 Honorer 7. PKn 2 PNS 8. Bahasa Indonesia 5 PNS 9. Bahasa Inggris 5 PNS 10. Matematika 5 PNS 11. Fisika 4 2 PNS, 2 Honorer 12. Kimia 4 PNS 13. Biologi 4 3 PNS, 1 Honorer 14. Ekonomi 4 PNS 15. Sosiologi 2 PNS 16. Geografi 2 Honorer 17. Sejarah 2 PNS 18. Pen. Jasmani 2 PNS 19. Seni Budaya 2 1 PNS, 1 Honorer 20. TIK 2 Honorer 21. Bahasa Arab 2 1 PNS, 1 Honorer 22. Bahasa Jepang 2 1 PNS, 1 Honorer 23. DGM 2 Honorer 24. BK 2 PNS 9. Keadaan Peserta didik SMAN 6 Kota Tangerang Selata a. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Keadaan peserta didik SMAN 6 Kota Tangerang Selatan secara gender lebih banyak perempuan, tidak ada ketentuan untuk hal ini. Tabel Jumlah peserta didik berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total b. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Usia Secara usia peserta didik di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan sesuai dengan ketentuan usia sekolah yang sudah ditentukan pemerinah.

89 72 Tabel 4.7. Jumlah Peserta didik berdasarkan usia Usia L P Total < 6 tahun tahun tahun tahun >20 tahun Total c. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Agama Keberagaman di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan sangatlah beragam, dari 6 agama yang ada di Indonesia ada di sana meski secara jumlah agama Islam masih dominan. Tabel 4.8. Jumlah peserta didik berdasarkan usia Agama L P Total Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu Lainnya Total d. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Wali Secara umum kondisi peserta didik di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan berasal dari keluarga rendah, sedang dan atas, hal ini menggambarkan bahwa Pendidikan untuk mereka adalah hal yang sangat penting.

90 73 Tabel 4.9. Jumlah peserta didik berdasarkan penghasilan orang tua/wali Penghasilan L P Total Tidak di isi Kurang dari Rp. 500, Rp. 500,000 - Rp. 999, Rp. 1,000,000 - Rp. 1,999, Rp. 2,000,000 - Rp. 4,999, Rp. 5,000,000 - Rp. 20,000, Lebih dari Rp. 20,000, Total e. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel Jumlah peserta didik berdasarkan tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan L P Total Tingkat Tingkat Tingkat Total f. Jumlah Peserta didik Pertingkat dan Rombel Tabel Jumlah peserta didik pertingkat dan rombel No Nama Rombel Tingkat Kelas Jumlah Siswa L P Total 1 X IPS X MIPA XI IPS XI MIPA XII IPS XII MIPA Total Jumlam

91 Kegiatan Peserta didik Di bidang kepeserta didikan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan memiliki program pembinaan kepada peserta didik, kegiatan kesiswaan dilandaskan kepada beberapa regulasi pembinaan yang berlaku. a. Landasan Hukum Kegiatan Siswa 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik; 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan b. Tujuan Pembinaan Kesiswaan 1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; 2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; 3) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society) c. Strategi Peningkatan Mutu Kegiatan Siswa 1) Optimalisasi pembinaan kesiswaan secara sistematis, berkelanjutan dan komprehensif melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler 2) Memiliki program peningkatan prestasi non akademik terdiri a). Kelompok Agama, Seni, Kekaryaan, b). Kelompok Bela Negara, Keterampilan, Olah Raga dan c). Kelompok Sains Teknologi Club dan Olimpiade yang mampu bersaing baik di tingkat Kab/ Kota, Propinsi dan tingkat Nasional 3) Memiliki data dan laporan tentang prestasi siswa yang pernah diraih 4) Memberikan penghargaan khusus bagi peserta didik yang berprestasi 5) Memanfaatkan prestasi yang telah diraih untuk mempromosikan sekolah

92 Pembiasaan dan Kegiatan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan diterjemahkan dalam beberapa pembiasaan dan kegiatan sekolah. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan harian, perpekan, bulanan, semesteran dan tahunan.. Kegiatan pembiasaan dimulai dari masuk pintu gerbang sampai kegiatan proses belajar mengajar. Begitupun dengan kegiatan di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan juga meliputi kegiatan yang masuk kedalam intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Tabel Pembiasaan dan Kegiaatan a. Harian No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Menyambut peserta didik di pintu gerbang Pembiasaan Kepala sekolah dan beberapa guru yang ditugaskan 2) Melaksanakan Piket Kelas Pembiasaan Piket Sekolah 3) Tilawah pagi pukul wib. Intrakurikuler Pendidik Mapel dan Rohis 4) Berdo a di awal Pelajaran Intrakurikuler Pengurus Kelas 5) Berdo a di akhir Pelajaran Intrakurikuler Pengurus Kelas 6) Hafalan al Qur an juz ke 30 (muslim) Pembiasaan Petugas piket sekolah 7) Hafalan kitab injil (Kristen) Pembiasaan Petugas piket sekolah 8) Hafalan Do a pagi dan malam (Hindu) Pembiasaan Petugas piket sekolah 9) Menjalankan sholat duha Pembiasaan Rohis 10) Menjalankan sholat duhur berjama ah Pembiasaan Rohis 11) Sopan santun Pembiasaan Individu 12) Menyimpan sampah pd Tempatnya Pembiasaan Individu 13) Antre Pembiasaan Individu 14) Infaq harian Pembiasaan Rohis 15) Berpakaian rapi Pembiasaan Individu 16) Datang tepat waktu Pembiasaan Individu 17) Berbahasa dengan baik Pembiasaan Individu 18) Bersikap ramah Pembiasaan Individu 19) Literasi Pembiasaan Individu b. Perpekan No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Upacara Bendera Hari Senin Intrakurikuler Petugas 2) Sholat Jum at Pembiasaan Rohis 3) Infaq Jum at Pembiasaan Rohis 4) Kebaktian Pembiasaan Ronkris 5) BBQ (Belajar Baca Qur an) Intrakurikuler Pendidik dan Mentor 6) Bengkel IT Plus Ekstrakurikuler Pembina Ekskul

93 76 7) ROHIS (Kerohanian Islam) Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 8) Marawis Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 9) Saman Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 10) Cheerleaders Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 11) Tari Tradisional Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 12) Paduan Suara Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 13) Olah Raga Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 14) Paramuka Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 15) Paskibra Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 16) PMR (Palang Merah Remaja) Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 17) English Club Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 18) Mading/Pers Sekolah Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 19) Basket Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 20) Bola Voli Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 21) Futsal Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 22) Taekwondo Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 23) Mading Ekstrakurikuler Pembina Ekskul c. Bulanan No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana Pembinaan Karakter (motivasi) Kokurikuler d. Semestran No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Class Meeting Ekstrakurikuler Osis 2) Mabit Kokurikuler Panitia e. Tahunan 1) MPLS Intrakurikuler Panitia 2) LDKS Intrakurikuler Panitia 3) Pesantren Ramadhan Intrakurikuler Panitia 4) Qurban Kokurikuler Panitia 5) Zakat Kokurikuler Panitia 6) Pemilihan MPS Ekstrakurikuler Panitia 7) Pemilihan OSIS Ekstrakurikuler Panitia 8) PHBI Intrakurikuler Panitia 9) PHBN Intrakurikuler Panitia 10 Karyawisata Kokurikuler Panitia

94 Prestasi Sekolah 3 Tahun Terakhir Tabel 4.13 Daftar Prestasi Lomba/Kejuaraan No. Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Tingkat Kegiatan Tahun Kegiatan Capaian 1. LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 2. TURNAMEN BASKET Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 3. KOMPETISI FUTSAL Grup Kab/Kota 2010 Juara 2 4. BASKET PUTRA Grup Propinsi 2010 Juara 2 5. BASKET PUTRA Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 6. FUTSAL KOMPETESI Grup Kab/Kota 2010 Juara 1 7. LOMBA GERAK JALAN SEHAT Grup Kab/Kota 2010 Juara 2 8. CHEERLEADER Grup Propinsi 2010 Juara 2 9. LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Propinsi 2010 Juara LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Kab/Kota 2011 Juara PASKIBRAKA Grup Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Kab/Kota 2011 Juara CHEERLEADER Grup Propinsi 2011 Juara PANJAT TEBING Individual Propinsi 2011 Juara KARATE Individual Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Propinsi 2011 Juara LARI MARATON 10 K Individual Kab/Kota 2011 Juara LOMBA ATLETIK Individual Kab/Kota 2011 Juara Hasil Ujian Nasional Sekolah 3 Tahun Terakhir Tabel 4.14 Hasil UN SMAN 6 Kota Tangerang Selatan Kelas IPA Kelas IPS Kelas Bahasa Kelas SMK Tahun Rerata Nilai Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel

95 78 B. Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Sekolah Melalui Kurikulum Dan Pembelajaran 1. Kurikulum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kurikulum/ku ri ku lum/ n 1 perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; 2 perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus; 100 Ada beberapa pengertian kurikulum tergantung dari sudut mana melihatnya. pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia atletik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum mempunyai arti "jarak" yang harus ditempuh oleh pelari. 101 Kurikulum diartikan pada saat itu sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum dimana dalam bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Secara umum pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Kurikulum dalam bahasa Arab, disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan bahasa Arab yang dikenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan, maka berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka. 102 Beberapa definisi-definisi kurikulum menurut para ahli seperti yang dapat dilihat dibawah ini: Menurut Nasution, "Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya." Syafruddin Nurdin, 2002: Al-Syaibany, 1997: Nasution, kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.5

96 79.Kerr, J.F (1968) menyebutkan bahwa kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pengertian kurikulum menurut definisi J. Galen Saylor dan William M. Alexander menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in the class room, on the play ground, or out of school. 104 Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kulikuler. Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. Menurut pendapat Murray Print yang mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua peserta didik pada saat kurikulum diterapkan. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : "A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school". Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mungkin mengandung banyak bahan, tetapi pada dasarnya adalah rencana pendidikan peserta didik selama mereka mendaftar di sekolah tertentu. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, kurikulum yaitu: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu 105 Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi yaitu sebagai berikut a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function): yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah. c. Fungsi Integrasi (the integrating function): Sebagai penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan 104 J. Galen Saylor dan William M. Alexander, Curriculum Planning for Better Teaching on Learning (1956) 105 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 19

97 80 yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat. d. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function): Sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani. e. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function): Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan. f. Fungsi Pemilihan (the selective function) Adalah: memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya. g. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function): Mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya. Selain itu Kurikulum juga memiliki mempunyai 4 unsur komponen yang membentuk/penyusun kurikulum. 4 Unsur komponen kurikulum adalah sebagai berikut: a. Komponen Tujuan Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.. 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya. 2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya 3) Tujuan pendidikan menengah kejurusan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai kejurusan 4) Tujuan pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang dikembangkan di kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah. b. Komponen Isi (Bahan pengajaran) Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik untuk bahan belajar mengajar guna mencapai

98 81 tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut.. 1) Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa 2) Mencerminkan kenyataan sosial 3) Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan c Komponen Strategi Kurikulum sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan penyeluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum). d. Komponen Evaluasi Komponen evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, kurikulum yaitu: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu 106 Di Indonesia perjalanan kurikulum mengalami beberapa kali perubahan, tentunya disesuaikan dengan perkembangan Pendidikan di masanya. 106 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 19

99 82 Tabel Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari Masa ke Masa No. Tahun Istilah Penekanan Kurikulum 1) 1947 Leer Plan (Rentjana yang menekankan pada Pelajaran 1947), pembentukan karakter masyarakat sebagai manusia yang merdeka dan berdaulat 2) 1952 Rencana Pelajaran Seorang guru mulai mengajar satu Terurai mata pelajaran 3) 1964 Rentjana Pendidikan Penekanan pda program pancawardhana (pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani) 4) 1968 Kurikulum 1968 menekankan pada pembentukan manusia Pancasila sejati 5) 1975 Kurikulum 1975 sebutan satuan pelajaran yang maksudnya adalahrencana pelaran setiap satua bahasan 6) 1984 Kurikulum 1984, 7) 1994 Kurikulum ) 1999 Suplemen Kurikulum ) 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 10) Kurikulum Tingkat Unit sekolah memiliki kewenangan Satuan Pendidikan merencakanan kurikulum (KTSP) 11) 2013 Kurikulum 2013 Menitik beratkanpada tiga aspek yaitu pentahuan, keterampilan danpembelajaran Ada empat aspek penilaian yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 (K13) yaitu : 1. Ketrampilan (KI-4) 2. Pengetahuan (KI-3) 3. Sosial (KI-2) dan 4. Spiritual (KI-1) Untuk penjaminan mutu Pendidikan di Indonesia, maka ditetapkan undang-undang 20/2003 Pasal 35 ayat (4), Pasal 36 ayat (4), Pasal 37 ayat (3), Pasal 42 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan Pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, maka pemerintah telah menetapkan 8 standar Pendidikan nasional (SPN) yang diatur dengan peraturan pemerintah (PP) nomor 19 Tahun 2005

100 83 Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang system pendidikandi seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik Indonesia. Adapun yang termasuk dalam standar nasional Pendidikan tersebut ialah : 1) Standar Isi (permendikbud Nomor 64 tahun 2013) 2) Standar Proses (Permendikbud Nomor 65 tahun 2013) 3) Standar Kompetensi Lulusan (Permendikbud Nomor 54 tahun 2013) 4) Satandar Pendidik dan Tenaga Kepndidkan 5) Standar Sarana dan Prasarana 6) Standar Pengelolaan 7) Sandar Pembiayaan 8) Standar Pennilaian Pendidikan (Permendikbud nomor 66 tahun 2013) Kedudukan kurikulum terutama dalam pedidkan formal di sekolah sangat mutlat dan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian sangatlah tepat bila kurikulum dijadikan sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. SMAN 6 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang menjadikan kurikulum sebagai sarana dalam internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Keseimbangan kurikuler dan ekstrakurikuler dalam menginterpensi nilai-nilai agama masuk melalui intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan pembiasaan. Keberhasilan mengintegrasikan nilainilai agama tersebut menjadikan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dikenal dengan sekolah yang religius. 2. Pembelajaran a. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran/ pem bel a jar an/ n adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar 107. Pembelajaran memiliki makna yang berbeda dengan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru. Pembelajaran juga menjadi sebuah upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal ini tentu berbeda dengan pengertian belajar, yang dapat diartikan sebagai sebuah upaya 107

101 untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Berikut akan dibahas apa saja pengertian pembelajaran menurut pendapat para ahli selengkapnya. Menurut Gagne (1977) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Menurut Munif Chatib. Pembelajaran merupakan proses tranfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Menurut Warsita. Arti pembelajaran menurut Warsita merupakan suatau usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Menurut Gagne dan Briggs (1979). Pengertian pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Menurut Sugandi, dkk (2004). Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Menurut Achjar Chalil. Menurut Chalil, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut UU No. 20 Tahun Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut David Ausubel. Teori belajar yaitu teori belajar bermakna, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi yaitu: 1) Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. 2) Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa. Menurut G.A Kimbleg Pengertian pembelajaran adalah sebuah perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakukan akibat latihan yang diperkukuh. 84

102 Menurut Syaiful Sagala (2009). Pengertian pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh peserta didik. Menurut Corey pengertian pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Definisi pembelajaran menurut Sudjana dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik sebagai warga belajar dan pendidik sebagai sumber belajar yang melakukan kegiatan membelajarkan. Menurut Rahil Mahyuddin pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek. Menurut Briggs, Arti pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Pembelajaran menurut UU Sikdiknas NO. 20 tahun 2013 adalah interakasi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar, di dalam lingkungan belajar tertentu. Di lihat dari pengertian tersebut dapat di fahami bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian-bagian yang ada dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seyogyanya menjadikan peserta didik lebih aktif dan mempunyai peran besar dalam proses belajar mengajar. Sehingga jika difahami lebih lanjut pembeljaran itu sendiri menempatkan pendidik menjadi seorang fasilitator sehingga ia memfasilitasi apa-apa yang dibutuhkan peserta didik dalam memenuhi proses belajar mengajar. Sehingga dalam pembelajaran akan lebih aktif, efektif dan lebih tepat sasaran, sebab pembelajaran yang di alami peserta didik adalah proses belajar yang di lahirkan dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dari pembelajaran seperti itu akan sangat mudah pendidik mendapatkan nilai proses dari sebuah pembelajaran. Terdapat tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran yaitu: 85

103 1) Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa. 2) Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan. 3) Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat. Terdapat beberapa ciri-ciri dan karakteristik menurut Sugandi, dkk (2000) di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. 3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. 4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis 7) Pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu system, karena pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memilii tujuan, yaitu membelajarkan siswa. Sebagai suatau system, tentu saja kegiaan belajar mengajar mengandung komponen. Proses pembelajaan merupakan serangkaia kegiatan yang melibatkan berbagai komonen yang satu sama lain saling berinteraksi, dimana guru harus memanfaatkan komponen tersebut dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin drencanakan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab IV pasar 29 ayat 1 disebutkan Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanaka proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Pendidik adalah orang yang terlibat langsung dalam sebuah pendidikan, Oleh sebab itu peningkatan kemampuan profesi dalam melaksanakan tugas merupakan hal yang sangat penting. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pendidik dalam proses pembelajaran: 1) Menjaga penampilan (performance) di depan kelas Ketika KBM 2) Mengikuti dan Menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 3) Literasi 86

104 87 Dalam hal internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama, pembelajaran merupakan alat yang sangat strategis, seorang pendidik akan dengan leluasa berimprovisasi menerapkan nilai-nilai agama dalam semua proses pembelajaran, C. Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Sekolah Melalui Intrakurikuler, Kokurikuler, Ekstrakurikuler Dan Pembiasaan 1. Peran Kepemimpinan Sekolah Sejak bergulirnya reformasi tahun 1998, pendidikan di Indonesia terus berkembang, ditandai dengan lahirnya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang kemudian direvisi oleh Undang-undang No. 32 tahun 2004 dan terkini direvisi kembali oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun Titik poin reformasi pendidikan adanya pendelegasian kewenangan pengelolaan pendidikan pada pemerintah daerah. Hanya saja kewenangan pemerintah daerah sebatas pada aspek pembiayaan sumber daya manusia dan sarana-prasarana. Sementara untuk aspek-aspek menyangkut kurikulum, pembelajaran, evaluasi dan pengukuran, sarana dan alat pembelajaran, metode dan waktu belajar, buku teks serta alokasi belajaran dan penggunaan anggaran, semuanya menjadi kewenangan sekolah, dan sebagai top managerial di sekolah adalah kepala Sekolah. Sekolah memiliki otoritas yang sangat besar untuk mengembangkan inovasi masing-masing dalam mengembangkan perlakuan pada peserta didik ketika belajar, bahkan diberikan kewenangan menetapkan waktu belajar, pengadaan buku teks yang sesuai dengan kurikulum. Yang terpenting dari semuanya adalah sekolah bagaimana sekolah menghasilkan end product peserta didik yang berprestasi, siap diuji sesuai standar kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah atas usulan masyarakat. Untuk mewujudkan end product dimaksud maka kepala sekolah dituntut untuk kuat dan strong leadership, bisa menjadi suri tauladan, mendorong seluruh gurunya bekerja total dalam mendidik peserta didiknya. Kepala sekolah harus memiliki visi untuk kemajuan sekolah, konsisten dengan visinya dengan tetap demokratis dan menghargai pandangan para koleganya. Mampu menciptakan suasana yang kondusif, aman nyaman untuk bekerja. Kepala sekolah perlu memiliki ekspektasi yang baik dan memberikan penguatan basic skhill kepada pada peserta didiknya sehinggan mereka bisa berkembang menjalani profesi apapun, Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah Bab VI Pasal 15 disebutkan bahwa Tugas Pokok Kepala Sekolah meliputi manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan. Hal itu dimaksud untuk mengembangkan

105 88 sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan 108 Dalam dunia pendidikan selalu ada standar (kualitas) yang dirumuskan bersama oleh masyarakat dan diusulkan kepada Pemerintah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri atau paling tidak Peraturan Daerah. Ukuran ketercapaian kualitas pendidikan di Indonesia telah ditetapkan dengan delapan standar, hal ini tersampaikan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 dan direvisi menjadi PP Nomor 13 Tahun Delapan standar tersebut meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. 109 Kesemua standar telah ditetapkan ukuran-ukuran pencapaiannya dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, dan keberhasilan pencapaian ukuran tersebut sangat ditentukan dari pencapaian masing-masing sekolah sejauh mana mengimplentasikan program dan proses layanan menuju pada standar minimal hasil pendidikan yang diharapkan, ini semua bermuara bagaimana peran kepala sekolah dalam menjalankan perannya di masingmasing sekolah. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Mengutip hasil penelitian United Nation Childrens fund (Unicef) yang menyatakan ada lima variabel utama dalam mengevaluasi dan mengukur kualitas penyelenggaraan pendidikan, yaitu: peserta didik, kurikulum dan bahan ajar, proses pembelajaran, lingkungan belajar dan outcome sekolah. 110 a. Aspek siswa meliputi: kesehatan, keterpeliharaan mereka sehingga siap untuk melakukan proses pembelajaran, dan terakhir dukungan keluarga dalam belajar. b. Aspek Lingkungan diukur melalui tingkat kesehatan lingkungannya, keamanan, proteksi terhadap para siswa dan kepekaan gender, dan penyiapan sumber-sumber dan fasilitas yang cukup untuk mereka belajar. c. Aspek proses pembelajaran harus dilaksanakan oleh guru terlatih untuk mengajar, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pengelolaan kelas yang baik, penilaian dilakuakan oleh tenaga berkeahlian agar mampu memfasilitasi mereka belajar dan mengurangi disparitas hasil belajar. 108 Salinan, Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. 109 Pasal 2 ayat 1 peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015, revisi atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun Dede Rosyada,

106 89 d. Aspek bahan ajar harus mencerminkan penguasaan basic skhill bagi peserta didik dasar yang akan melanjutkan studi dan menjadi seorang profesional dalam berbagai bidang pilihan mereka, harus pandai membaca menghitung dan life skill. e. Aspek autcome diukur dengan pencapaian pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tujuan pendidikan nasional dan kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat. 111 yakni kalau alumni SD akan memberi kepuasan pada SMP tempat para siswa melanjutkan studi mereka, kalau SMP memberi kepusan pada SMA tempat para siswa melanjutkan studi, dan begitu seterusnya. Bahkan jika ada sekolah kejuruan pada jenjang menengah atas, maka ketrampilan dan keahlian mereka itu sangat menggembirakan di mata para pengusaha yang menampung mereka bekerja. Mengutif hasil penelitian yang berjudul The quality of school-age child care in after school setting yang diadakan research connection sebuah konsorsium atar universitas yang dipimpin oleh columia university Dede Rosyada menyimpulkan ada 2 kategori untuk mengevaluasi kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang mempesiapkan aktifis anak setelah sekolah yaitu struktur dan proses. a. Kualitas struktur diukur dalam tiga (3) variabel: 1) Rasio peserta didik dengan staf, ukuran rombongan belajar, dan program pengelolaan sekolah, 2) Kualifikasi staf, level pendidikan dan pelatihan, dan 3) Lamanya waktu layanan pendidikan. b. Kategori proses diukur dengan delapan (8) variabel: 1) Keamanan fisik dan psikologis, 2) Struktur yang memadai 3) Hubungan yang sangat mendukung 4) Kesempatan keterlibatan para peserta didik yang bermakna 5) Norma sosial yang positif 6) Orientasi pembelajaran yang mengembang pembinaan ketrampilan 7) Keseimbangan antara otonomi dengan stutter 8) Koneksitas antara sekolah, rumah danâ masyarakat 112 Meski penelitian di atas mengkaji pengembangan program dan kegiatan setelah sekolah berakhir, tetapi merupakan bagian dari layanan pendidikan sekolah untuk para peserta didik. Sehingga variabel-variabel yang mereka lihat sebagai faktor kunci untuk sebuah kualitas dan merupakan bagian integral dalam pengukuran kualitas secara keseluruhan karena variabel yang digunakan dalam pengurkuran kualitas sekolah. Dan 111 Jeanette Colby and Miske Witt, Defining Quality in Education, Working paper of Education Section, program division, UNICEF, New York 2000, p Dede Rosyada,

107 90 di Indonesia standar kualitas diukur dengan delapan standar pendidikan nasional seperti yang sudah diatur dalam peraturan meteri pendidikan Nasional. Oleh sebab itu leadership kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah sangat menentukan berkualitas atau tidaknya sebuah sekolah itu, kepala sekolah yang bisa mengambil keputusan dalam segalah hal, tentang perekrutan, penugasan, rotasi, pembinaan bahkan promosi kepangkatan pendidik. Pendidik adalah konduktor satu pertunjukan, dia harus lihai mengelola kepemimpinannya sehingga pendidik bekerja dengan penuh antusias, bemotivasi baik, dinamis mengikuti kemajuan baik teori, instrumen, teknologi, maupun kebijakan pemerintah, jika hal itu sukse dilakukan maka semakin tinggi produktifitas sekolah, dan kalau produktifitas meninggak maka akan semakin besar kontribusi sekolah untuk kemajuan bangsa kedepan. Kepala sekolah merupakan posisi strategis, untuk itu kepala sekolah wajib memilki kreatifits kemampuan mentransformasikan ide dan imajinasi dan keinginan-keinginn besar agar terwujud. Untuk itu diperlukan dua variable utama yaitu Ide dan karya. Ide dan gagasan tanpa karya hanya merupakan mimpi-mimpi belaka tanpa membawa perubahan, seperti juga karya tanpa gagasan baru hanya akan menghasilkan stagnasi dan kejumudan. 113 Sebagai seorang manager kepala sekolah tidak hanya mengelola kurikulum dan buku ajar saja tetapi termasuk SDM pendidik dan tenaga kependidikan, selain itu juga dia harus pandai mengelola dan mengembangakan aset dan keuangan institusi. Untuk itu dibutuhkan tiga kecerdasan: 114 a. Kecerdasan professional yaitu penguasaan terhadap berbagai pengetahuan di bidang tugas utama yaitu pendidik, Dia harus menguasai Teknik penyusunan kurikulum, perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas dan evaluasi. Initinya kepala sekolah harus menguasai Pendidikan. b. Kecerdasan personal yaitu bisa menerima orang lain, menghargai orang lain dan selalu respek kepada seluruh pendidik dan seluruh orang tua peserta didik bahkan dengan tokoh-tokoh Pendidikan di lingkungannya. Kepala sekolah juga harus memiliki sikaf respek terhadap peserta didik termasuk peserta didik yang tertinggal dalam penguasaan bahan ajarnya, jangan sampai ada diantara mereka yang tertinggal rombongan belajarnya. Kepala sekolah tidak boleh memperlakukan disparitas yang mencolok antara satu sama lain, tidak 113 Dede Rosyada, Creative Thinking, Kolom Rector UIN Syarif Hidayatullah, jakarta, Edisi 3 Mei Dede Rosyada, Paradigma pendidikan Demokratis, â h. 233

108 91 juga membedakan layanan hanya karena perbedaan etnik, Bahasa, buaya dan agama. c. Kepala sekolah harus percaya diri ketika berhadapan dengan para pejabat daerah dan pusat, tidak boleh superior terhadap pendidik, tenaga kependidikan dan semua warga sekolah. d. Kecerdasan manajerial yaitu memiliki ide-ide besar, mampu mengorganisir bawahannya untuk melaksanakan program yang sudah ditetapkan Bersama. Kepala sekolah juga harus mampu memotivasi seluruh staf akademik dan stan non akaemik, mampu berkomunikasi dengan baik sehingga semuanya faham akan hak dan kewajibannya, dan kepala sekolah harus bias mengevaluasi secara obyektif pekerjaan yang diselesaikan oleh seluruh tim kerjanya sebagai inspirasi perbaikan diwaktu mendatang. James Harvey dalam tulisannya berjudul The School Principal as Leader: Guiding Schools to Better Teaching and Learninga, mengatakan seorang kepala sekolah harus melakukan lima kunci: a. Merumuskan visi untuk kemajuan dan keberhasilan academic peserta didik. b. Menciptakan suasana sekolah yang sangat kayak untuk Pendidikan dan pembelajran. c. Menanamkan sikap kepemimpinan terhadap seluruh staf akademik dan non akademik. d. Meningkatkan pembelajaran e. Mengelola seluruh staf akademik dan non akademik untuk mengelola proses layanan akademik dan non akademik dalam rangka mempercepat kemajuan. Kepala sekolah sebagai manajer berkewajiban meningkatkan kualitas sekolah, bertanggung jawab terhadap maju mundurnya satuan Pendidikan yang menjadi wilayah otoritasnya. 2. Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Guru yang dalam istilah Pendidikan di Indonesia sekarang dibahasakan dengan pendidik adalah bagian terpenting dalam penyelenggaraan Pendidikan selain bagian-bagian yang lainnya, Guru adalah aktor utama yang bisa memandu peserta didik meraih keberhasilan. Menurut kamus besaar Bahasa Indonesia (KBBI) guru/gu ru/ n orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 115 Kata guru sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti orang yang menguasai suatu ilmu dan mengajarkannya pada orang lain. Dalam konteks Pendidikan Islam, Guru/Pendidik disebut dengan murabbi, muallim dan muaddib. 116 Lebih dari itu, dari segi 115 Pranala (link): Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 56.

109 92 etimologi banyak kita jumpai istilah yang berdekatan dengan esensi arti dari pendidik tersebut. Seperti kata mudarris, ustadz, mursyid tutor, lecturer. Dari beberapa term tersebut mempunyai makna yang berbeda, sesuai konteks kalimat serta paradigma yang dibangun, meskipun di suatu tertentu mempunyai kesamaan dalam hal makna. Kesamaan itu adalah dari esensi terminologi yang bertitik tumpu pada implementasi bahwa dari kesemua term tersebut mengandung unsur pendidik. Dalam arti, mempunyai suatu kesamaan ruang lingkup pendidik tersebut dalam sebuah tujuan. Yaitu, mendidik, mengarahkan, serta mentranfosrmasikan sebuah keintelektualan dan lain sebagainya. Tabel Beberapa Istilah Guru/Pendidik No. Predikat Karakteristik 1. Murabbî Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya 2. Mu allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah 3. Mu-addib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan 4. Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya 5. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalisme, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses, dan hasil kerja, serta sikap continous improvement 6. Mursyîd Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya 7. Tutor 1 orang yg memberi pelajaran (membimbing) kpd seseorang atau sejumlah kecil siswa (di rumah, bukan di sekolah); 2 dosen yg membimbing sejumlah mahasiswa dl pelajarannya 8. lecturer pemberi kuliah. Arti lainnya dari lecturer adalah lektor. a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan

110 peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan kompetensi pedagogic meliputi: 1) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. 2) Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik b. Kompetensi Kepribadian adalah individu yang memiliki: a. kepribadian yang baik sebagai pendidik yang layak diteladani, dan memiliki sikap serta kemampuan kepemimpinan dalam interaksi yang bersifat demokratis dalam mengayomi peserta didik. Jadi dalam hubungannya dengan peran guru PAI, yaitu dalam memberikan bimbingan moral, guru harus mempunyai kepribadian yang dapat dijadikan teladan oleh siswa dikelas. b. berwibawa.karena keluhuran akhlakul karimah bukan berwibawa sandiwara yang bersifat fisik semata. c. Kompetensi Profrsional yaitu penguasaan materi ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan mendalam mengenai bidang studi atau mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan sistem intruksional dan strategi pembelajaran yang tepat. Kompetensi profesional ini mencakup: 1) Penguasaan materi pembelajaran atau bidang studi yang mencakup ilmu pengetahuan, teknologi dan seni secara teriris dan praktis 93

111 2) Penguasaan pengetahuan cara mengajar dan kemampuan melaksanakannya secara efektif. 3) Penguasaan pengetahuan tentang cara dan proses belajar dan mampu membimbing peserta didik secara berkualitas d. Kompetensi Sosial yaitu peran guru terhadap pembinaan moral merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari suatu kelompok sosial yang mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik serta masyarakat sekitar dalammemberikan pendidikan moral. Adapun aspek-aspek dalam kompetensi ini meliputi: 1) Memiliki perilaku yang terpuji dengan sikap dan kepribadian yang menyenangkan dalam pergaulan disekolah dan masyarakat. 2) Memiliki kemampuan menghormati dan menghargai orang lain khususnya peserta didik dengan kelebihan dan kekurangan masingmasing. 3) Memiliki ahlak yang mulia sesuai agama yang dianut. Dua tambahan kualifikasi kompetensi guru Pendidikan agama tercantum dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 211 Tahun 2011 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, yaitu: Kompetensi leadership, dan Kompetensi spiritual. e. Kompetensi Spiritual yaitu peran guru Agama Islam. Sebagai peran pokok guru pendidikan agama islam. sehingga dasar atau landasan arti pengabdian disematkan disini, seperti : 1) Menyadari bahwa mengajar adalah ibadah dan harus dilaksanakan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh. a) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan ikhlas karena Allah. b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh. 2) Meyakini bahwa mengajar adalah rahmat dan amanah. a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan setulus hati. b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan penuh tanggung jawab. 3) Meyakini sepenuh hati bahwa mengajar adalah panggilan jiwa dan pengabdian. a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan semangat dan penuh integritas b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan dedikasi yang tinggi 4) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah aktualisasi diri dan kehormatan. a) Memahami bahwa menjadi GPAI di satuan pendidikan adalah profesi yang terhormat. 94

112 b) Bersemangat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keimanan yang diyakini dalam kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan. c) Merasa percaya diri tampil sebagai GPAI SD. d) Merasa bangga dan terhormat sebagai GPAI di SD. 5) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah pelayanan a) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penuh semangat pelayanan sebagai implementasi dari nilai-nilai ketakwaan. b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SD dengan sepenuh hati. c) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan sebagai sarana pembelajaran bagi GPAI. 6) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah seni dan profesi. a) Memahami bahwa menjadi GPAI di satuan pendidikan adalah sebuah profesi yang perlu ditekuni dan dikembangkan terus menerus. b) Memahami bahwa mengajar itu sebuah seni yang dinamis dan membutuhkan variasi. c) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan pendekatan yang aktif, kreatif dan inovatif 7) Kompetensi Leadership yaitu guru agama harus mengambil peran sebagai pemimpin' secara informal. dalam arti bukan harus menjadi seorang kepala sekolah akan tetapi bisa memberi warna dominan dalam kehidupan disekolah. baik dikantor dengan sesama pendidik maupun di lingkungan sekolah dan kelas bersama dengan peserta didik. Berdasar kompetensi ini maka Guru agama islam harus aktif, berwawasan luas, memiliki percaya diri tinggi yang disertai dengan pertimbangan kedewasaan. bertindak sebagai 'penjawab semua pertanyaan' yang muncul serta senantiasa memberikan solusi setiap permasalahan. Akhir-akhir ini peranan guru terkhusus guru agama mengalami degradasi yang mengkhawatirkan, banyak factor penyebab masalah tersebut, bisa muncul dari ekstern maupun intern guru itu sendiri. Luntrunya rasa hormat terhadap guru membuat profesi tersebut kerap jadi sasarana persekusi hingga disalahkan atas beragam kenalakan yang melibatkan pelajar. Hilangnya wibawa guru sering kali ditandai dengan pergeseran sikap para peserta didik dalam memandang profesi dan peran seorang guru, saat ini peserta didk mengalamai degraadasi menghormati guru dengan munculnya perilaku yang mengolok-olok guru yang berlebihan hingga memancing kemarahan tetapi ketika mereka marah justru mereka yang disalahkan. 95

113 96 Karisma guru meredup dan menghilang seakan sosok yang tidak punya kekuatan, banyak guru yang disomasi oleh orang tua peserta didik hanya karena melakukan kekerasan disebabkan kesal dengan perilaku anak mereka, padalah perbuatan itu masih dalam koridor mendisiplinkan anak. Terkadang laporan yang diperkarakan bukan merupakan hal yang subtantif dalam Pendidikan seperti: mencubit, menjewer, mengibas dengan mukena (alat sholat wanita) karen kesal mereka tidak mau ikut kegiatan sholat berjama ah tetapi hal-hal tersebut dilaporkan ke kepolisian diviralkan di media social dan yang lebih kurang baik lagi masyarakat cenderung terporookasi kemudian ikut menghujat guru. Masalah lain yang muncul adalah perkembangan revolusi 4.0 yang begitu dahsyat, kemajuan zaman di bidang teknologi dan informasi membawa perkembangan yang cepat pula di bidang Pendidikan. Orientasi dan pelaksanaan pembelajaran dipaksa bisa menyesuaikan dengan pesatnya kemajuan, akses informasi yang cepat membuat manusia banyak tahu akan sesuatu tanpa harus kemana-mana cukup di kamar sendirian berselancar ke banyak hal. Oleh sebab kemajuan tersebut maka guru mulai dipertanyakan kehadiran dan perannya, karena digeser oleh fasilitas yang sangat mudah dan bisa memberikan apa yang diperlukan cukup dengan menggenggam satu android maka semua teratasi. Apapun kondisinya guru adalah sosok yang harus hadir dalam kehidupan ini, rekaya social budaya hanya akan bisa dilakaukan oleh manusia yang Penguatan guru agama menjadi hal yang sangat mendasar untuk Jika guru tidak memperbaharui kemampuan dirinya maka 3. Kegiatan Intrakurikuler Kegiatan Intrakuriluler merupakan kegiatan utama sekolah yang dilakukan dengan menggunakan struktur program, alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan pendidik dan peserta didik dalam jam-jam pelajaran setiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai tujuan minimal setiap mata pelajaran/ bidang studi yang tergolong inti maupun khusus Pelaksanaan kegiatan intrakurikuler di Sekolah Menengah Umum didasarkan pada Peraturan Perundang-Undangan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).Pelaksanaan

114 97 kegiatan intrakurikuler di Sekolah Menengah Umum didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan Nomor 20 tahun Kegiatan Kokurikuler Yang dimaksud dengan kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jadwal intrakurikuler tetapi sangat erat dan menunjangmya dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intrakurikuler. Biasanya kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya yang berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Kegiatan kokurikuler dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi pelajaran yang telah diperlajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas. Kegiatan ini bias dilakukan secara individual ataupun kelompok. Dalam pelaksanaannya kegiatan kokurikuler haruslan ada koordinasi dengan mata pelajaran yang lain, hal ini supaya menghindari terjadinya pengulangan dan ketumpang tindihan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya, sehingga peserta didik tidak overdosis dan mendapat beban berat karena semua pendidik membrikan tugas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan kokurikuler: a. Tugas hendaknya jelas dan sesaui dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang sedang diajarkan b. Pendidik harus mengetahui tingkat kesulitan tugas kokurikuler tersebut bagi peserta didik, sehingga tugas tersebut disesuaikan dengan kemampuan mereka dan tidak memberatkan baik secara fisik maupun psikisnya. c. Penilaian tugas kokurikuler harus jelas dan adil sesuai dengan hasil masing-masing kemampuan peserta didik. d. Tugas kokurikuler berfungsi untuk memperdalam pengetahuan peserta didik, sehingga bias membantu dalam penentuan nilai raport. 5. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam intrakurikuler, dengan materi di luar materi intrakurikuler juga. Fungsinya untuk menyalurkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan minat dan bakat mereka, selain itu juga untuk memperluar pengetahuan, belajar bersosialisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang dan lain sebagainya. Pelaksanaannya bisa di sekolah ataupun di luar sekolah tentunya dibawah pengawasan dan pengendalia sekolah dan melibatkan pendidik atau petugas lain yang ditunjuk. Kegiatan ekstrakurikuler diarahkan untuk memperluas pengetahuan peserta didik agar bisa mengembangkan nilai-nilai atau sikap

115 dan menerapkan secara lebih lanjut pengetahuan yang dipelajari dalam mata pelajaran program inti dan pilihan, selain itu ekstrakurikuler juga berfungsi sebagai wadah pengembanan diri peserta didik. Ekstrakurikuler lebih menekankan pada kegiatan kelompok dan dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat peserta didik, kondisi lingkungan dan social budaya mereka. Semua peserta didik memikili minat, bakat dan kecerdasan EQ yang berbeda, untuk itu sekolah harus peka mengembangkan hal ini dan menempatkan ekstrakurikuler bukan sekedar pelengkap tetapi memperlakukan sebanding dengan kegiatan intrakurikuler, karena tidak sedikit orang bisa survive hidup dan justru berhasil karena mereka mampu mengelola dan mengembangkan kecerdasan minat dan bakat mereka. Prinsip dari kegiatan ekstrakurikuler adalah: a. Individual, karena disesuaikan dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing b. Pilihan, diikuti secara sukarela c. Keterlibatan aktif, karena kesungguhan keikutsertaan secara penuh d. Menyenangkan, karena tidak ada paksaan e. Etos kerja, karna membangun semangat untuk bekerja dengan baik dan berhasil f. Kemanfaatan social, karena dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler perlu terus dikembangkan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah. Kegiatannya sebagai bentuk pengembangan bakat, kepribadian prestasi dan kkreativitas peserta didik seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler secara khusus memiliki tujuan: a. Menyediakan lngkungan yang memungkinkan setiap peserta didik bias mengembangkan potensi, bakat dan kemapuan secara optimal. Sehingga mereka bisa mewujudkan dan memfungsikan secara penuh dirinya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. b. Mengindentifikasi, membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi peserta didik secara utuh. c. Pengembangan aspek afektif dan psikomotor guna menyeimbangkan aspek kognitif peserta didik. d. Pengembangan minat dan juga membantu peserta didik agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan rasa tanggung jawab sebagai seorang manusia yang mandiri. Kegiatan ekstrakurikuler sangatla efektif untuk pembiasaan peserta didik menghadapi kehidupan nyata, karena banyak manfaat yang bisa langsung diambil dari kegiatan tersebut seperti melatih kemampuan mereka dalam: a. Berorganisasi 98

116 99 b. Kegiatan suatu even organizer c. Menjadi seorang pemimpin d. Berinteraksi dengan kegiatan luar sekolah e. Mempunyai suatu keterampilan f. Menghargai kelebiha orang lain g. Mengadapi tantangan hidup h. Membuat relasi yang langgeng (interpersonal) i. Memotivasi mewujudkan cita-cita dan karier j. Membiasakan diri bertanggungjawab atas kemajuan almamater k. Menghargai pengorbanan orang lain l. Berwawasan global. 6. Kegiatan Pembiasaan Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Pendidikan Karakter Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya kebiasaan menyontek, maraknya angka kekerasan anakanak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, penyalahgunaan obat-obatan, pergaulan bebas, pornografi, dan vandalisme, perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial

117 100 yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan keterkaitan ketiga kerangka pikir ini. Oleh sebab itu, Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal. Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman. Kegiatan Pembiasaan di Sekolah Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi. Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram dan Keteladanan. 1) Kegiatan Rutin Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan terus menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan pembiasaan yang termasuk kegiatan rutin adalah sebagai berikut : a) Berdoa sebelum memulai kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik berdoa sebelum memulia segala aktifitas. Kegiatan dilaksanakan setiap pagi secara terpusat dari ruang informasi dimana pada setiap pagi dengan petugas yang terjadwal b) Membaca Asmaul Husna Kegiatan ini bertujuan membiasakan peserta didik untuk berdzikir, mengingat nama nama Allah. Kegiatan ini dilaksanakan secara terpusat dari ruang insformasi dengan petugas yang terjadwal.

118 101 c) Hormat Bendera Merah Putih Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan bangga sebagai bangsa pada peserta didik. Bendera Merah Putih telah dipasang di masing masing kelas dan aba aba dipimpin oleh petugas yang terjadwal. d) Sholat Dhuha Bersama sama e) Tadarus Al Qur an f) Sholat Dhuhur Berjamaah g) Berdoa di akhir pelajaran h) Infaq Siswa i) Kebersihan Kelas 2) Kegiatan Spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, tempat dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan, terutama dalam membiasakan bersikap sopan santun, dan sikap terpuji lainnya. Contoh: a) Membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru, karyawan dan sesama siswa b. Membiasakan bersikap sopan santun b) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya c) Membiasakan antre d) Membiasakan menghargai pendapat orang lain e) Membiasakan minta izin masuk/keluar kelas atau ruangan f) Membiasakan menolong atau membantu orang lain g) Membiasakan menyalurkan aspirasi melalui media yang ada di sekolah, seperti Majalah Dinding dan Kotak Curhat BK. h) Membiasakan konsultasi kepada guru pembimbing dan atau guru lain sesuai kebutuhan. 3) Kegiatan Terprogram Kegiatan Terprogram ialah kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditetapkan. Membiasakan kegiatan ini artinya membiasakan siswa dan personil sekolah aktif dalam melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan kemampuan dan bidang masingmasing. Contoh : a) Kegiatan Class Meeting b) Kegiatan memperingati hari-hari besar nasional c) Kegiatan Karyawisata d) Kegiatan Lomba Mata Pelajaran, seperti olimpiade matematika, pesona fisika, lomba mading, dll e) Kegiatan Pentas Seni Akhir Tahun (PESAT) f) Kegiatan Kemah Akhir Tahun Pelajaran (KATP) 4) Kegiatan Keteladanan Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan contoh (idola) Contoh:

119 102 a) Membiasakan berpakaian rapi b) Mebiasakan datang tepat waktu c) Membiasakan berbahasa dengan baik d) Membiasakan rajin membaca e) Membiasakan bersikap ramah D. Analisis Data Dan Pembahasan 1. Analisis Penelitian ini merupakan kajian sosiologis mikro dengan mengkaji upaya internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Tanggerang Selatan, Banten. Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Gejala-gejala sosiologis dan religius yang muncul dipetakan dari persfektif komunits itu sendiri. Analisis dan verifikasi data dilakukan sejak awal sampai akhir penelitian dalam proses siklikal melalui pemeriksaan terhadap a. Observasi b. Dokumen c. Wawancara d. Reduksi data yang dilakukan melalui proses memilih, memfokus, menyederhanakan, mempertajam, mengorganisasikan, dan melakukan abstraksi data yang telah terkumpul sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat diuji kebenarannya. 2. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi tentang Internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan Moderasi Beragama di SMAN 6 Tangerang Selatan, peneliti akan sajikan uraian bahasan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Begitupun peneliti akan mengintegrasikan temuan yang ada di lapangan kemudian menyamakan dengan teori-teori yang ada. Akan disajikan Analisa data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, kemudian di interpretasikan secara terperinci. Adapun focus peneliti yang akan didiskusikan meliputi: 1. Internaliasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan. 2. Strategi internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan. 3. Dampak internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan.

120 103 a. Internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan. Rahmat Mulyana mendefinisikan internalisasi nilai sebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang atau dalam Bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan nilai, sikap, perilaku (tingkah laku), praktik dan aturan baku pada diri seseorang. 117 Soedijato menyatakan bahwa internalisasi nilai adalah proses menjadikan nilai sebagai bagian dari diri seseorang. 118 Proses tersebut tercipta dari (adanya) Pendidikan nilai dalam pengertian yang sesungguhnya, yaitu terciptanya suasana lingkungan dan interaksi belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai. 119 Kalau kita lihat sekilas ke visi dan misi SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, ditemukan bahwasannya ada 4 nilai yang dikembangkan di Sekolah tersebut, yaitu: religius, unggul, kreatif berkarakter dan berwawasan lingkungan. Nilai-nilai religius di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan ditempatkan diurutan pertama, hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional UU No. 20 Tahun 2003 yaitu: mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Arti dari religius adalah bersifat keagamaan 120 kata dasar berasal dari bahasa latin religare yang berarti menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa Inggris disebut dengan religi dimaknai dengan agama. Dapat dimaknai bahwa agama bersifat mengikat, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Dalam ajaran Islam hubungan itu tidak hanya sekedar hubungan dengan Tuhan-nya akan tetapi juga meliputi hubungan dengan manusia lainnya, masyarakat atau alam lingkungannya. 121 Abdul Majid dan Dian Andayani menyebutkan bahwa nilai yang berlaku dalam kehidupan itu digolongkan 117 Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Hlm Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan hlm Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan dan Bermutu, hlm Pranala (link): li gi us/ /réligius/ a bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut-paut dengan religi: ia sangat terkesan akan kehidupan -- di Indonesia 121 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN- MALIKI PRESS, 2010), hal. 66

121 104 menjadi dua macam yaitu nilai Ilahiyah dan Insaniyah. 122 Dan yang termasuk nilai ilahiyah yaitu nilai iman,taqwa, ikhlas, sabar, jujur. Sedangkan yang termasuk nilai insaniyah yaitu peduli, sopan, dan toleran. Agama merupakan seperangkat ajaran yang terdiri dari nilainilai kehidupan yang harus dijadikan barometer para pemeluknya dalam menentukan pilihan tindakan dalam kehidupannya. 123 Jadi, religius merupakan penghayatan serta implementasi dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga aspek religius ini harus ditanamakan secara maksimal. Penanaman nilai religius ini menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah. Menurut ajaran islam, sejak anak belum lahir sudah harus ditanamkan nilai-nilai agama agar anak kelak menjadi anak yang religius. Dalam perkembangan selanjutnya saat anak telah lahir, penanaman nilai religius harus lebih intensif lagi b. Strategi internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Tangerang Selatan Ada banyak strategi untuk mendukung terlaksananaya penanaman nilai-nilai religius di SMAN 6 Tangerang Selatan baik itu dari program sekolah itu sendiri ataupun lingkunan lembanga Pendidikan tersebut. Budaya religius yang dibangun setiap hari memungkinkan peserta didik terbiasa melakukan nilai religuus tersebut tanpa harus ada pemaksaan. 124 Jika nilai-nilai religius peserta didik tertanam dan dipupuk dengan baik, maka dengan sendirinya akan tumbuh menjadi jiwa agama yang kuat, sehingga dapat mencegah kenakalan-kenakalan remaja, Dan jika jiwa agama tertanam dengan kuat maka dengan sendirinya moderasi beragama pun akan menjadi hal yang terbiasakan, oleh sebab itu dengan sendirinya melahirkan generasi yang unggul, kreatif berkarakter dan berwawasan lingkungan sebagai wujud dari tanggung jawab hidup bermasyarakat. Internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi Beragama di SMAN 6 Tangerang Selatan tentunya membutuhkan suatu proses, Lembaga melakukan strategi secara continue dan sistematis agar kegiatan yang dimaksud dapat berjalan dengan maksimal. Strategi meliputi beberapa cara mulai dari regulasi yang diberlakukan di sekolah meliputi pengajaran, pemahaman, 122 Abdul Majid dandian andayani, Pendidikan Karakter Perpsektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hlm Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), hal. 124

122 105 keteladanan dan pendekatan secara kelompok atau individual kepada peserta didik, selain itu strategi yang dilakukan sekolah dengan cara mengintegrasikan dan mengaplikasikan nilai-nilai Agama dalam kurikulum sekolah,masuk dalam program intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler.dan pembiasaan. Internalisasi nilai-nilai Agama dilakukan dengan beberapa tahapan yakni: a. Informasi, b. Penghayatan, c Aplikasi nilai. 1) Tahapan informasi (afektif) dan penyadaran, dimaksudkan adalah tahapan memberikan materi dan pemahaman tentang nilai-nilai yang baik dan buruk sehingga peserta didik dapat membedakan antara keduanya. Dalam tahapan ini juga divisualkan beberapa poin penting berupa tulisan, quote, gambar, petunjuk arah, informasi tempat dan ruangan contoh: Visi dan Misi Sekolah, Tata Tertib Sekolah, quote-quote damai, kata-kata motivasi the safer scool (sekolah AMAN, NYAMAN & MENYENANGKAN) dll. 2) Tahapan penghayatan (Kognitif) yakni memberikan arahan dan bimbingan dan keteladanan kepada peserta didik untuk menghayati nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah. 3) Tahapan aplikasi, (Psikomotorik) yakni 1) tahapan implementasi dalam bentuk penerapan kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh sekolah, 2) memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan nilai yang baik dalam bentuk pebuatan, 3) para pendidik memberikan contoh yang baik agar peserta didik mengikuti dalam praktek kehidupan sehari-hari baik di sekolah, keluarga dan di masyarakat luas. 4) menciptakan suasan religious di lingkungan sekolah. Kegiatan internalisasi nilai-nilai Agama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dalam upaya menumbuhkan moderasi Beragama 1) Datang tepat waktu Salah satu ciri khas dari negara maju adalah kedisiplinan, menata negara yang baik diawali dari pembiasaan warganya terkhusus dalam Pendidikan adalah peserta didik sebagai generasi penerus. Dalam agama Islam disebutkan bagaimana umatnya harus menghargai waktu dengan baik, seperti disebutkan dalam al qur an surat al Asr (103) ayat 1-3: ٢ و ال ع ص ر - ١ ا ن اال ن س ان ل ف ي خ س ر - ا ال ال ذ ي ن ا م ن و ا و ع م ل وا الص ل ح ت و ت و اص و ا ب احل يق ە و ت و اص و ا ب الص ب - ٣

123 106 Terjemah: Demi masa (1), sungguh, manusia berada dalam kerugian (2), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (3) 125 Kedisiplinan harus ditanamkan sejak dari lingkungan rumah sampai di lingkungan sekolah. SMAN 6 Kota Tangerang Selatan membiasakan warganya berdisiplin terutama waktu, hal ini tergambar dalam tata tertib sekolah, mulai dari pengaturan waktu, kehadiran, penampilan seragam, kepribadian dan sebagainya tentunya dilengkapi dengan penerapan konsekwensi dari sebuah pelanggaran. Hal yang menarik dari penerapan konsekwensi adalah pemberian tugas menghafal al qur an juz ke 30 atau mengafal injil, bagi yang Kristen, dan menghafal do a pagi dan malam bagi yang hindu, jika ada peserta didik yang datang terlambat dari jadwal yang sudah ditetapkan. Penerapana konsekwensi ini sangat efektif untuk Pendidikan karakter peserta didik, karena berakibat mereka punya kemampuan hafalan kitab suci, Selain menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelum diberlakukan konsekwensi ini, sekolah menerapkan konsekwensi memulangkan peserta didik yang terlabat. Dan tidak sedikit dari mereka karena takut ketahuan oleh orang tua dan tidak berani pulang kerumah sebelum jam waktu pulang sekolah, maka mereka berkeliaran dan kadang terkonsentrasi di tempat-tempat yang tidak tepat, nongkrong bahkan sampai tawuran 2) Menyambut Peserta didik Suatu pemandangan yang menyejukan sekaligus membeikan motivasi pagi bagi peserta didik dan warga sekolah SMAN 6 Tangerang Selatan adalah kegiatan penyambutan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, Pejabat, Staf, Pendidik yang dilakukan secara bergantian. Kegiatan ini membentuk peserta didik berkarakter akhlak mulia berupa sopan dan santun, menghormati orang yang lebih tua dengan pembiasaan mengendalikan ego dan kesombongan, setiap ucapan salam dan kecupan cium tangan yang dilakukan berulangulang membiasakan mereka untuk terbiasa melakukan senyum, menegor sapa dengan salam, berlaku sopan dan berjiwa santun. Sambutan, sapaan dan jawaban salam dari kepala sekolah, staf dan pendidik, piket yang ramah mengawali hari mereka dengan 125

124 107 hati yang bahagia, semangat merasa aman dan nyaman selama berada di sekolah, dan tak sedikit mereka merasa betah untuk tinggal berlama-lama di sekolah. 3) Tadarus Al-qur an (membaca kitab suci) Setiap pagi pukul s.d wib. sebelum dimulainya pembelajaran di SMAN 6 Tangerang Selatan diadakan tadarus al qur an, dilakukan di setiap kelas dibimbing oleh guru yang bertugas jam pelajaran pertama di kelas tersebut, juga dibantu oleh petugas rohis dengan terjadwal. Bagi yang beragama selain Islam juga melakukan hal yang sama beupa kajian kitab suci sesuai dengan agama masing-masing di tempat yang khusus. Kegiatan tadarus bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai al qur an sebagai pedoman hidup bagi manusia sehingga berfikir dan bertindak dengan nilai-nilai qur an, sekaligus siraman rohani membersihkan jiwa-jiwa yang kering dari nilai-nilai ilahiyyah. membentuk karakter Rabbaniyah peserta didik dan bisa mengambil hikmah-hikmah yang terkandung di dalam al Qur an. Prof. TH. Haby Ash Shiddieqy berpendapat tentang al Qur an bahwa: al qur an dinamai dengan al qur an adalah karena dia dibaca. Dinamai dengan al furqan adalah karena dia menceraikan yang benar dari yang salah atau membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Dinamai dengan Adzikra adalah karena dia suatu peringatan dari Allah menerangkan di dalamnya apa yang halal, yang haram, akan hudud akan faraid dan karena dia sesuatu sebutan yang mulia. 126 Kegiatan membaca Al Qur an di SMAN 6 Tangerang Selatan memikili unsur Pendidikan tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran tersebut adalah pegabdian kepada Allah sejalan dengan rujuan penciptaan manusia yang ditegaskan dalam surat al Dzariah ayat 56: و م ا خ ل ق ت ا ل ن و اال ن س ا ال ل ي ع ب د و ن - ٥٦ Terjemah: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-ku T.M. Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah danpengantar Ilmu Al qur an Tafsir, (Bulan Bintang: Jakarta, 1974), hal

125 108 4) Hafalan Al qur an atau Kitab Suci Sebuah konsekwensi bagi yang terlambat datang di Sekolah mereka diwajibkan menghafal al qur an juz ke 30. Oleh piket sekolah. Hal ini selain sebagai penerapan disiplin juga memberikan pelajaran yang sangat berharga. Penerapan konsekwensi yang semula berupa konsekwensi fisik dan diperkenankan pulang ke rumah. Tentunya jauh berbeda dengan penerapan konsekwensi hafalan al qur an. Resiko tidak sampai ke rumah karena takut diketahui oleh orang tua, peserta didik terlambat dipulangkan juga sangat rawan dari kegiatan negative berupa nongkrong atau pun tawuran. Bagi peserta didik terlambat yang non muslim diperlakukan sama dengan konsekwensi menghafalkan kitab suci masing-masing, kristern menghafal injil, agama budha menghafalkan doa pagi dan malam. 5) Berdo a sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar. Upaya keteladanan menginternalisasikan nilai-nilai agama dalam membentuk karekter peserta didik di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan juga menerapkan untuk membiasakan berdo a sebelum mengawali dan mengaakhiri belajar atau akhtivitas lainnya. Berdo a merupakan sebuah penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menggambarkan ketidak berdayaan makhlut dihadapan kholiqnya. Kegiatan berdo a membiasakan diri peserta didik dalam penyadaran sebagai makhluk yang tidak memiliki kekuasaan mutlak, menghindarkan diri sifat sombong takabur. 6) Sholat Dhuha Melakukan sholat dhuha sudah menjadi tradisi peserta didik yang muslim dilakukan Ketika istirahat atau waktu senggang di luar jam pelajaran. Kegiatan ini berkaitan dengan penanaman nilai-nilai spiritual yang ditanamkan ke dalam jiwa peserta didik, hal ini berkaitan juga dengan implementasi dari internalisasi nilai-nilai agama bagi yang diajarkan oleh Pendidikan bidang studi agama Islam ataupun di dipelajari peserta didik di likungkungan masyarakatnya seperti pengajian-pengajiana di rumah. Kegiatan ini juga bertujuan untuk membiasakan peserta didik dalam megatur waktu mereka. 7) Sholat Dhuhur Berjama ah Saat adzan dhuhur berkumandang maka kegiatan belajar mengajar (KBM) diberhentikan dan peserta didik dipersilahkan oleh pendidiknya untuk meninggalkan ruangan dan menuju

126 109 Musholla untuk sholat dhuhur berjama ah yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Sholat dhuhur berjama ah tidak sekedar sarana internalisasi nilai-nilai ilahiyah sehingga mereka memiliki ketenangan hati dan kecerdasan pikiran tetapi merupakan sarana sosialisasi dengan masyarakat luas. Dalam sholat berjama ah diajarkan bagaimana manusia harus bersosialisasi, saling menghargai nilai-nilai insaniah, bertenggang rasa, empati dan saling menolong. Sholat juga mengajarkan manusia akan konsep taat kepada pemimpin, dengan ketaatan yang cerdas dan mencerdaskan. Seorang makmum bukan berati mereka tidak mengerti dan paham kaifiyah sholat, tetapi ke tundukannya akan peraturan sholat membuat mereka sami na waatha na kepada imam selama imam itu tidak salah dalam sholatnya, jika pun salah tetapi tegorannya dilakukan dengan sangat halus seraya berucap subhannallah. Sebuah kalimat yang menyadarkan dan saling memahami bahwa sedang dalam posisi salah untuk Bersama melakukan perbaikan. 8) BBQ (Belajar Baca Qur an) Setiap hari Rabu di jam pelajaran terakhir seluruh peserta didik muslim diwajibkan mengikuti BBQ, Sebagai seorang muslim alqur an adalah sumber hukum dan jalan hidup yang mengarahkan kepada jalan yang lurus, kebaikan dunia dan akherat. SMAN 6 Tangerang Selatan berkewajiban mewujudkan peserta didik yang menjadikan alqur an sebagai pegangannya. Untuk lebih maksimal berinteraksi dengan al qur an maka pintunya adalah bisa membaca, sedangkan kemampuan pesertda didik dalam membaca alqur an sangat lah beragam bahkan ada diantara mereka yang belum menguasai baca tulis al qur an. Salah satu indicator lulusan yang religius seperti yang tertera di visi dan misi sekolah adalah mereka bisa membaca al qur an. 9) Mabit (malam bina iman dan takwa) SMAN 6 Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan kegiatan masa bina iman dan takwa (Mabit). Mabit ini diperkhususkan untuk peserta didik baru, ilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Mabit biasanya dilaksanakan di luar sekolah di tempat yang cocok untuk kegiatan tesebut. 10) Pesantren Ramadhan. Ramadhan adalah bulan mulia yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sehingga semua warga sekolah

127 110 bisa menggunakan sebaik-baiknya pada bulan Ramadhan untuk memperbanyak ibadah dan pengeatahuan keagamaan. Kegiatan selama bulan Ramadhan sudah pasti bernuasa rohani, seperti kajian keagamaan, penguatan iman dan takwa, bimbingan khusus untuk menjalankan ibadah Implementasi dari kegiatan Ramadhan membentuk kareakter religius peserta didik di sekolah dengan mengadakan kegiatan pesantren Ramadhan yang di dalamnya ditanamkan nilai-nilai ketaatan dan meningkatak kalitas ibadah dengan berbagai kegiaan seperi sholat dzuhur berjaah tadarus alqura pengajina lomba-lomba keagamaa praktek ibadah dan buka puasa Bersama. Yang paling menarik di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan ialah penyelenggaraan pesantren Ramadhan, kegiatan ini tidak dikhususkan untuk satu agama saja, tetapi semua agama yang ada di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan tetapi semua agama. Pelaksanaan kegiatan yang bersifat umum dilakukan secara bersama-sama, tetapi ketika materi penguatan agama maka dikelompokan berdasarkan agamanya. 1. Dampak internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan. Internalisasi adalah sebuah proses intervensi menuju sebuah perubahan budaya. Visi dan misi SMAN 6 Kota Tangerang Selatan merupakan target pencapaian perubahan yang diharapkan yaitu terwujudnya lulusan yang religious, unggul, kreatif berkarakter dan berwawasan lingkungan.begitu pun dengan misi sekolah yaitu mewujudan pribadi yang religious, brakahlakul karimah berlandaskan imtaq, unggul dan berbudi pekerti yang luhur, kreatif, inovatif melalui karya ilmiah remaja, potensi diri yang berkarakter, mampu bersaing sebagai bekal hidup di masyarakt, dan mewujudkan sekolah sebagai wahana pembelajaran alam yang berwawasan lingkungan. Dampak dari adanya internalisasi nilai-nilai Agama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan tentunya cenderung kepada dampak positif yang ditimbulkan, karena nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang baik, nilai-nilai yang mengarah kepada perwujudan visi dan misi sekolah, nilainilai yang penting dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, secara asumtif dampak positif merupakan hasil dari adanya tahapan-tahan dalam internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Setelah melakukan peneltian penulis menemukan pola tingkah laku yang sangat baik dan menarik untuk diamati. Adapun gambaran tentang dampak dari internalisasi nilai-nilai Agama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dalam menumbuhkan moderasi beragama adalah: a. Menghormati Orang yang lebih Tua

128 111 Internalisasi nilai-nilai Agama kepada peserta didik dengan keteladanan, pembiasaan dan kebijakan sekolah akan berdampak pada diri peserta didik, perilaku yang ditunjukan salah satunya seperti bagaimana jika peserta didik bertemu dengan gurunya, mereka menghormati dengan cara bersalaman, berkata yang sopan, ucapan yang santun, perilaku yang baik Kesadaran hukum atau taat peraturan Pembiasaan menyambut peserta didik tiap pagi di pintu gerbang ternyata membawa pengaruh besar untuk pembiasan sopan dan santun. Terjadi proses pembelajaran saling menghormati antara yang senior dengan junior, yang tua dengan yang muda, pendidik dengan peserta didik. b. Kedisiplinan Pelaksanaan sholat duha, sholat zduhur berjama ah, dating tepat waktu, berseragam sesuai ketentuan, semuanya merupakan pembiasaan yang mengarahkan mereka terbiasa mengatur segalanya dengan disiplin. c. Terbiasa menjalankan ibadah Satu hal yang sangat menarik di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan adalah kegiatan keagamaan, kegiatan sholat duha, sholat zduhur, belajar baca qur an, Tadarus pagi, berdo a sebelum dan sesudah pembelajaran, semua pembiasaan dan kegiatan yang membentuk budaya mudah melakukan ibadah. Kesadaran beribadah muncul tidak dengan sendirinya tetapi dari pembiasaan yang cukup konsisten dan lama. SMAN 6 Kota Tangerang Selatan akhirnya mendapat julukan sekolah umum yang agamis. d. Terbiasa dengan perbedaan Banyaknya kegiatan yang mendorong peserta melakukan perjumpaan dengan yang berbeda membuat kesadaran peserta didik akan keberkahan perbedaan. Kesadaran bahwa perbedaan perupakan keniscayaan dan sekaligus anugerah merupakan hal yang sangat positif. Perbedaan yang mereka rasakan justru merupakan suatu kekuatan untuk bisa bekerja sama dengan baik. e. Menghormati keyakinan dan pendapat orang lain Keberagaman di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan membawa berkah tersendiri untuk bangga menjadi diri sendiri dan memahami kebanggaan orang lain.

129 112 f. Keakraban dengan teman yang lain Penanaman nilai religius yang diupayakan untuk membentuk sikap peserta didik salah satunya berdampak pada keakraban dengan teman sejawat atau teman kelas. Hal ini yang peneliti temukan Peserta didik terbiasa berkomunikasi dengan bai kantar teman, guru, orang tua dan masyakat, bergaul dan berkelmpok dengan benar, lebih bertanggung jawab, tidak menggagu temannya, bersedia memaafkan orang yang bersalah, membantu teman atau siapa saja yang sedang dalam kesulitan, menghormati bapak/ibu guru menjaga sarana dan prasana dan tentunya patuh pada tata terbib kalua sedangn di lingkungan sekolah, begitu pun untuk di luar sekolah memaksimalkan peran orang tua peserta didik untuk bisa mengawasi dan membina perilaku mereka. g. Kepedulian social Terlihat di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan bahwa peserta didik memiliki kepedulian tinggi, ini terlihat Ketika ada teman yang terkena musibah atau guru yang meninggal dunia maka dengan otomatis peserta didik mengumpulkan sumbangan untuk membantu peserta didik yang terkena musibah. Kesadaran dan kemandirian juga kepekaan social peserta didik semakin meningkat denga memegang teguh ajaran yang ada dalam al qur an dan sunnah, ditunjukkan dengan sikap mereka yang mematuhi tata tertib sekolah, menghormati orang yang lebih tua, menjaga hubungan antar teman, menjaga fasilitas sekolah, disiplin dalam kegiatan sekolah, sumbangan suka rela, dan antusias dalam kegiatan bakti social. h. Bersikap toleran Menghargai orang lain atau disebut juga dengan toleran termasuk dari sikap social di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, karena warga sekolah termasuk peserta didik yang heterogen, sehingga mereka mesti berkomunikasi atau berinteraksi dengan yang berbeda lainnya. Selain toleransi dalam bentuk diskusi juga terlihat seperti hasil pengamatan yang peneliti lakukan, peserta didik menunjukkan sikap saling menghargai Ketika teman yang lain mengungkapkan pendapatnya, yang selanjutnya proses diskusi berjalan dengan lancer dan baik. Toleransi terhadap agama yang lain juga merupakan bentuk dari internalisasi nilai-nilai Agama. Peserta didik dibiasakan bersikap yang seharusnya (baik) saat mempunyai teman yang berbeda agama. i. Moderasi beragama

130 113 Dalam kontekstasi keragaman dalam segala aspek, SMAN 6 Kota Tangerang Selatan sebagai salah sekolah yang mulkultural. Kelebihan yang dimilikinya harus dijaga dan disikapi dengan penuh kearifan, karena perbedaan biasanya sangat rentang dengan konflik Perlakuan dan sikap toleran kepada warga sekolah yang berdeda dan minoritas, diperlihatkan kepala sekolah dengan kebijakannya, wakil dan staff yang meneterjemahkan dalam programprogramnya, pendidik dan tenaga kependidikan, membuat tertanamnya budaya toleransi dan memahami orang lain.

131 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dibahas di bab-bab tesis ini, berdasarkan penelian di lapangan dan analisis, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberagaman adalah anugrah dari kekuasaan Allah swt. yang telah menciptakan alam semesta dan isinya secara beragam. Manusia sendiri merupakan makhluk yang diciptakan dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dengan sifat dan karakter yang berbeda-beda. 2. Moderasi beragama merupakan perkara yang sangat dibutuhkan oleh bangsa dan negara terkhusus Indonesia yang memiliki keberagaman suku, ras, agama, golongan dan budaya. Dinamika keberagaman adalah hal yang lumrah dalam suatu keberagaman, tetapi jika tidak bisa mengelola keberagaman tersebut bisa mengarahkan kepada disintegrasi bangsa. 3. Sekolah adalah tempat yang paling strategis untuk memulai merekayasa social dalam bermoderasi beragama, karena sekolah adalah miniature masyarakat sesungguhnya. 4. Kebudayaan adalah hasil dari pembiasaan sesuatu yang dilakukan secara terus menerus, Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah adalah ikhtiar dalam menumbuhkan moderasi beragama. Jika semua sekolah menerapkan intervensi nilai-nilai agama secara Bersama-sama, maka tidak mustahil moderasi beragama menjadi hal yang dimiliki oleh seluruh masyarakat, jika masyarakat memiliki moderasi beragama maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan dengan baik. 5. Efektifitas internalisasi moderasi beragama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama sangatlah ditentukan oleh kepiawaian pengelola sekolah, mulai dari kepala sekolah sampai penjaga sekolah termasuk petugas kantin. 6. Intervensi moderasi beragama di sekolah akan lebih cepat bila dilakukan disemua lini kehidupan masyarakat sekolah, juga melalui kegiatan dan pembiasaan di sekolah. Moderasi beragama di sekolah harus hadir dalam kurikulum, intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Internalisasi nilai-nilai moderasi juga perlu hadir dalam pembiasaan-pembiasaan baik di sekolah. B. Implikasi Memperhatikan seluruh hasil penelitian dan Analisa data yang telah dilakukan sebagai asumsihasil penelitian, maka tedapat 3 (tiga) kesimpulan: 1. Internalisasi 114

132 115 Upaya yang dilakuan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dalam internalisasi nilai-nilai Agama di Sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama: 1. Kebijakan Kepala Sekolah yang tertuang dalam tata tertib dan program kegiatan sekolah yang harus diikuti peserta didik. 2. Memberikan pemahaman akan nilai baik dan buruk kepada peserta didik dengan pengajaran dan bimbingan, 3. Memperdalam penghayatan peserta didik akan nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama melalaui pembeiasaan dan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler 4. Mendorong peserta didik untuk mengaplikasikan nilai-nilai mulia bersumber dari agama di lingkungan sekolah dan di rumah sehingga menjadi sebuah karakter mulia pada pribadi peserta didik. 5. Menciptakan nuansa budaya religius sesuai dengan tercantum dalam visi dan misi sekolah, sebagai wadah dalam mendorong peserta didik selalu mengaplikasikan karakter mulia di lingkungan sekolah. Implikasi atau hasil yang dicapai dari upaya internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama.dalam bentuk peserta didik berkarakter mulia di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, peserta didik bisa memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai karakter, peserta didik memperoleh prestasi nilai di atas rata-rata, peserta didik memiliki karanter mulia dalam hal meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah yaitu C. Rekomendasi 1. Untuk semua pihak yang berkompeten, terkhusus pimpinan dan pendidik agama di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, hendaknya usaha yang telah dilakukan lebih intensif, dalam upaya membentuk peserta didik yang berkarakter dan moderat. 2. Untuk orang tua/wali peserta didik SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, untuk lebih terlibat akhtif dan membeikan perhatian khusus kepada putraputrinya agar mereka bisa mengamalkan nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. 3. Semua peserta didik SMAN 6 Kota Tangerang Selatan supaya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak sekolah terkhusus pada pendidikan agama Islam. 4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Peneliti yang berhubungan dengan aspek lainnya, dengan harapan tesis ini menjadi informasi dan kontribusi pemikiran yang urgen bagi para peneliti selanjutnya.

133 DAFTAR PUSATAKA Abdilla Masykuri, Pluralisme dan Toleransi, dalam dalam Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, editor Nur Ahmad, (Jakarta, Kompas,2001) Affiyah. Neng Dara Gerakan Keislaman Pasca Orde Baru Upaya Merambah Dimensi Baru Islam. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan. Al-Qurtuby, Sumanto, Pluralisme, Dialog, Dan Peacebuilding Berbasis Agama di Indonesia, dalam Merayakan Kebebasan Beragama, editor Elza Peldi Taher, (Jakarta:ICRP-Kompas, 2009) Asshiddiqie, Jimly, Toleransi Dan Intoleransi Beragama Di Indonesia Pasca Reformasi, dalam Dialog Kebangsaan tentang Toleransi Beragama, Ormas Gerakan Masyarakat Penerus Bung Karno, di Hotel Borobudur Jakarta, 13 Februari, Azra, Azyumardi dkk (eds) Radi- kalisme Keagamaan dan Deradikalisasi: Peran Aparat Negara, Pemimnpin Agama dan Guru Untuk Kerukunan Umat Beragama. Makalah Seminar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Bafadhal, Fadhal AR (ed), Pemuda dan Pergumulan Nilai pada Era Globa Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan. Barizi, Ahmad dan Imam Tholkhah Membuka Jendela Pendidikan Mengurai Akar Tradisu dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta, PT Grafindo Persada. Djamas, Nurhayati Pengembangan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Fanani dkk (eds) Gerakan Islam Klasik & Kontradiksi Faham Keagamaan. Jakarta: Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan. Fokus Berita majalah Ikhlas Beramal, Nomor 61 Tahun XIII Maret 2010 Ghozaly, Moqsith, Islam dan Pluralitas(isme) Agama, dalam Merayakan Kebebasan Beragama, editor Elza Peldi Taher, (Jakarta:ICRP-Kompas, 2009). Fuller, Graham E A World Without Islam.New York: Back Bay Books. Ghafur, Hanief Saha dkk Islam Rahmatan Lil Alamiin- Buku Rujukan Guru PAI Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Direktorat Pendi- dikan Agama Islam. 116

134 117 Ghafur, Hanief Saha dkk Islam Rahmatan Lil alamiin, Buku Rujukan Guru PAI Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Haedari, Amin Pendidikan Agama dan Keagamaan-Reinventing Pendidikan Islam Unggul Dan Kompetitif. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agam,a dan Keagamaan. Hasani, Ismail Ismail, et al Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Keragaman/Berkeyakinan. Jakarta: Setara Institute. Tim Survey Laporan Penelitian, Ancaman bagi ideologi Negara Melalui Radikalisme Agama. Jakarta: Lembaga Penelitian Uhamka Hayat. Bahrul Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: Saadah Cipta Mandiri. Herlina Guard The Religious Conflicts In Strengthening National Integration. Jakarta: Balitbang dan Diklat Kementerian Agama Diakses tanggal 25 September ( diakses tanggal 27 September 2015). Laporan penelitian Infid, Kebebasan Beragama di Indonesia Lickuna, Thomas, Educating For Character/Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Jakarta, Cahaya Prima Sentosa, 2015, Cetakan Keempat. Malik, Muhamad Pluralisme Agama dan Toleransi Dalam Islam, Dialog Jurnal Penelitian dan Informasi Keagamaan, No 54 Th.XXV, Desember Mangunwijaya Romo Y.B., Demi Kesatuan dan Persatuan, dalam kumpulan artikel Pluralitas Agama: Kerukunan Dalam Keragaman, editor Nur Achmad, (Jakarta, Kompas, 2001) Mas ud, Abdurrahman, (ed) Kerukunan Umat Beragama Dalam Sorotan Refleksi dan Evaluasi 10 (sepuluh) Tahun Kebijakan dan Program Pusat Kerukunan Umat Beragama, Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama, Sekretariat Jenderal Kemenag. Mudzhar, Mohammad Atho Islam In A Globalized World The Challenges of Human Rights, Law, and Interfaith Harmony, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Mudzhar, Atho Akar Kekerasan Dan Kekeliruan Dalam Pemahaman Sejarah Dan Keagamaan Islam. Makalah Seminar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama.

135 118 Mulyana, Rohmat, Model Pembelajaran N-I-L-A-I Melalui Pendidikan Agama Islam (PAI), Jakarta, P.T. Saadah Pustaka Mandiri, 2013) Cetakan Pertama Musdah Mulia Siti, Potret Kebebasan Beragama Dan Berkeyakinan Di Era Reformasi dalam Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi, ed Elza Peldi Taher, (Jakarta:ICRP-Kompas, 2009) Misrawi Zuhairi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta, Kompas, 2010) Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, (Jakarta, Yayasan TIFA,2008) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Kementerian Agama. Raharjop, Muji Quo Vadis Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press Ropi Ismatu, Minoritas, Legal Jihad, Dan Peran Negara, dalam Jurnal Maarif Vol.7, No. 1 (Jakarta, 2012) Ruslani, Cak Nur, Islam, Dan Pluralisme, dalam Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, editor Nur Ahmad, (Jakarta, Kompas, 2001) Sarijo, Marwan (Penyunting) Mereka Bicara Pendidikan Islam Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Shihab, M. Quraish, Wasathiyyah wawasan Islam tentang Moderasi Beragama, Ciputat, 2019,Cetakan Pertama Suaedy, Ahmad Strategi Moderasi Atas Kecenderungan Radikalisme Agama di Indonesia: Tanggapan Terhadap Hasil Penelitian Radikalisme Agama di Kalangan Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama Suaedy, Ahmad, Islam, Negara Bangsa, Dan Kebebasan Beragama, dalam Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi, ed Elza Peldi Taher, (Jakarta:ICRP-Kompas, 2009). Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, (Jakarta, Yayasan Bung Karno, 2015) Tilaar, HAR, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, (Jakarta, Kompas, 2014) Tim Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan Studi Pencegahan Dini Konflik Umat Beragama. Jakarta: Balai Litbang Agama Jakarta. Tim Peneliti Puslitbang Penda 2011, Penelitian Tentang Paham Keagamaan GPAI di Sekolah, Jakarta, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

136 119 Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan Di Indonesia 2011, Jakarta, Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Tholkhah, Imam Ahlak dan Pendidikan Islam, Jakarta, Titian Pena. Tholkhah, Imam (ed) Konflik Sosial Bernuansa Agama Di Indonesia, Jakarta, Puslitbang Kehidupan Beragama, Departemen Agama RI, Tholkhah, Imam Menghiasi Diri dengan Ahlak Mulia. Jakarta: Al Ghazali. Tholkhah, Imam Manusia, Agama dan Per- damaian. Jakarta: Al Ghazali. Tholkhah, Imam Krisis Sosial Dan Ke- bangkitan Gerakan Radikalisme Keagamaan Era Reformasi Di Indonesia. Dalam Dialog Jurnal Penelitian dan Informasi Keagamaan, no. 54 Th XXV, Desember. Tholkhah, Imam Anatomi Konflik Politik di Indonesia Belajar dari Ketegangan Politik Varian Madukoro. Jakarta: PT Grafindo Per- sada Tholkhah, Imam Memupuk Kerukukun- an dan Menepis Konflik Berbasis Masyarakat, Dalam Harmoni Jurnal Multikultural dan Multi Religius, voluume 1, nomor 4, Oktober Desember. Tholkhah, Imam Membangun Kualitas Kerukunan Umat Beragama. Dalam HarmoniJurnal Multikultural dan Multireligius, Volume III, Nomor 12. Tholkhah, Imam Mewapadai Konflik Antar Umat Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Tholkhah, Imam (ed) Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural, SMA/SMK, Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah UUD 1945 hasil amandemen. Vermonte, Philips J. dan Tobias Basuki, Masalah Intoleransi, Toleransi, Dan Kebebasan Beragama di Indonesia, dalam Jurnal Maarif Vol.7, No. 1 (Jakarta, 2012), 27. Ahmad Najib Burhani, Tiga Problem Dasar Dalam Perlindungan Agama-Agama Minoritas di Indonesia, dalam Jurnal Maarif Vol.7, No. 1 (Jakarta, 2012) Wahid, Abdurahman, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta, Wahid Institute, 2006) Wahid Institute dan Setara Institue tentang Laporan Kebebasan Beribadah dan Beragama (KBB) antara tahun Wibisono, Abd.Fatah dkk Islam Rahmatan

137 120 Lil Alamiin- Buku Rujukan Guru PAI Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Direkto- rat Pendidikan Agama Islam, Yakin, M.Ainul Pendidikan Multikultural- Cross-Cultural Understanding Media untuk demo- krasi dan Keadilan. Jakarta: Pilar Zaprulkah, Islam Yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2017 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat (Upaya menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012) Cetakan VI

138 Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan 121

139 Lampiran 2 Surat Balasan dari Tempat Penelitian 122

140 Lampiran 3 Notulasi Ujian Proposal 123

141 124 Lampiran 4 Notulasi Ujian Seminar Hasil NOTULASI UJIAN SEMINAR HASIL Kamis, 13 Agustus 2020 Nama : Ahmad Budiman NIM. : Judul : Internalisasi Nilai-nilai Agama di Sekolah Dalam Menumbuhkan Moderasi Beragama Penguji: 1. Dr. H. Abdul Ghofur, M.A. 2. Dr. Syamsul Aripin, M.A. Pertanyaan dan Saran Penguji Dr. H. Abdul Ghofur, M.A. 1. Judul Tesis terlalu umum tidak mencantumkan batasan sekolah yang dijadikan sasaran penelitian 2. Cantumkan sekolah yang diteliti 3. Pernyataan karya sendiri belum dikasih materai 4. Kata Pengantar untuk ucapan terimakasih diberi nomor urut. 5. Daftar isi dari bab I tentang E. Metodologi Penelitian dan F. Sitematika penulisan di masukan ke Bab III 6. Bab III jadi Bab IV dan seterusnya disesuaikan. 7. Bab IV tentang internalisasi nilai-nilai moderasi beragama di sekolah melalui kurikulum dan pembelajaran dan Bab V Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama di sekolah melalui kokurikuler dan Ekstrakurikuler, dijadikan satau bab. 8. Penomoran halaman tidak sesuai dengan daftar isi, ditemukan bab I dari halaman 17 seharusnya halaman Penulisan ayat al qur an untuk tanda wakof dan mad terdapat bulatan dikarenakan otomatis dalam pengeprinan, mohon diperbaiki. 10. Batasan dan perumusan masalah diperbaiki 11. Tambahkan pendapat para ulama tentang moderasi. Dr. Syamsul Aripin, M.A. 1. Bab V terdiri dari: A. Kesimpulan, B. Implikasi dan C. Saran-saran 2. Perbaiaki susunan halaman 3. Bikin indicator moderasi 4. Cantumkan kegiatan-kegiatan yang mengarahkan kepada moderasi

142 125 Lampiran 5 Notulasi Ujian Promosi NOTULASI UJIAN PROMOSI Kamis, 18 Agustus 2020 Nama : Ahmad Budiman NIM. : Judul : Internalisasi Nilai-nilai Agama di Sekolah Dalam Menumbuhkan Moderasi Beragama (Studi Kasus SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia) Penguji: 1. Dr. Zaimudin, M.Ag. 2. Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. 3. Dr. Bahrissalim, M.Ag. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Pertanyaan dan Saran Penguji

143 126 Lampiran 6 Profile Sekolah SMA Negeri 6, Kota Tangerang Selatan 1. Identitas Sekolah 1 Nama Sekolah SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN 2 NPSN Jenjang Pendidikan SMA 4 Status Sekolah Negeri 5 Alamat Sekolah Komplek Pamulang Barat I RT / RW 01 / 01 Kode Pos Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Kecamatan Pamulang Kabupaten/Kota Kota Tangerang Selatan Provinsi Provinsi Banten Negara Indonesia 6 Posisi Geografis -6,3371 Lintang 106,7338 Bujur 3. Data Pelengkap 7 SK Pendirian Sekolah 421/KEP.246-HUK/ Tanggal SK Pendirian 9 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah 10 SK Izin Operasional 421/KEP.246-HUK/ Tgl SK Izin Operasional 12 Kebutuhan Khusus Dilayani 13 Nomor Rekening Nama Bank Bank Banten 15 Cabang KCP/Unit Tangerang Selatan 16 Rekening Atas Nama SMAN 6 Kota Tangerang Selatan 17 MBS Ya 18 Luas Tanah Milik (m2) Luas Tanah Bukan Milik (m2) 0 20 Nama Wajib Pajak Bendaharawan SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 21 NPWP Kontak Sekolah 20 Nomor Telepon Nomor Fax info@sman6tangerangselatan.sch.id 23 Website 4. Data Periodik 24 Waktu Penyelenggaraan Sehari Penuh/5 hari 25 Bersedia Menerima Bos? Ya 26 Sertifikasi ISO Belum Bersertifikat 27 Sumber Listrik PLN 28 Daya Listrik (watt)

144 Akses Internet Telkom Astinet 30 Akses Internet Alternatif Lainnya (Satelit) 5. Sanitasi 31 Kecukupan Air Cukup 32 Sekolah Memproses Air Sendiri Tidak 33 Air Minum Untuk Siswa Tidak Disediakan 34 Mayoritas Siswa Membawa Air Minum Ya Jumlah Toilet Berkebutuhan 35 Khusus 0 36 Sumber Air Sanitasi Pompa 37 Ketersediaan Air di Lingkungan Sekolah Ada Sumber Air 38 Tipe Jamban Leher angsa (toilet duduk/jongkok) 39 Jumlah Tempat Cuci Tangan Apakah Sabun dan Air Mengalir pada Tempat Cuci Tangan Tidak Laki-laki = 6 Perempuan = 6 Bersama 41 Jumlah Jamban Dapat Digunakan = 0 Laki-laki = 0 Perempuan = 0 Bersama 42 Jumlah Jamban Tidak Dapat = 0

145 128 Lampiran 7 Kondisi Prasaran SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan No Nama Prasarana Ketera ngan Pan jan g Lebar 1 AULA BK 9 8 4,6 3 GUDANG 9 8 2,61 4 GURU ,1 5 KANTIN ,5 6 KEPSEK KM KM KM SISWA ,98 10 KM SISWA ,98 11 KOPERASI 2,5 2, LAB FISIKA 9 8 3,49 13 LAB IPA ,47 14 LAB KOMP ,47 15 LAB KOMP ,47 16 LAB KOMP LAB MULTIMEDIA MASJID ,3 19 OSIS PERPUS ,27 21 TU ,1 22 UKS 4 8 7,47 23 X.IPA X.IPA X.IPA X.IPA X.IPA X.IPS X.IPS X.IPS X.IPS X.IPS X.IPS XI.IPA XI.IPA XI.IPA XI.IPA XI.IPA XI.IPS Persentase Tingkat Kerusakan (%) Status Kepemilikan

146 40 XI.IPS XI.IPS XI.IPS XI.IPS XII.IPA XII.IPA XII.IPA XII.IPA XII.IPA XII.IPS XII.IPS XII.IPS XII.IPS XII.IPS

147 130 Lampiran 8 Kondisi Sarana SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan No Jenis Sarana Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status 1 Meja Guru BK Milik 6 Laik 2 Kursi Guru BK Milik 6 Laik 3 Komputer BK Milik 1 Laik 4 Printer BK Milik 1 Laik 5 Timbangan Badan BK Milik 1 Laik 6 Lemari KEPSEK Milik 1 Laik 7 Komputer KEPSEK Milik 0-8 Tempat Sampah KEPSEK Milik 1 Laik 9 Jam Dinding KEPSEK Milik 1 Laik 10 Papan pengumuman KEPSEK Milik 1 Laik 11 Kursi Pimpinan KEPSEK Milik 1 Laik 12 Meja Pimpinan KEPSEK Milik 1 Laik 13 Kursi dan Meja Tamu KEPSEK Milik 1 Laik 14 Simbol Kenegaraan KEPSEK Milik 2 Laik 15 Brankas KEPSEK Milik 0-16 Filing Kabinet KEPSEK Milik 1 Laik 17 Papan Statistik KEPSEK Milik 1 Laik 18 Meja Siswa X.IPS-5 Milik 20 Laik 19 Kursi Siswa X.IPS-5 Milik 40 Laik 20 Meja Guru X.IPS-5 Milik 1 Laik 21 Kursi Guru X.IPS-5 Milik 1 Laik 22 Papan Tulis X.IPS-5 Milik 2 Laik 23 Lemari X.IPS-5 Milik 1 Laik 24 Tempat Sampah X.IPS-5 Milik 1 Laik 25 Jam Dinding X.IPS-5 Milik 1 Laik 26 Simbol Kenegaraan X.IPS-5 Milik 1 Laik 27 Soket Listrik X.IPS-5 Milik 2 Laik 28 Meja Siswa XI.IPS-2 Milik 20 Laik 29 Kursi Siswa XI.IPS-2 Milik 40 Laik 30 Meja Guru XI.IPS-2 Milik 1 Laik 31 Kursi Guru XI.IPS-2 Milik 1 Laik 32 Papan Tulis XI.IPS-2 Milik 2 Laik 33 Lemari XI.IPS-2 Milik 1 Laik 34 Rak hasil karya XI.IPS-2 Milik 1 Laik peserta didik 35 Tempat Sampah XI.IPS-2 Milik 1 Laik 36 Jam Dinding XI.IPS-2 Milik 1 Laik 37 Kotak kontak XI.IPS-2 Milik 1 Laik 38 Simbol Kenegaraan XI.IPS-2 Milik 1 Laik 39 Papan Pajang XI.IPS-2 Milik 1 Laik 40 Soket Listrik XI.IPS-2 Milik 2 Laik 41 Meja Siswa X.IPA-3 Milik 20 Laik 42 Kursi Siswa X.IPA-3 Milik 40 Laik

148 Meja Guru X.IPA-3 Milik 20 Laik 44 Kursi Guru X.IPA-3 Milik 1 Laik 45 Papan Tulis X.IPA-3 Milik 2 Laik 46 Lemari X.IPA-3 Milik 1 Laik 47 Tempat Sampah X.IPA-3 Milik 1 Laik 48 Jam Dinding X.IPA-3 Milik 1 Laik 49 Simbol Kenegaraan X.IPA-3 Milik 1 Laik 50 Soket Listrik X.IPA-3 Milik 2 Laik 51 Meja Siswa XI.IPS-4 Milik 20 Laik 52 Kursi Siswa XI.IPS-4 Milik 40 Laik 53 Meja Guru XI.IPS-4 Milik 1 Laik 54 Kursi Guru XI.IPS-4 Milik 1 Laik 55 Papan Tulis XI.IPS-4 Milik 2 Laik 56 Lemari XI.IPS-4 Milik 1 Laik 57 Rak hasil karya XI.IPS-4 Milik 1 Laik peserta didik 58 Tempat Sampah XI.IPS-4 Milik 1 Laik 59 Tempat cuci tangan XI.IPS-4 Milik 1 Laik 60 Jam Dinding XI.IPS-4 Milik 1 Laik 61 Kotak kontak XI.IPS-4 Milik 1 Laik 62 Simbol Kenegaraan XI.IPS-4 Milik 1 Laik 63 Papan Pajang XI.IPS-4 Milik 1 Laik 64 Soket Listrik XI.IPS-4 Milik 2 Laik 65 Meja Siswa X.IPS-6 Milik 20 Laik 66 Kursi Siswa X.IPS-6 Milik 40 Laik 67 Meja Guru X.IPS-6 Milik 1 Laik 68 Kursi Guru X.IPS-6 Milik 1 Laik 69 Papan Tulis X.IPS-6 Milik 2 Laik 70 Lemari X.IPS-6 Milik 1 Laik 71 Rak hasil karya X.IPS-6 Milik 1 Laik peserta didik 72 Tempat Sampah X.IPS-6 Milik 1 Laik 73 Tempat cuci tangan X.IPS-6 Milik 1 Laik 74 Jam Dinding X.IPS-6 Milik 1 Laik 75 Kotak kontak X.IPS-6 Milik 1 Laik 76 Papan Pajang X.IPS-6 Milik 1 Laik 77 Soket Listrik X.IPS-6 Milik 1 Laik 78 Soket Listrik/Kotak X.IPS-6 Milik 1 Laik Kontak 79 Meja Siswa XI.IPA-1 Milik 20 Laik 80 Kursi Siswa XI.IPA-1 Milik 40 Laik 81 Meja Guru XI.IPA-1 Milik 1 Laik 82 Kursi Guru XI.IPA-1 Milik 1 Laik 83 Papan Tulis XI.IPA-1 Milik 2 Laik 84 Lemari XI.IPA-1 Milik 1 Laik 85 Tempat Sampah XI.IPA-1 Milik 1 Laik

149 Jam Dinding XI.IPA-1 Milik 1 Laik 87 Simbol Kenegaraan XI.IPA-1 Milik 1 Laik 88 Soket Listrik XI.IPA-1 Milik 2 Laik 89 Meja Siswa XII.IPS-1 Milik 20 Laik 90 Kursi Siswa XII.IPS-1 Milik 40 Laik 91 Meja Guru XII.IPS-1 Milik 1 Laik 92 Kursi Guru XII.IPS-1 Milik 1 Laik 93 Papan Tulis XII.IPS-1 Milik 2 Laik 94 Lemari XII.IPS-1 Milik 1 Laik 95 Tempat Sampah XII.IPS-1 Milik 1 Laik 96 Simbol Kenegaraan XII.IPS-1 Milik 1 Laik 97 Soket Listrik XII.IPS-1 Milik 2 Laik 98 Meja Siswa LAB IPA Milik 20 Laik 99 Kursi Siswa LAB IPA Milik 40 Laik 100 Meja Guru LAB IPA Milik 1 Laik 101 Kursi Guru LAB IPA Milik 1 Laik 102 Papan Tulis LAB IPA Milik 2 Laik 103 Lemari LAB IPA Milik 1 Laik 104 Tempat Sampah LAB IPA Milik 1 Laik 105 Tempat cuci tangan LAB IPA Milik 2 Laik 106 Jam Dinding LAB IPA Milik 1 Laik 107 Anatomi kerangka LAB IPA Milik 1 Laik manusia 108 Anatomi organ LAB IPA Milik 7 Laik manusia 109 Gelas kimia LAB IPA Milik 25 Laik 110 Kaca Pembesar ( L LAB IPA Milik 1 Laik Magnifer) 111 Kaki tiga LAB IPA Milik 15 Laik 112 Mikroskop monokuler LAB IPA Milik 4 Laik 113 Mistar LAB IPA Milik 2 Laik 114 Timbangan LAB IPA Milik 2 Laik 115 Bak Cuci LAB IPA Milik 5 Laik 116 Cawan Penguapan LAB IPA Milik 8 Laik (Evaporating D 117 Cawan Penguapan LAB IPA Milik 15 Laik (Porselen) 118 Cermin Datar LAB IPA Milik 1 Laik 119 Gelas Ukur LAB IPA Milik 25 Laik 120 Kaca Pembesar LAB IPA Milik 10 Laik 121 Lemari Alat LAB IPA Milik 6 Laik 122 Lemari Bahan LAB IPA Milik 1 Laik 123 Pembakar Spirtus LAB IPA Milik 8 Laik 124 Pembakaran Spiritus LAB IPA Milik 15 Laik 125 Peralatan P3K LAB IPA Milik 1 Laik 126 Pipet Tetes LAB IPA Milik 25 Laik

150 Plat Tetes LAB IPA Milik 20 Laik 128 Soket Listrik LAB IPA Milik 6 Laik 129 Komputer PERPUS Milik 5 Laik 130 Printer PERPUS Milik 1 Laik 131 Rak hasil karya PERPUS Milik 1 Laik peserta didik 132 Tempat Sampah PERPUS Milik 2 Laik 133 Jam Dinding PERPUS Milik 1 Laik 134 Rak Buku PERPUS Milik 4 Laik 135 Rak Majalah PERPUS Milik 1 Laik 136 Rak Surat Kabar PERPUS Milik 1 Laik 137 Meja Baca PERPUS Milik 4 Laik 138 Kursi Baca PERPUS Milik 12 Laik 139 Kursi Kerja PERPUS Milik 1 Laik 140 Meja Kerja / sirkulasi PERPUS Milik 1 Laik 141 Lemari Katalog PERPUS Milik 1 Laik 142 Papan pengumuman PERPUS Milik 1 Laik 143 Meja Multimedia PERPUS Milik 1 Laik 144 Lemari PERPUS Milik 2 Laik 145 Alat Multimedia PERPUS Milik 1 Laik 146 Soket Listrik PERPUS Milik 25 Laik 147 Meja Siswa XII.IPS-5 Milik 20 Laik 148 Kursi Siswa XII.IPS-5 Milik 40 Laik 149 Meja Guru XII.IPS-5 Milik 1 Laik 150 Kursi Guru XII.IPS-5 Milik 1 Laik 151 Papan Tulis XII.IPS-5 Milik 2 Laik 152 Lemari XII.IPS-5 Milik 1 Laik 153 Tempat Sampah XII.IPS-5 Milik 1 Laik 154 Jam Dinding XII.IPS-5 Milik 1 Laik 155 Simbol Kenegaraan XII.IPS-5 Milik 1 Laik 156 Soket Listrik XII.IPS-5 Milik 2 Laik 157 Meja Siswa XI.IPS-1 Milik 20 Laik 158 Kursi Siswa XI.IPS-1 Milik 40 Laik 159 Meja Guru XI.IPS-1 Milik 1 Laik 160 Kursi Guru XI.IPS-1 Milik 1 Laik 161 Papan Tulis XI.IPS-1 Milik 2 Laik 162 Lemari XI.IPS-1 Milik 1 Laik 163 Rak hasil karya XI.IPS-1 Milik 1 Laik peserta didik 164 Tempat Sampah XI.IPS-1 Milik 1 Laik 165 Tempat cuci tangan XI.IPS-1 Milik 1 Laik 166 Jam Dinding XI.IPS-1 Milik 1 Laik 167 Kotak kontak XI.IPS-1 Milik 1 Laik 168 Simbol Kenegaraan XI.IPS-1 Milik 1 Laik 169 Papan Pajang XI.IPS-1 Milik 1 Laik 170 Soket Listrik XI.IPS-1 Milik 1 Laik

151 Meja Siswa LAB KOMP 3 Milik 38 Laik 172 Kursi Siswa LAB KOMP 3 Milik 38 Laik 173 Meja Guru LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 174 Kursi Guru LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 175 Papan Tulis LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 176 Lemari LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 177 Komputer LAB KOMP 3 Milik 36 Laik 178 Printer LAB KOMP 3 Milik Rak hasil karya LAB KOMP 3 Milik 3 Laik peserta didik 180 Tempat Sampah LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 181 Jam Dinding LAB KOMP 3 Milik Kotak kontak LAB KOMP 3 Milik 2 Laik 183 Scanner LAB KOMP 3 Milik Stabilizer LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 185 Akses Internet LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 186 Lan Server LAB KOMP 3 Milik 1 Laik 187 Soket Listrik LAB KOMP 3 Milik 3 Laik 188 Soket Listrik/Kotak LAB KOMP 3 Milik 41 Laik Kontak 189 Meja Siswa LAB FISIKA Milik 20 Laik 190 Kursi Siswa LAB FISIKA Milik 40 Laik 191 Meja Guru LAB FISIKA Milik 1 Laik 192 Meja Guru LAB FISIKA Milik 1 Laik 193 Kursi Guru LAB FISIKA Milik 1 Laik 194 Papan Tulis LAB FISIKA Milik 2 Laik 195 Lemari LAB FISIKA Milik 1 Laik 196 Tempat Sampah LAB FISIKA Milik 1 Laik 197 Jam Dinding LAB FISIKA Milik 1 Laik 198 Garpu tala LAB FISIKA Milik 5 Laik 199 Jangka Sorong LAB FISIKA Milik 8 Laik 200 Mikrometer LAB FISIKA Milik 8 Laik 201 Mistar LAB FISIKA Milik 4 Laik 202 Vernier caliper/jangka LAB FISIKA Milik 8 Laik sorong 203 Bak Cuci LAB FISIKA Milik 1 Laik 204 Dinamometer LAB FISIKA Milik 10 Laik 205 Gelas Beaker LAB FISIKA Milik 50 Laik 206 Gelas Ukur LAB FISIKA Milik 25 Laik 207 Gelas Ukur (Cylinder Measuring LAB FISIKA Milik 25 Laik 208 Jangka Sorong LAB FISIKA Milik 8 Laik (Vernier Caliper 209 Kabel Penghubung LAB FISIKA Milik 20 Laik 210 Kabel Penghubung LAB FISIKA Milik 20 Laik (Conecting Co

152 Lemari Alat LAB FISIKA Milik 2 Laik 212 Lemari Bahan LAB FISIKA Milik 4 Laik 213 Magnet U LAB FISIKA Milik 5 Laik 214 Meja Demonstrasi LAB FISIKA Milik 1 Laik 215 Meja Persiapan LAB FISIKA Milik 1 Laik 216 Multimeter Ac/Dc, 10 LAB FISIKA Milik 8 Laik Kilo Ohm/ 217 Neraca LAB FISIKA Milik 10 Laik 218 Pegas LAB FISIKA Milik 25 Laik 219 Plat LAB FISIKA Milik 20 Laik 220 Soket Listrik LAB FISIKA Milik 6 Laik 221 Soket Listrik/Kotak LAB FISIKA Milik 6 Laik Kontak 222 Stopwatch LAB FISIKA Milik 3 Laik 223 Termometer LAB FISIKA Milik 2 Laik 224 Tempat Sampah KM SISWA 1 Milik 1 Laik 225 Tempat cuci tangan KM SISWA 1 Milik 1 Laik 226 Kloset Jongkok KM SISWA 1 Milik 2 Laik 227 Tempat Air (Bak) KM SISWA 1 Milik 1 Laik 228 Gayung KM SISWA 1 Milik 1 Laik 229 Gantungan Pakaian KM SISWA 1 Milik 1 Laik 230 Gayung (Small KM SISWA 1 Milik 1 Laik Bucket) 231 Gayung Air KM SISWA 1 Milik 1 Laik 232 Tempat Air KM SISWA 1 Milik 2 Laik 233 Meja Siswa X.IPS-1 Milik 20 Laik 234 Kursi Siswa X.IPS-1 Milik 40 Laik 235 Meja Guru X.IPS-1 Milik 1 Laik 236 Kursi Guru X.IPS-1 Milik 1 Laik 237 Papan Tulis X.IPS-1 Milik 2 Laik 238 Lemari X.IPS-1 Milik 1 Laik 239 Tempat Sampah X.IPS-1 Milik 1 Laik 240 Simbol Kenegaraan X.IPS-1 Milik 1 Laik 241 Soket Listrik X.IPS-1 Milik 2 Laik 242 Meja Siswa XII.IPA-3 Milik 20 Laik 243 Kursi Siswa XII.IPA-3 Milik 40 Laik 244 Meja Guru XII.IPA-3 Milik 1 Laik 245 Kursi Guru XII.IPA-3 Milik 1 Laik 246 Papan Tulis XII.IPA-3 Milik 2 Laik 247 Lemari XII.IPA-3 Milik 1 Laik 248 Tempat Sampah XII.IPA-3 Milik 1 Laik 249 Soket Listrik XII.IPA-3 Milik 2 Laik 250 Lemari UKS Milik 1 Laik 251 Tempat Sampah UKS Milik 1 Laik 252 Tempat cuci tangan UKS Milik 1 Laik 253 Jam Dinding UKS Milik 1 Laik

153 Tempat Tidur UKS UKS Milik 1 Laik 255 Lemari UKS UKS Milik 1 Laik 256 Meja UKS UKS Milik 1 Laik 257 Kursi UKS UKS Milik 1 Laik 258 Catatan Kesehatan UKS Milik 0 - Siswa 259 Perlengkapan P3K UKS Milik 1 Laik 260 Tandu UKS Milik 1 Laik 261 Selimut UKS Milik 1 Laik 262 Tensimeter UKS Milik Termometer Badan UKS Milik 1 Laik 264 Timbangan Badan UKS Milik 1 Laik 265 Pengukur Tinggi UKS Milik 1 Laik Badan 266 Tempat cuci tangan KM SISWA 2 Milik 1 Laik 267 Meja Siswa XI.IPS-3 Milik 20 Laik 268 Kursi Siswa XI.IPS-3 Milik 40 Laik 269 Meja Guru XI.IPS-3 Milik 1 Laik 270 Kursi Guru XI.IPS-3 Milik 1 Laik 271 Papan Tulis XI.IPS-3 Milik 2 Laik 272 Lemari XI.IPS-3 Milik 1 Laik 273 Rak hasil karya XI.IPS-3 Milik 1 Laik peserta didik 274 Tempat Sampah XI.IPS-3 Milik 1 Laik 275 Jam Dinding XI.IPS-3 Milik 1 Laik 276 Kotak kontak XI.IPS-3 Milik 1 Laik 277 Simbol Kenegaraan XI.IPS-3 Milik 1 Laik 278 Papan Pajang XI.IPS-3 Milik 1 Laik 279 Soket Listrik XI.IPS-3 Milik 2 Laik 280 Meja Siswa X.IPA-1 Milik 38 Laik 281 Kursi Siswa X.IPA-1 Milik 38 Laik 282 Meja Guru X.IPA-1 Milik 1 Laik 283 Kursi Guru X.IPA-1 Milik 1 Laik 284 Papan Tulis X.IPA-1 Milik 2 Laik 285 Lemari X.IPA-1 Milik 1 Laik 286 Tempat Sampah X.IPA-1 Milik 1 Laik 287 Tempat cuci tangan X.IPA-1 Milik 1 Laik 288 Jam Dinding X.IPA-1 Milik 1 Laik 289 Simbol Kenegaraan X.IPA-1 Milik 1 Laik 290 Papan Pajang X.IPA-1 Milik 1 Tidak Laik 291 Soket Listrik X.IPA-1 Milik 2 Laik 292 Tempat Sampah KM 2 Milik 1 Laik 293 Tempat cuci tangan KM 2 Milik 1 Laik 294 Kloset Jongkok KM 2 Milik 1 Laik 295 Tempat Air (Bak) KM 2 Milik 0 -

154 Gayung KM 2 Milik 1 Laik 297 Gantungan Pakaian KM 2 Milik 1 Laik 298 Gayung (Small KM 2 Milik 1 Laik Bucket) 299 Gayung Air KM 2 Milik 1 Laik 300 Tempat Air KM 2 Milik 1 Laik 301 Papan Tulis OSIS Milik 1 Laik 302 Lemari OSIS Milik 2 Laik 303 Jam Dinding OSIS Milik 1 Laik 304 Meja UKS OSIS Milik 1 Laik 305 Kursi UKS OSIS Milik 1 Laik 306 Perlengkapan P3K OSIS Milik 1 Laik 307 Tempat Sampah KANTIN Milik 2 Laik 308 Meja Siswa X.IPS-2 Milik 20 Laik 309 Kursi Siswa X.IPS-2 Milik 40 Laik 310 Meja Guru X.IPS-2 Milik 1 Laik 311 Kursi Guru X.IPS-2 Milik 1 Laik 312 Papan Tulis X.IPS-2 Milik 2 Laik 313 Lemari X.IPS-2 Milik 1 Laik 314 Tempat Sampah X.IPS-2 Milik 1 Laik 315 Simbol Kenegaraan X.IPS-2 Milik 1 Laik 316 Soket Listrik X.IPS-2 Milik 2 Laik 317 Meja Siswa XII.IPA-2 Milik 20 Laik 318 Kursi Siswa XII.IPA-2 Milik 40 Laik 319 Meja Guru XII.IPA-2 Milik 1 Laik 320 Kursi Guru XII.IPA-2 Milik 1 Laik 321 Papan Tulis XII.IPA-2 Milik 2 Laik 322 Lemari XII.IPA-2 Milik 1 Laik 323 Tempat Sampah XII.IPA-2 Milik 1 Laik 324 Simbol Kenegaraan XII.IPA-2 Milik 1 Laik 325 Soket Listrik XII.IPA-2 Milik 2 Laik 326 Meja Guru GURU Milik 60 Laik 327 Kursi Guru GURU Milik 60 Laik 328 Papan Tulis GURU Milik 1 Laik 329 Lemari GURU Milik 6 Laik 330 Komputer GURU Milik 2 Laik 331 Printer GURU Milik 2 Laik 332 Tempat Sampah GURU Milik 1 Laik 333 Tempat cuci tangan GURU Milik 1 Laik 334 Jam Dinding GURU Milik 1 Laik 335 Kursi Kerja GURU Milik 3 Laik 336 Meja Kerja / sirkulasi GURU Milik 1 Laik 337 Papan pengumuman GURU Milik 1 Laik 338 Kursi dan Meja Tamu GURU Milik Simbol Kenegaraan GURU Milik 1 Laik 340 Penanda Waktu (Bell GURU Milik 0 -

155 138 Sekolah) 341 Papan Statistik GURU Milik 1 Laik 342 Meja Siswa XII.IPS-4 Milik 20 Laik 343 Kursi Siswa XII.IPS-4 Milik 40 Laik 344 Meja Guru XII.IPS-4 Milik 1 Laik 345 Kursi Guru XII.IPS-4 Milik 1 Laik 346 Papan Tulis XII.IPS-4 Milik 2 Laik 347 Lemari XII.IPS-4 Milik 1 Laik 348 Tempat Sampah XII.IPS-4 Milik 1 Laik 349 Tempat cuci tangan XII.IPS-4 Milik 1 Laik 350 Soket Listrik/Kotak XII.IPS-4 Milik 2 Laik Kontak 351 Meja Siswa XII.IPA-4 Milik 20 Laik 352 Kursi Siswa XII.IPA-4 Milik 40 Laik 353 Meja Guru XII.IPA-4 Milik 1 Laik 354 Kursi Guru XII.IPA-4 Milik 1 Laik 355 Papan Tulis XII.IPA-4 Milik 2 Laik 356 Lemari XII.IPA-4 Milik 1 Laik 357 Tempat Sampah XII.IPA-4 Milik 1 Laik 358 Jam Dinding XII.IPA-4 Milik 1 Laik 359 Simbol Kenegaraan XII.IPA-4 Milik 1 Laik 360 Soket Listrik XII.IPA-4 Milik 2 Laik 361 Meja Siswa XI.IPA-4 Milik 20 Laik 362 Kursi Siswa XI.IPA-4 Milik 40 Laik 363 Meja Guru XI.IPA-4 Milik 1 Laik 364 Kursi Guru XI.IPA-4 Milik 1 Laik 365 Papan Tulis XI.IPA-4 Milik 1 Laik 366 Lemari XI.IPA-4 Milik 1 Laik 367 Tempat Sampah XI.IPA-4 Milik 1 Laik 368 Simbol Kenegaraan XI.IPA-4 Milik 1 Laik 369 Soket Listrik XI.IPA-4 Milik 1 Laik 370 Meja Siswa X.IPS-4 Milik 20 Laik 371 Kursi Siswa X.IPS-4 Milik 40 Laik 372 Meja Guru X.IPS-4 Milik 1 Laik 373 Kursi Guru X.IPS-4 Milik 1 Laik 374 Papan Tulis X.IPS-4 Milik 2 Laik 375 Lemari X.IPS-4 Milik 1 Laik 376 Tempat Sampah X.IPS-4 Milik 1 Laik 377 Jam Dinding X.IPS-4 Milik 1 Laik 378 Simbol Kenegaraan X.IPS-4 Milik 1 Laik 379 Soket Listrik X.IPS-4 Milik 2 Laik 380 Meja Siswa XII.IPS-2 Milik 20 Laik 381 Kursi Siswa XII.IPS-2 Milik 40 Laik 382 Meja Guru XII.IPS-2 Milik 1 Laik 383 Kursi Guru XII.IPS-2 Milik 1 Laik 384 Papan Tulis XII.IPS-2 Milik 2 Laik

156 Lemari XII.IPS-2 Milik 1 Laik 386 Tempat Sampah XII.IPS-2 Milik 1 Laik 387 Jam Dinding XII.IPS-2 Milik 1 Laik 388 Soket Listrik XII.IPS-2 Milik 2 Laik 389 Meja Siswa LAB KOMP 1 Milik 40 Laik 390 Kursi Siswa LAB KOMP 1 Milik 40 Laik 391 Meja Guru LAB KOMP 1 Milik 2 Laik 392 Kursi Guru LAB KOMP 1 Milik 2 Laik 393 Papan Tulis LAB KOMP 1 Milik 2 Laik 394 Komputer LAB KOMP 1 Milik 38 Tidak Laik 395 Tempat Sampah LAB KOMP 1 Milik 1 Laik 396 Jam Dinding LAB KOMP 1 Milik Stabilizer LAB KOMP 1 Milik 2 Laik 398 Akses Internet LAB KOMP 1 Milik 1 Laik 399 Lan Server LAB KOMP 1 Milik 2 Laik 400 Soket Listrik LAB KOMP 1 Milik 4 Laik 401 Soket Listrik/Kotak LAB KOMP 1 Milik 4 Laik Kontak 402 Meja Siswa XII.IPA-5 Milik 20 Laik 403 Kursi Siswa XII.IPA-5 Milik 40 Laik 404 Meja Guru XII.IPA-5 Milik 1 Laik 405 Kursi Guru XII.IPA-5 Milik 1 Laik 406 Papan Tulis XII.IPA-5 Milik 2 Laik 407 Lemari XII.IPA-5 Milik 1 Laik 408 Tempat Sampah XII.IPA-5 Milik 1 Laik 409 Simbol Kenegaraan XII.IPA-5 Milik 1 Laik 410 Soket Listrik XII.IPA-5 Milik 2 Laik 411 Meja Siswa XI.IPS-5 Milik 20 Laik 412 Kursi Siswa XI.IPS-5 Milik 40 Laik 413 Meja Guru XI.IPS-5 Milik 1 Laik 414 Kursi Guru XI.IPS-5 Milik 1 Laik 415 Papan Tulis XI.IPS-5 Milik 2 Laik 416 Lemari XI.IPS-5 Milik 1 Laik 417 Tempat Sampah XI.IPS-5 Milik 1 Laik 418 Jam Dinding XI.IPS-5 Milik 1 Laik 419 Kotak kontak XI.IPS-5 Milik 1 Laik 420 Simbol Kenegaraan XI.IPS-5 Milik 1 Laik 421 Soket Listrik XI.IPS-5 Milik 1 Laik 422 Meja Siswa XI.IPA-5 Milik 20 Laik 423 Kursi Siswa XI.IPA-5 Milik 40 Laik 424 Meja Guru XI.IPA-5 Milik 1 Laik 425 Kursi Guru XI.IPA-5 Milik 1 Laik 426 Papan Tulis XI.IPA-5 Milik 2 Laik 427 Lemari XI.IPA-5 Milik 1 Laik 428 Tempat Sampah XI.IPA-5 Milik 1 Laik

157 Jam Dinding XI.IPA-5 Milik 1 Laik 430 Simbol Kenegaraan XI.IPA-5 Milik 1 Laik 431 Soket Listrik XI.IPA-5 Milik 2 Laik 432 Meja TU TU Milik 5 Laik 433 Kursi TU TU Milik 5 Laik 434 Lemari TU Milik 3 Laik 435 Komputer TU TU Milik 4 Laik 436 Printer TU TU Milik 2 Laik 437 Komputer TU Milik 4 Laik 438 Tempat Sampah TU Milik 1 Laik 439 Jam Dinding TU Milik 1 Laik 440 Kursi Kerja TU Milik 1 Laik 441 Meja Kerja / sirkulasi TU Milik 1 Laik 442 Papan pengumuman TU Milik 1 Laik 443 Kursi dan Meja Tamu TU Milik 1 Laik 444 Penanda Waktu (Bell TU Milik 0 - Sekolah) 445 Brankas TU Milik Filing Kabinet TU Milik 2 Laik 447 Papan Statistik TU Milik Soket Listrik TU Milik 14 Laik 449 Soket Listrik/Kotak TU Milik 14 Laik Kontak 450 Telepon TU Milik 1 Laik 451 Lemari Katalog KOPERASI Milik 1 Laik 452 Meja Siswa X.IPA-4 Milik 20 Laik 453 Kursi Siswa X.IPA-4 Milik 40 Laik 454 Meja Guru X.IPA-4 Milik 1 Laik 455 Kursi Guru X.IPA-4 Milik 1 Laik 456 Papan Tulis X.IPA-4 Milik 2 Laik 457 Lemari X.IPA-4 Milik 1 Laik 458 Tempat Sampah X.IPA-4 Milik 1 Laik 459 Jam Dinding X.IPA-4 Milik 1 Laik 460 Simbol Kenegaraan X.IPA-4 Milik 1 Laik 461 Soket Listrik X.IPA-4 Milik 2 Laik 462 Meja Siswa XI.IPA-2 Milik 20 Laik 463 Kursi Siswa XI.IPA-2 Milik 40 Laik 464 Meja Guru XI.IPA-2 Milik 1 Laik 465 Kursi Guru XI.IPA-2 Milik 1 Laik 466 Papan Tulis XI.IPA-2 Milik 2 Laik 467 Lemari XI.IPA-2 Milik 1 Laik 468 Tempat Sampah XI.IPA-2 Milik 1 Laik 469 Simbol Kenegaraan XI.IPA-2 Milik 1 Laik 470 Soket Listrik XI.IPA-2 Milik 2 Laik 471 Meja Siswa LAB KOMP 2 Milik 39 Laik 472 Kursi Siswa LAB KOMP 2 Milik 39 Laik

158 Meja Guru LAB KOMP 2 Milik 1 Laik 474 Kursi Guru LAB KOMP 2 Milik 1 Laik 475 Papan Tulis LAB KOMP 2 Milik 1 Laik 476 Komputer LAB KOMP 2 Milik 38 Laik 477 Tempat Sampah LAB KOMP 2 Milik 1 Laik 478 Stabilizer LAB KOMP 2 Milik 3 Laik 479 Akses Internet LAB KOMP 2 Milik 2 Laik 480 Lan Server LAB KOMP 2 Milik 2 Laik 481 Soket Listrik LAB KOMP 2 Milik 7 Laik 482 Soket Listrik/Kotak LAB KOMP 2 Milik 7 Laik Kontak 483 Lemari MASJID Milik 2 Laik 484 Jam Dinding MASJID Milik 1 Laik 485 Perlengkapan Ibadah MASJID Milik 10 Laik 486 Meja Siswa XII.IPS-3 Milik 20 Laik 487 Kursi Siswa XII.IPS-3 Milik 40 Laik 488 Meja Guru XII.IPS-3 Milik 1 Laik 489 Kursi Guru XII.IPS-3 Milik 1 Laik 490 Papan Tulis XII.IPS-3 Milik 1 Laik 491 Lemari XII.IPS-3 Milik 1 Laik 492 Tempat Sampah XII.IPS-3 Milik 1 Laik 493 Simbol Kenegaraan XII.IPS-3 Milik 1 Laik 494 Soket Listrik XII.IPS-3 Milik 2 Laik 495 Meja Siswa XII.IPA-1 Milik 20 Laik 496 Kursi Siswa XII.IPA-1 Milik 40 Laik 497 Meja Guru XII.IPA-1 Milik 1 Laik 498 Kursi Guru XII.IPA-1 Milik 1 Laik 499 Papan Tulis XII.IPA-1 Milik 2 Laik 500 Lemari XII.IPA-1 Milik 1 Laik 501 Tempat Sampah XII.IPA-1 Milik 1 Laik 502 Jam Dinding XII.IPA-1 Milik 1 Laik 503 Simbol Kenegaraan XII.IPA-1 Milik 1 Laik 504 Soket Listrik XII.IPA-1 Milik 2 Laik 505 Meja Siswa X.IPS-3 Milik 20 Laik 506 Kursi Siswa X.IPS-3 Milik 40 Laik 507 Meja Guru X.IPS-3 Milik 1 Laik 508 Kursi Guru X.IPS-3 Milik 1 Laik 509 Kursi Guru X.IPS-3 Milik 1 Laik 510 Papan Tulis X.IPS-3 Milik 2 Laik 511 Lemari X.IPS-3 Milik 1 Laik 512 Tempat Sampah X.IPS-3 Milik 1 Laik 513 Tempat cuci tangan X.IPS-3 Milik 1 Laik 514 Simbol Kenegaraan X.IPS-3 Milik 1 Laik 515 Soket Listrik X.IPS-3 Milik 2 Laik 516 Meja Siswa XI.IPA-3 Milik 20 Laik 517 Kursi Siswa XI.IPA-3 Milik 40 Laik

159 Meja Guru XI.IPA-3 Milik 1 Laik 519 Kursi Guru XI.IPA-3 Milik 1 Laik 520 Papan Tulis XI.IPA-3 Milik 2 Laik 521 Lemari XI.IPA-3 Milik 1 Laik 522 Tempat Sampah XI.IPA-3 Milik 1 Laik 523 Tempat cuci tangan XI.IPA-3 Milik 1 Laik 524 Simbol Kenegaraan XI.IPA-3 Milik 1 Laik 525 Soket Listrik XI.IPA-3 Milik 2 Laik 526 Meja Siswa LAB Milik 20 Laik MULTIMEDIA 527 Kursi Siswa LAB Milik 40 Laik MULTIMEDIA 528 Meja Guru LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 529 Kursi Guru LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 530 Papan Tulis LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 531 Lemari LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 532 Komputer LAB Milik 38 Laik MULTIMEDIA 533 Tempat Sampah LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 534 Jam Dinding LAB Milik 1 Laik MULTIMEDIA 535 Perangkat Multimedia LAB Milik 2 Laik MULTIMEDIA 536 Soket Listrik LAB MULTIMEDIA Milik 41 Laik 537 Soket Listrik/Kotak LAB Milik 0 - Kontak MULTIMEDIA 538 Meja Siswa X.IPA-2 Milik 20 Laik 539 Kursi Siswa X.IPA-2 Milik 40 Laik 540 Meja Guru X.IPA-2 Milik 1 Laik 541 Kursi Guru X.IPA-2 Milik 1 Laik 542 Papan Tulis X.IPA-2 Milik 2 Laik 543 Lemari X.IPA-2 Milik 1 Laik 544 Tempat Sampah X.IPA-2 Milik 1 Laik 545 Tempat cuci tangan X.IPA-2 Milik 1 Laik 546 Jam Dinding X.IPA-2 Milik 1 Laik 547 Simbol Kenegaraan X.IPA-2 Milik 1 Laik 548 Soket Listrik X.IPA-2 Milik 2 Laik 549 Soket Listrik/Kotak X.IPA-2 Milik 1 Laik Kontak 550 Lemari AULA Milik 1 Laik 551 Rak AULA Milik 1 Laik

160 Lemari/Rak AULA Milik 1 Laik 553 Meja Siswa X.IPA-5 Milik 20 Laik 554 Kursi Siswa X.IPA-5 Milik 40 Laik 555 Meja Guru X.IPA-5 Milik 1 Laik 556 Kursi Guru X.IPA-5 Milik 1 Laik 557 Papan Tulis X.IPA-5 Milik 2 Laik 558 Lemari X.IPA-5 Milik 1 Laik 559 Tempat Sampah X.IPA-5 Milik 1 Laik 560 Tempat cuci tangan X.IPA-5 Milik 1 Laik 561 Simbol Kenegaraan X.IPA-5 Milik 1 Laik 562 Soket Listrik X.IPA-5 Milik 2 Laik 563 Tempat Sampah KM 1 Milik 1 Laik 564 Tempat cuci tangan KM 1 Milik 1 Laik 565 Kloset Jongkok KM 1 Milik 1 Laik 566 Tempat Air (Bak) KM 1 Milik Gayung KM 1 Milik 1 Laik 568 Gantungan Pakaian KM 1 Milik 1 Laik 569 Gayung (Small KM 1 Milik 1 Laik Bucket) 570 Gayung Air KM 1 Milik 1 Laik 571 Tempat Air KM 1 Milik 1 Laik

161 144 Lampiran 9 Data Umum Identitas Perpustakaan Sekolah 1. Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan 2. Nama Perpustakaan : Perpustakaan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan 3. Nomor Pokok Perpustakaan : E Nomor Sertifikat Akreditasi : 00320/LAP.PS/XI.2018 Sekolah 5. Nilai Akreditasi : B 6. Tanggal/Tahun Berdiri Berdasarkan SL : 01 Agustus Alamat lengkap : Komplek Pamulang Permai I,, Kode pos: Desa/Kelurahan : Pamulang Barat Kecamatan : Pamulang Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten 8. Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd 9. Nama Kepala Perpustakaan : Mohammad Asmian, SH., M.Pd 10. No Telp/Fax/HP/ (021) , ulfahjulianti@yahoo.com, Jumlah Peserta Didik : 1122 Siswa 12. Jumlah Rombel : 31 kelas 13. Jumlah Pendidik : 63 orang 14. Jumlah tenaga perpustakaan : 5 orang 15. Luas gedung/ruang Perpustakaan : 12 x 9 m Luas Tanah : 108 m 2

162 145 Lampiran 10 Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan NO NAMA NIP BIDANG STUDI KETERANGAN 1 Agus Suwarno, M.A Pend. Agama Islam PNS 2 Dra. Nining Ratnaningsih Pend. Agama Islam PNS 3 Dra. Susriyah Pend. Agama Islam PNS 4 Toto Nofo Ndraha S.Th Pend. Agama Kristen Honorer 5 Sarmo, SH PKn PNS 6 Kasman, S.Sos PKn PNS 7 Dra. Nurhayati Bahasa Indonesia PNS 8 Dra. TR Damanik Bahasa Indonesia PNS 9 Nurhayati, S.Pd Bahasa Indonesia PNS 10 Albadri, S.Pd Bahasa Indonesia PNS 11 Arie Yunitarie, S.Pd Bahasa Indonesia PNS 12 Hj. Utiyah, S.Pd Bahasa Inggris PNS 13 Luciana, SPd Bahasa Inggris PNS 14 Dra. Salehastuti Bahasa Inggris PNS 15 Mulyadi,S.Ag, MM Bahasa Inggris PNS 16 Tiara Tisna Dewi, S.Pd Bahasa Inggris PNS Dra. Hj. Sri Diani Cahyaning, Matematika M.Pd PNS 18 Budi Mulyono,S.Pd Matematika PNS 19 R. Aditama, S.Pd, MM Matematika PNS 20 Dra. Pujiastuti Matematika PNS 21 Nurlaela Rahmawati, S.Pd Matematika PNS 22 Roslani Supinah, S.Pd Matematika PNS 23 Dra. Ilmiah Fisika PNS 24 Ismaini, S.Pd Fisika PNS 25 Nurhayati, S.TP. Fisika Honorer 26 Arie Endrianti,S.Pd Fisika Honorer 27 Drs. Zulkarnaen, M.Pd Kimia PNS 28 Sri Surahno, S.Pd, M.Si Kimia PNS 29 Usep Fanji, S.Pd Kimia PNS 30 Bangun T.S, S.Pd Kimia PNS 31 Siti Hasanah, S.Pd Biologi PNS 32 Hendri Sutresnowati, S.Pd Biologi PNS 33 Diani Atika, S.Si Biologi PNS 34 Dwi Indriyati, S.Pd. Biologi Honorer 35 Erni Sunarsih, SPd, M.Pd Ekonomi PNS

163 H. Syafrizal, M.M Ekonomi PNS Yusep Kuswaya Sukma, SE, 37 MM Ekonomi PNS 38 Hasanuddin, SE Ekonomi PNS 39 Nurjanah, SPd, M.Pd Sosiologi PNS 40 Yunus, S.Pd Sosiologi PNS 41 Gunadi, S.Pd. Geografi Honorer 42 Gunawan, S.Pd. Geografi Honorer 43 Nurdin, S.Pd Sejarah PNS 44 Dasuki, S.Pd,MM Sejarah PNS 45 Agung Satrio, SPd Pend. Jasmani PNS 46 Nasikun Jarot,S.Pd Pend. Jasmani PNS 47 Sutikno,S.Pd Seni Budaya PNS 48 Siti Rohimah, S.Pd Seni Budaya Honorer 49 Amri Zulberi, S.Pd. TIK Honorer 50 Sunardi, S.Kom TIK Honorer 51 Badriyah, S.Ag B. Arab PNS 52 Mudirin, S.Ag. B. Arab Honorer 53 Rosita, SS Bahasa Jepang PNS 54 Mahendra Prasetya,S.S Bahasa Jepang Honorer 55 Arfiata Achdy, S.Kom. DGM Honorer 56 Toha A. Nugraha, S.Pd. DGM Honorer 57 Rina Kartina, S.Pd BK PNS 58 Rasmawati,S.Pd BK PNS

164 147 Lampiran 11 Jumlah Peserta Didik Pertingkat dan Rombel No Nama Tingkat Jumlah Siswa Rombel Kelas L P Total Wali Kelas Ruangan 1 X IPS Yusep Kuswaya Sukma X.IPS-1 2 X IPS Leny Latifah X.IPS-2 3 X IPS Susriyah X.IPS-3 4 X IPS Nurhayati X.IPS-4 5 X IPS Agung Satrio X.IPS-5 6 X IPS Yuni Kurniawati X.IPS-6 7 X MIPA Roslani Supinah X.IPA-1 8 X MIPA Nurlaela Rahmawati X.IPA-2 9 X MIPA Al Badri X.IPA-3 10 X MIPA Hendri Sutresnowati X.IPA-4 11 X MIPA Rosita X.IPA-5 12 XI IPS Budi Mulyono XI.IPS-1 13 XI IPS Tiara Tisna Dewi XI.IPS-2 14 XI IPS Nining Ratnaningsih XI.IPS-3 15 XI IPS Nasikun Jarot XI.IPS-4 16 XI IPS Siti Rohimah Nurdini XI.IPS-5 17 XI MIPA Puji Astuti XI.IPA-1 18 XI MIPA Diani Atika XI.IPA-2 19 XI MIPA Ismaini XI.IPA-3 20 XI MIPA Suwandi Spd XI.IPA-4 21 XI MIPA Badriah XI.IPA-5 22 XII IPS Muhardi XII.IPS-1 23 XII IPS Nurjanah XII.IPS-2 24 XII IPS Mulyadi XII.IPS-3 25 XII IPS Dasuki XII.IPS-4 26 XII IPS Sarmo XII.IPS-5 27 XII MIPA Luciana XII.IPA-1 28 XII MIPA Dra. Ilmiah XII.IPA-2 29 XII MIPA Siti Hasanah XII.IPA-3 30 XII MIPA Nurhayati XII.IPA-4 31 XII MIPA Rosita Mahmudah XII.IPA-5

165 148 Lampiran 12 Kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 6 Tangerang Selatan adalah Kurikulum SMA 2013 IPS dan MIPA 1. Kelas X MIPA dan X IPS NO A MATA PELAJARAN Kelompok Wajib Kelompok A KELAS X SI MIPA IPS 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3* 3* 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Inggris Kelompok B 7 Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3** 3** Kesehatan 9 Prakarya dan Kewirausahaan Bahasa Arab Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib B Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 11 Matematika Biologi Fisika Kimia 3 4 Ilmu Pengetahuan Sosial 11 Geografi Sejarah Sosiologi Ekonomi 3 4 Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Peminatan C Kelompok Lintas Minat 1 Ekonomi Bahasa dan Sastra Inggris 3 3*** 3*** 3 Bahasa Jepang D Pengembangan Diri 1 Bimbingan dan Konseling Jumlah Jam Per Minggu 46 46

166 Kelas XI MIPA dan XI IPS NO A MATA PELAJARAN Kelompok Wajib Kelompok A KELAS XI SI MIPA IPS 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3* 3* 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Inggris Kelompok B 7 Seni Budaya (Seni Rupa) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3** 3** Kesehatan 9 Prakarya dan Kewirausahaan Bahasa Arab Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib B Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 11 Matematika Biologi Fisika Kimia 4 4 Ilmu Pengetahuan Sosial 11 Geografi Sejarah Sosiologi Ekonomi 4 5 Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Peminatan C Kelompok Lintas Minat 1 Bahasa dan Sastra Inggris 4 3*** 3*** D Pengembangan Diri 1 Bimbingan dan Konseling Jumlah Jam Per Minggu 46 46

167 Kelas XII MIPA dan XII IPS NO A MATA PELAJARAN Kelompok Wajib Kelompok A KELAS XII SI MIPA IPS 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3* 3* 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Inggris Kelompok B 7 Seni Budaya (Seni Musik dan Seni Rupa) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3** 3** Kesehatan 9 Prakarya dan Kewirausahaan Bahasa Arab Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib B Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 11 Matematika Biologi Fisika Kimia 4 5 Ilmu Pengetahuan Sosial 11 Geografi Sejarah Sosiologi Ekonomi 4 6 Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Peminatan C Kelompok Lintas Minat 1 Sastra Inggris D Pengembangan Diri 1 Bimbingan dan Konseling Jumlah Jam Per Minggu 46 46

168 151 Lampiran 13 Pembiasaan dan Kegiatan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan a. Harian No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Menyambut peserta didik di pintu gerbang Pembiasaan Kepala sekolah dan beberapa guru yang ditugaskan 2) Melaksanakan Piket Kelas Pembiasaan Piket Sekolah 3) Tilawah pagi pukul wib. Intrakurikuler Pendidik Mapel dan Rohis 4) Berdo a di awal Pelajaran Intrakurikuler Pengurus Kelas 5) Berdo a di akhir Pelajaran Intrakurikuler Pengurus Kelas 6) Hafalan al Qur an juz ke 30 (muslim) Pembiasaan Petugas piket sekolah 7) Hafalan kitab injil (Kristen) Pembiasaan Petugas piket sekolah 8) Hafalan Do a pagi dan malam (Hindu) Pembiasaan Petugas piket sekolah 9) Menjalankan sholat duha Pembiasaan Rohis 10) Menjalankan sholat duhur berjama ah Pembiasaan Rohis 11) Sopan santun Pembiasaan Individu 12) Menyimpan sampah pd Tempatnya Pembiasaan Individu 13) Antre Pembiasaan Individu 14) Infaq harian Pembiasaan Rohis 15) Berpakaian rapi Pembiasaan Individu 16) Datang tepat waktu Pembiasaan Individu 17) Berbahasa dengan baik Pembiasaan Individu 18) Bersikap ramah Pembiasaan Individu 19) Literasi Pembiasaan Individu b. Perpekan No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Upacara Bendera Hari Senin Intrakurikuler Petugas 2) Sholat Jum at Pembiasaan Rohis 3) Infaq Jum at Pembiasaan Rohis 4) Kebaktian Pembiasaan Ronkris 5) BBQ (Belajar Baca Qur an) Intrakurikuler Pendidik dan Mentor 6) Bengkel IT Plus Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 7) ROHIS (Kerohanian Islam) Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 8) Marawis Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 9) Saman Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 10) Cheerleaders Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 11) Tari Tradisional Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 12) Paduan Suara Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 13) Olah Raga Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 14) Paramuka Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 15) Paskibra Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 16) PMR (Palang Merah Remaja) Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 17) English Club Ekstrakurikuler Pembina Ekskul

169 152 18) Mading/Pers Sekolah Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 19) Basket Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 20) Bola Voli Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 21) Futsal Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 22) Taekwondo Ekstrakurikuler Pembina Ekskul 23) Mading Ekstrakurikuler Pembina Ekskul c. Bulanan No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana Pembinaan Karakter (motivasi) Kokurikuler d. Semestran No. Pembiasaan/Kegiatan Jenis PJ/Pelaksana 1) Class Meeting Ekstrakurikuler Osis Mabit Kokurikuler Panitia e. Tahunan 1) MPLS Intrakurikuler Panitia 2) LDKS Intrakurikuler Panitia 3) Pesantren Ramadhan Intrakurikuler Panitia 4) Mabit Intrakurikuler Panitia 5) Qurban Kokurikuler Panitia 6) Zakat Kokurikuler Panitia 7) Pemilihan MPS Ekstrakurikuler Panitia 8) Pemilihan OSIS Ekstrakurikuler Panitia 9) PHBI Intrakurikuler Panitia 10 PHBN Intrakurikuler Panitia 11) Karyawisata Kokurikuler Panitia

170 153 Lampiran 14 Prestasi Sekolah 3 Tahun Terakhir No. Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Tingkat Kegiatan Tahun Kegiatan Capaian 1. LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 2. TURNAMEN BASKET Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 3. KOMPETISI FUTSAL Grup Kab/Kota 2010 Juara 2 4. BASKET PUTRA Grup Propinsi 2010 Juara 2 5. BASKET PUTRA Grup Kab/Kota 2010 Juara 3 6. FUTSAL KOMPETESI Grup Kab/Kota 2010 Juara 1 7. LOMBA GERAK JALAN SEHAT Grup Kab/Kota 2010 Juara 2 8. CHEERLEADER Grup Propinsi 2010 Juara 2 9. LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Propinsi 2010 Juara LOMBA BARIS-BERBARIS Grup Kab/Kota 2011 Juara PASKIBRAKA Grup Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Kab/Kota 2011 Juara CHEERLEADER Grup Propinsi 2011 Juara PANJAT TEBING Individual Propinsi 2011 Juara KARATE Individual Propinsi 2011 Juara TAEKWONDO Individual Propinsi 2011 Juara LARI MARATON 10 K Individual Kab/Kota 2011 Juara LOMBA ATLETIK Individual Kab/Kota 2011 Juara 1

171 154 Lampiran 15 Hasil Ujian Nasional Sekolah 3 Tahun Terakhir Tahun Rerata Nilai Kelas IPA Kelas IPS Kelas Bahasa Kelas SMK Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel Rerata Nilai Jumlah Matpel

172 155 Lampiran 16 STRUKTUR KEPENGURUSAN MPK PERIODE SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN Nama Kelas Jabatan Muhammad Azi Saputra XI IPA 1 Ketua MPK Puji Astuti XI IPA 3 Wakil Ketua MPK Siti Nurasih Shani XI IPA 3 Sekretaris MPK Intan Safitri XI IPA 1 Bendahara MPK Nafhan Zhillan Rozi XIPS2 Ketua Komisi A Nisrina A. Djamhar XI IPA 3 Ketua Komisi B Siti Hana Zhafitri XI IPA 4 Ketua Komisi C Madeline Eoudia Hermosa XIPA4 Ketua Komisi D Elisabeth Intan Berliana XIPA1 Ketua Komisi E Zoya Lavenza XI IPA 1 Ketua Komisi F Rismananda Septiara Putri XI IPS 1 Ketua Komisi G Sycillia Salma Clarita XI IPS 3 Ketua Komisi H

173 156 Lampiran 17 STRUKTUR KEPENGURUSAN OSIS PERIODE SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN Nama Kelas Jabatan Imam Pauji XI IPA 5 Ketua OSIS Annisa Rizky Kusuma Dewi XI IPA 4 Wakil Ketua I OSIS Rexabel Rizqy Ravi Qois XI IPA 4 Wakil Ketua II OSIS Mirabelle Elizabeth Pinassang XI IPA 2 Sekretaris Umum OSIS Adella Safitri XI IPA 1 Sekretaris I OSIS Annisa Saidah XI IPA 2 Sekretaris II OSIS Najwa Fathiya XI IPA 2 Bendahara Umum OSIS Nirbitta Maheswari XI IPS 3 Bendahara I OSIS Ardiningrum Tiffany Suhendi XIPA4 Ketua Sekbid 1 Azizah Hannani Listyani XIPA1 Sekretaris Sekbid 1 Virginia Michelle Saroden XIPA4 Ketua Sekbid 2 Raissa Maharani XIPA5 Sekretaris Sekbid 2 Antari Nailah Zulfa Jinan XIPA2 Ketua Sekbid 3 Azizah Hannina Listyani XIPA3 Sekretaris Sekbid 3 Putri Larasati Hermani XIPA5 Ketua Sekbid 4 Karina Ibrani Putri Pinem XIPA2 Sekretaris Sekbid 4 Anggraeni Raysa Trinita XIPA3 Ketua Sekbid 5 Imlathi Cahya Pramesty XIPA4 Sekretaris Sekbid 5 Sindi Lestari Ayu Febrianti XIPA2 Ketua Sekbid 6 Resa Amanda XIPA4 Sekretaris Sekbid 6 Farhan Prasetyo XIPA1 Ketua Sekbid 7 Quincy Xaviera XIPA4 Sekretaris I Sekbid 7 Rahmavenda Tri Puspitasari XIPA2 Sekretaris II Sekbid 7 Laura Kezia Debbie Lumban XIPA2 Ketua Sekbid 8 Gaol Salma Najwa Syakira XIPA2 Sekretaris I Sekbid 8 Hana Nurbaiti XIPS1 Sekretaris II Sekbid 8

174 157 Lampiran 18: Tata Tertib SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan KESISWAAN Sosialisasi Kegiatan Siswa A. LANDASAN HUKUM KEGIATAN SISWA 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik; 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan B. TUJUAN PEMBINAAN KESISWAAN 1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; 2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; 3. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; 4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society). B. STRATEGI PENINGKATAN MUTU KEGIATAN SISWA 1. Optimalisasi pembinaan kesiswaan secara sistematis, berkelanjutan dan komprehensif melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler 2. Memiliki program peningkatan prestasi non akademik terdiri: a. Kelompok Agama, Seni, Kekaryaan, b. Kelompok Bela Negara, Keterampilan, Olah Raga dan c. Kelompok Sains Teknologi Club dan Olimpiade yang mampu bersaing baik di tingkat Kab/ Kota, Propinsi dan tingkat Nasional 3. Memiliki data dan laporan tentang prestasi siswa yang pernah diraih 4. Memberikan penghargaan khusus bagi peserta didik yang berprestasi 5. Memanfaatkan prestasi yang telah diraih untuk mempromosikan sekolah

175 158 BAB I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sekolah yang tertib,aman dan teratur merupakan prasyarat siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi ini dapat terjadi jika disiplin sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat tumbuh dan berkembang jika iklim dan suasana sekolah menunjukan dan memberikan dukungan untuk tumbuh dan berkembangnya kedisiplinan tinggi dan keseluruhan warga sekolah yakni siswa, guru,pegawai dan orang tua siswa serta masyarakat. Untuk itu sebagai langkah awal dalam pelaksanaan kedisiplinan sekolah adalah adanya peraturan tentulis berupa tata tertib sekolah untuk dilaksanakan dan ditaati. I.2. TUJUAN Tata tertib sekolah diadakan untuk mendukung pelaksanaan tumbuh kembangnya spirit dan nilai nilai yang memberikan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab LANDASAN 1. UUD 45Pasal3l 2. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional 4. Permendiknas No.19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidik oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah 5. SK Dirjen Dikdasmen Nomor I 00/CIKepID/ 1991 tanggal 16 Februari 1991 Tentang Pakaian Seragam Sekolah. BAB II. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM) II.1. ALOKASI WAKTU DAN JAM BELAJAR 1. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senin s/d Jumat : Jam s/d WIB Sabtu Kegiatan Ekstrakurikuler : Jam s/d WIB Alokasi waktu istirahat : ± 30 menit. 2. Pada hari-hari sekolah pintu gerbang ditutup sesudah bel jam pertama berbunyi. 3. Setiap hari mulai jam s/d WIB seluruh siswa yang muslim melaksanakan Tilawah AlQur an bersama yang dipimpin oleh ROHIS yang diikuti oleh dewan Guru. 4. Siswa yang datang tenlambat diperbolehkan masuk ke kelas untuk mengikuti KBM, setelah mendapat ijin dari petugas piket. 5. Siswa yang datang terlambat dicatat dan dilakukan pembinaan oleh petugas piket setelah itu diwajibkan menghafal salah satu surat AlQur an (bagi Yang Muslim) dan bagi Non muslim mendapat pembinaan dari Guru agamanya.

176 159 II.2. KEHADIRAN DAN KETIDAKHADIRAN SISWA 1. Setiap siswa harus sudah berada di sekolah sebelum pelajaran dimulai. 2. Siswa yang datang terlambat harus melaporkan keterlambatannya kepada petugas piket. 3. Siswa yang datang terlambat dan tidak diizinkan masuk oleh piket, dianggap alpha. 4. Bila siswa tidak hadir disekolah, maka orang tua/ wali wajib memberitahukan kepada pihak sekolah secara langsung atau melalui surat. 5. Siswa yang tidak masuk karena sakit lebih dan 3 hari berturut turut diwajibkan menunjukan surat keterangan dokter. 6. Pemberitahuan dan permohonan izin ketidakhadiran atau keterlambatan siswa melalui telpon atau sejenisnya diperbolehkan, tapi hari berikutnya wajib memberikan surat keterangan. 7. Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa berita /pemberitahuan dan orang tua/wali dianggap alpha. 8. Siswa yang meninggalkan kelas/sekolah tanpa izin dari guru bidang studi dan petugas piket selama jam pelajaran berlangsung dianggap alpha pada jam pelajaran tersebut. I.3. PENILAIAN DAN RAPORT 1. Setiap siswa wajib mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. 2. Siswa wajib mengikuti ulangan (diberitahukan sebelumnya atau tidak diberitahukan) yang ditentukan oleh guru atau sekolah. 3. Bila siswa tidak mengikuti ulangan harian karena alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka siswa yang bersangkutan wajib mengikuti ulangan susulan setelah mendapat izin dari wali kelas dan guru mata pelajaran yang bersangkutan. 4. Bila siswa tidak mengikuti ulangan semester, maka siswa yang bersangkutan wajib mengikuti ulangan susulan setelah mendapat izin dari Wakasek bidang Kurikulum. 5. Nilai siswa dilaporkan kepada orang tua dalam bentuk raport sebanyak 2 kali dalam setahun. Laporan 1 : Bulan Oktober (Raport Mid Semester 1) Laporan 2 : Bulan Desember (Raport Semester 1) Laporan 3 : Bulan Maret (Raport Mid Semestr 2) Laporan 4 : Bulan Juni (Raport Semester 2) Raport harus diambil oleh orang tua/ wali yang sah. II.4. PENAMPILAN DAN SERAGAM SISWA 1. Jadwal pemakaian seragam sekolah a. Senin - Selasa : Baju putih berdasi, celana/rok abu-abu, sepatu hitam b. Rabu : Seragam Pramuka Lengkap c. Kamis : Baju Batik,celana hitam/rok hitam, sepatu hitam d. Jum at : Seragam Jum at, celana/rok hitam panjang, sepatu bebas e. Sabtu : Pakaian bebas, sopan dan rapih f. Upacara : Seragam sekolah hari yang bersangkutan dan memakai topi sekolah

177 Ketentuan seragam sekolah a. Baju: 1) Baju putih dilengkapi tanda lokasi sekolah dan badge OSIS yang dijahit (bukan ditempel). 2) Baju batik khas SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. 3) Baju Seragam Jum at khas SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 4) Model, warna dan bahan sesuai dengan ketentuan sekolah. 5) Ukuran baju tidak boleh ketat/jangkis. b. Celana: 6) Model, warna dan bahan sesuai dengan ketentuan sekolah. 7) Dilarang menggunakan celana ketat atau cut bray dan kantong temple. c. Rok: 1) Rok abu-abu dan hitam. 2) Model, warna dan bahan sesuai dengan ketentuan sekolah. 3) Dilarang menggunakan rok ketat dan rempel yang berkeliling. d. Sepatu: 1) Sepatu warna hitam (kecuali hari Jum at dan Sabtu) 2) Sepatu dipakai dengan rapih dan tidak boleh diinjak atau dilipat 3) Model, warna dan bahan sesuai dengan ketentuan sekolah. e. Kaos kaki: 1) Setiap hari memakai kaos kaki berwarna putih polos. 2) Panjang kaos kaki sesuai ketentuan. f. Ikat Pinggang: 1) Seluruh siswa harus mengenakan ikat pinggang berwama hitam polos dengan model yang sesuai untuk pelajar. 2) Ukuran sesuai dengan ketentuan sekolah. g. Tata Cara Berpakaian: 1) Baju yang dipakai harus dimasukkan ke dalam celana/rok, sehingga ikat pinggang selalu kelihatan. Ketentuan ini berlaku sampai siswa pulang ke rumah dan bukan hanya selama jam sekolah 2) Seragam sekolah tidak boleh dicoret coret/dirobek. 3) Seluruh siswa harus memakai kaos dalam atau singlet putih. 4) Siswa harus berpenampilan wajar, rapi, bersih dan sopan. 5) Siswa yang tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, akan dipulangkan (tidak diperkenankan masuk). 6) Selama masih memakai seragam sekolah siswa dilarang merokok, mengunjungi tempat games warnet, dingdong, play station (PS), bilyard, pertokoan, berkelahi, melakukan coret-coret didalam/diluar sekolah, berkendaraan motor tidak sopan (ngebut) dan melakukan tindakan lain yang tidak terpuji. II.5. KEPRIBADIAN 1. Siswa putra tidak boleh memakai perhiasan (kalung, anting,gelang,tindik dll). 2. Siswa putri dilarang memakai perhiasan dan riasan berlebihan (tindik,meke up dll) 3. Seluruh siswa dilarang bertato.

178 Seluruh siswa dilarang mengecat rambut. 5. Siswa putra dilarang memelihara kumis,jambang dan jenggot. 6. Siswa putra tidak boleh memelihara rambut panjang/gondrong, dengan model yang sopan dan wajar. Dengan ketentuan : ditarik ke muka tidak menutupi alis, kesamping tidak menutupi kuping, kebelakang tidak mengenai kerah baju. 7. Model rambut siswa perempuan harus wajar untuk seorang pelajar. 8. Tas sekolah tidak boleh dicorat-coret atau dikotori. 9. Siswa harus berpenampilan wajar, rapi, bersih, dan sopan. 10. Siswa harus berperilaku baik sehingga tidak mencemarkan nama baik sekolah,orang tua dan diri sendiri. 11. Usai sekolah, siswa harus segera pulang ke rumah, tidak bergerombolan ditempat tertentu atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak baik. 12. Bagi siswa yang melakukan/melaksanakan kegiatan sekolah diluar jam pelajaran harus sepengetahuan orang tua/wali. 13. Siswa dilarang melakukan pertandingan persahabatan dengan sekolah lain tanpa sepengetahuan/izin dan sekolah. 14. Siswa wajib menjaga dan meletakan barang miliknya secara rapi, agar tidak mengundang minat orang lain untuk mencurinya. Bila terjadi kasus pencunian di kelas atau dilingkungan sekolah terhadap barang milik seorang siswa, maka siswa tersebut wajib melaporkannya kepada pihak sekolah, akan tetapi pihak sekolah hanya membantu mencari dan tidak bertanggungjawab atas kehilangan tersebut. 15. Siswa dilarang keras berpacaran di lingkungan sekolah atau pada acara yang di selenggarakan oleh sekolah. 16. Siswa wajib menjaga nama baik sekolah, orang tua dan diri sendiri selama disekolah maupun diluar sekolah. 17. Bila siswa melakukan penbuatan yang kurang baik, kepadanya dapat dikenakan tindakan oleh sekolah meskipun perbuatan tersebut dilakukan diluar sekolah. BAB III PENGAWASAN DAN KER.JASAMA 1. Orang tua/wali wajib mengawasi serta memantau kegiatan belajar dan hasil belajar anaknya. 2. Hasil ulangan harian, terutama yang nilainya kurang hendaknya ditanda tangani oleh orang tua/wali dan dikembalikan kepada guru yang bersangkutan. 3. Semua surat menyurat dari Orang tua/wali yang menyangkut administrasi sekolah hendaknya di alamatkan kepada Kepala sekolah. 4. Wali kelas dan Guru BP dengan sepengetahuan Kepala Sekolah dapat mengirimkan surat panggilan kepada orang tua/wali berkenaan dengan keadaan atau perbuatan siswa. 5. Orang tua/wali harus selalu memenuhi panggilan pihak sekolah sehubungan dengan persoalan anaknya. Menunda atau menghindari pertemuan akan merugikan siswa yang bersangkutan.

179 Orang tua/wali mengontrol pembayaran uang sekolah atau iuran lainnya, serta membatasi uang saku/jajan anaknya. 7. Setiap perubahan alamat orang tua/wali hendaknya selalu diberitahukan kepada pihak sekolah, dengan mencantumkan alamat baru yang lengkap. 8. Orang tua/wali hendaknya melaporkan kepada pihak sekolah, Wali kelas atau Guru BP perihal penyimpangan tingkah laku siswa di rumah, karena hal ini biasanya berpengaruh pada proses belajar mengajar di sekolah. 9. Setiap informasi dan pemberitahuan dari sekolah selalu disampaikan melalui surat edaran. 10. Segala bentuk pemberitahuan menyangkut siswa dan pihak orang tua/wali tidak dibenarkan melalui telepon atau sejenisnya. BAB IV. LAIN-LAIN IV.1. IURAN SEKOLAH I. Uang iuran sekolah dilunasi selambat-lambathya tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya. 2. Penundaan uang sekolah dan bulan yang sedang berjalan ke bulan berikutnya tidak dapat dibenarkan dan diberikan peringatan/teguran. 3. Atas kesadaran sendiri para siswa menyerahkan iuran sekolah kepada petugas keuangan dengan meminta tanda bukti pembayaran/bukti lunas 4. Perubahan iuran sekolah atau adanya pungutan lain akan diberitahukan kepada orang tua secara tertulis dan resmi. 5. Siswa yang berprestasi akan diberikan beasiswa pendidikan sesuai dengan tingkat prestasinya. IV.2 UPACARA BENDERA 1. Upacara bendera dilaksankan pada: Setiap hari senin Minggu ke-2 dan ke-4 (upacara pengibaran bendera) - Hari-hari besar nasional (tertentu). 2. Siswa yang ditunjuk sebagai petugas upacara wajib mempersiapkan diri dan melaksanakan tugasnya dengan baik. 3. Siswa wajib mengikuti upacara bendera dengan tertib. 4. Siswa yang tidak tertib dalam mengikuti upacara bendera akan diberikan tindakan kedisiplinan yang sesuai. 5. Saat mengikuti upacara bendera siswa harus mengenakan pakaian seragam upacara lengkap. 1V3 PENERIMA TAMU Selama jam sekolah, tamu atau orang-orang yang ingin bertemu dengan siswa harus melapor kepada guru piket. Penerimaan tamu di Kantor SMA Negeri 6 Tangerang Selatan (ruang tunggu) dan tidak boleh dilakukan di kelas atau di luar komplek sekolah.

180 163 IV.4 KENDARAAN 1. Siswa dilarang membawa kendaraan mobil dan atau parkir mobil di halaman sekolah. 2. Siswa diperbolehkan membawa sepeda motor ke sekolah disertai dengan SIM dan surat-surat kendaraannya. 3. Sepeda motor yang digunakan oleh siswa harus sepeda motor yang berpenampilan sopan dan lengkap (tidak dimodifikasi bentuknya, tidak penuh sticker yang tak pantas, dan tidak menimbulkan suara yang merusak pendengaran). 4. Siswa yang bersepeda motor wajib mengenakan helm pengaman. 5. Siswa tidak diperkenankan pinjam meminjam kendaraan bermotor selama kegiatan belajar mengajar di sekolah. 6. Siswa dilarang izin keluar lingkungan sekolah menggunakan kendaraan bermotor selama kegiatan belajar mengajar di sekolah. IV.5 KETIDAK PUASAN/KERESAHAN Ketidakpuasan/keresahan siswa dapat dibicarakan atau diselesaikan melalui wali kelas, BP/BK atau Wakil Kepala Sekolah dan apabila tidak tercapai kesepakatn dapat dibicarakannya langsung kepada Kepala Sekolah. Siswa tidak dibenarkan melakukan tindakan sepihak/anarkis dan wajib menjujunjung tinggi nilai sopan santun. IV.6 PELAJARAN TAMBAHAN DAN EKSTRAKURIKULER 1. Sekolah mengadakan pelajaran tambahan bagi siswa yang kurang pada mata pelajaran tertentu. 2. Pelajaran tambahan yang diberikan di sekolah akan diatur kemudian. 3. Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti : Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Olah Raga Prestasi, Olab Raga Bela Diri, Rohis, Majalah Dinding (Mading), Kesenian, Paskibra, Pecinta alam (PA), Chear Leader, tari Saman dll. Setiap siswa harus mengikuti minimal satu kegiatan ekstra kurikuler tersebut. IV.7 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SELAMA JAM SEKOLAH 1. Pada saat bel tanda masuk, para siswa segera masuk ke kelas dengan tertib dan tenang. 2. Pada awal jam pelajaran pertama dan akhir jam pelajaran terakhir siswa bersama guru berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. 3. Siswa dipimpin oleh ketua kelas memberi salam kepada guru saat awal dan akhir pelajaran. 4. Bila dalam waktu 10 (sepuluh) menit guru mata pelajaran belum hadir di kelas, maka ketua kelas segera melaporkan kepada guru piket. 5. Seluruh siswa wajib menjaga kebersihan dan kerapihan kelas dan lingkungan sekolahnya. 6. Bila ada kerusakan barang-barang dikelas, ketua kelas segera melaporkan kepada guru piket dan wali kelasnya.

181 Siswa yang mengganggu jalannya kegiatan pelajaran akan dikeluarkan dari sekolah. 8. Selama pelajaran berlangsung siswa dilarang keluar kelas tanpa izin dari guru bidang studi atau guru piket. 9. Siswa wajib berlaku sopan santun terhadap siapapun dalam Iingkungan sekolah. 10. Siswa dilarang mengaktifkan Hand Phone (HP) selama kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang berlangsung. 11. Siswa dilarang membawa media pornografi (benda, gambar, bacaan, DVD/VCD) serta barang-barang yang tidak berhubungan dengan pelajaran. 12. Siswa dilarang membawa senjata tajam dan senjata api ke sekolah. 13. Siswa dilarang membawa alat perjudian dan melakukan perjudian di sekolah. 14. Siswa dilarang membawa, memakai dan mengedarkan Rokok, MIRAS dan NARKOBA disekolah. BAB V PELANGGARAN DAN TINDAK KEDISIPLINAN V.1 SANKSI DAN TINDAKAN DISIPLIN Jenis Pelanggaran tata tertib secara umum diklasifikasikan berdasarkan jumlah poin yaitu: 1. Siswa yang melanggar tata tertib sampai dengan jumlah poin 25 ; dipanggil orang tua atau di beri peringatan. 2. Siswa yang melanggar tata tertib sampai dengan jumlah poin 50; dipanggil orang tua dan diskorsing 3 hari. 3. Siswa yang melanggar tata tertib sampai dengan jumlah poin 75 ; dipanggil orang tua dan diskorsing 5 hari. 4. Siswa yang melanggar tata tertib sampai dengan jumlah poin 100 ; dikembalikan pada orang tuanya atau dikeluarkan dari sekolah. V.2 TINGKAT DAN JENIS PELANGGARAN Adapun poin/bobot pelanggaran adalah sebagai berikut: NO. JENIS PELANGGARAN POIN KET. I. KEHADIRAN DAN KETERLAMBATAN 1. Siswa terlambat masuk sekolah 3 2. Siswa yang tidak tertib saat upacara bendera 3 3. Siswa yang terlambat lebih 5 menit saat upacara bendera 3 4. Siswa tidak masuk tanpa izin 5 5. Siswa tidak mengiuti upacara bendera tanpa keterangan 5 6. Siswa berada diluar kelas walaupun saat itu guru tidak ada 5 tapi ada tugas 7. Siswa berada diluar kelas pada saat KBM berlangsung 5 8. Siswa tidak mengikuti pelajaran tertentu di kelas tanpa izin 5 9. Siswa tidak masuk dengan keterangan palsu Siswa bolos/kabur pada saat KBM 15 II. PAKAIAN SERAGAM DAN KEPRIBADIAN 11. Siswa tidak memakai ikat pinggang warna hitam Siswa tidak memakai kaos dalam (singlet) Siswa tidak memakai kaos kaki putih 3

182 Siswa putri yang memakai jilbab warnanya tidak putih Siswa tidak memakai seragam lengkap sesuai dengan 5 ketentuan 16. Siswa memakai seragam tidak rapi (baju dikeluarkan,celana 5 robek) 17. Siswa memakai pakaian seragam yang ketat (jangkis) Siswa putra memakai perhiasan (kalung, gelang, 5 antik,tindik) 19. Siswa memakai jaket/switer di kelas/sekolah tanpa izin dari 5 guru 20. Siswa tidak memakai sepatu hitam Siswa memakai seragam sekolah lain Siswa putra memelihara rambut panjang, kumis, jambang 10 dan jenggot 23. Siswa putri memakai perhiasan dan riasan yang berlebihan 10 (make up, tindik) 24. Siswa yang mewarnai /mengecat rambutnya Siswa yang mencoret-coret pakaian seragam sekolah Siswa muslim ketahuan tidak berpuasa makan/minum 25 ditempat umum di bulan puasa 27. Siswa mencemarkan nama baik sekolah, keluarga, teman 25 dan diri sendiri III. KETERTIBAN DAN ETIKA 28. Siswa yang mengganggu ketenangan belajar pada jam 10 pelajaran sedang berlangsung 29. Siswa keluar tanpa izin pada saat jam pelajaran berlangsung Siswa yang jajan di kantin pada saat pelajaran berlangsung Siswa yang berkata kotor (jorok/tidak terpuji) di lingkungan 10 sekolah 32. Siswa yang meninggalkan kelas/sekolah tanpa izin guru 15 bidang studi, piket pada saat jam pelajaran berlangsung 33. Siswa yang mengaktifkan Hand Phone (HP) pada saat 20 pelajaran berlangsung 34. Siswa yang mengaktifkan media elektronik (mp3, mp4, 20 radio, dll) di kelas yang tidak berhubungan dengan pelajaran 35. Siswa yang mencoret-coret dan merusak sarana dan 25 prasarana sekolah 36. Siswa yang memimjam/meminjamkan kendaraan bermotor 25 pada saat KBM 37. Siswa yang melompat pagar sekolah Siswa yang berpacaran di lingkungan sekolah atau pada 25 acara yang diselenggarakan sekolah 39. Siswa yang melakukan intimidasi dan perploncoan dengan 50 sesama siswa 40. Siswa yang melakukan penghinaan atau pencemaran nama baik seseorang/ sekelompok orang yang berbau SARA melalui sosial media (sms,twiter,fb) 50

183 Siswa yang membawa, melihat dan memperjual belikan 50 media pornografi(benda, gambar, majalah, buku, kaset VCD/DVD, dll) 42. Siswa yang membawa atau merokok di dalam dan di 50 luar lingkungan sekolah 43. Siswa yang melakukan tindakan pencurian di dalam 50 lingkungan sekolah 44. Siswa yang melakukan perjudian di lingkungan sekolah Siswa yang melakukan kesaksian/keterangan palsu pada 50 suatu perkara atau masalah 46. Siswa yang melakukan penghasutan (propokator) dalam 50 suatu perkara sehingga terjadi keributan 47. Siswa yang melanggar perjanjian yang telah disepakati 50 bersama 48. Siswa yang membawa senjata tajam dan senjata api ke 50 sekolah 49. Siswa yang membuat keributan/berkelahi sesama siswa di 75 dalam dan di luar lingkungan sekolah 50. Siswa yang berkelahi dengan siswa sekolah lain (tawuran) Siswa yang melakukan pemerasan sesama siswa (memalak, 75 mengompas dll) 52. Siswa yang menghina/melecehkan guru atau agama secara 75 langsung atau tidak langsung melalui media cetak/elektronik (facebook, twiter, sms dll) 53. Siswa yang mengancam dan atau memukul guru, staf 100 TU dan pegawai sekolah 54. Siswa yang melakukan tindakan asusila Siswa diketahui sudah menikah atau hamil Siswa yang membawa, memakai dan mengedarkan 100 (memperjualbelikan) minuman keras dan obat terlarang (NARKOBA) 57. Siswa yang melakukan/terlibat tindakan kriminal 100 Mengetahui Pamulang, Juli 2018 Kepala SMAN 6 Tangerang Selatan Wakasek Bidang Kesiswaan Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd. Moh. Asmian, SH., M.Pd. NIP NIP

184 167 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ahmad Budiman lahir di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat tanggal 26 April 1971 dari pasangan Bapak Nunu Nuryadi dan Ibu Ai Rukiah Nur. (Almarhumah) sebagai anak ke-2 dari 6 bersaudara yaitu : Eros Rostini, Utep Nurul Ikhsan, Farid Wajdi, Nurhani dan Ima Fahmi Rahmania. Masa kecil Budi panggilan akrab Ahmad Budiman, hidup di Kota Tasikmalaya dan Ketika umur 8 tahun kisaran kelas III SD menetap di daerah Rawa, Desa Linggamulya, Kecamatan Leuwisari, Kewadanaan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Tanggal 12 Januari 2002 menikah dengan Lia Marliani (12 Mei 1976) dan dikaruniai putra pertama Akmal Nur Imani (17 April 2003), Putra kedua Alm. Muhammad (2004), Putri ketiga Wafa Nur Muttaqillah (20 September 2006), Putri keempat Salma Nur Mutawakkilah (23 Agustus 2008), Putri kelima Marwa Zulfa Nur Mufidah (05 Agustus 2011), dan Putri Keenam Hasya Nur Mukhlisah (08 April 2016). Mengawali pendidikannya kelas 1 sampai dengan 2 di SD Muhammadiyah Tasikmalaya, dan mulai kelas 3 sampai kelas 6 di SD Negeri Linggawangi I ( ), setamat SD masuk Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut mulai tahun ( ), jenjang SMP serta MTs ( ) dan SMA serta MA ( ). Selesai Pesantren dilanjutkan kuriah S-1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam ( ). Untuk menunjang tugas mengajar maka kuliah Akta IV di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif Hadayatullah Jakarta ( ), Pada tahun 2016 sampai 2020 melanjutkan kuriah S-2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program studi magister Pendidikan Agama Islam (MPAI), Fakultas ilmu tarbiah dan keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta. Mengawali karier di dunia Pendidikan pada tahun ( ) mengajar di SMP Negeri 8 Jakarta selanjutnya pindah tugas di SMP Negeri 280 Jakarta ( ) dan bertugas juga di SMK Pariwisata Adi Luhur Jakarta ( ) di bulan Januari 2007 dianggakat menjadi Pegawai Negeri Sipil serta tanggal 30 Desember 2013 dinyatakan Lulus Sertifikasi Guru Dalam Jabatan bidang studi Pendidikan Agama Islam. Semasa kuliah aktif dimasyarakat dan mengelola Takmir Mesjid Darussalam Pamulang Indah, sebagai sekretaris Yayasan Darussalam, sekaligus Kepala Sekolah TPA/TPQ Mesjid Darussalam, dan Ketua Remaja Mesjid Darussalam (RISLAM) periode , juga aktif di BKRIP (Badan

75 - ا آن ا mohamma و و را ر ا ء n - og a.ac.i إن ا آن ا ة ل و. ا ل ا ا أ ا و و ن أ وأ و إ ذ. ا م ا آن و ا ن ا ى ا أن د ا و ا ا اء ا ء. و ف ا ا

75 - ا آن ا mohamma و و را ر ا ء n - og a.ac.i إن ا آن ا ة ل و. ا ل ا ا أ ا و و ن أ وأ و إ ذ. ا م ا آن و ا ن ا ى ا أن د ا و ا ا اء ا ء. و ف ا ا 75 - ا آن ا mohamma و و را ر ا ء ofiqi@ n - og a.ac.i إن ا آن ا ة ل و. ا ل ا ا أ ا و و ن أ وأ و إ ذ. ا م ا آن و ا ن ا ى ا أن د ا و ا ا اء ا ء. و ف ا ا ف أ اع ا و و و ا ا ا آن ا أ ا. م ا ا ا م أ ا ا ا ا

المزيد من المعلومات

MUDAH BELAJAR BAHASA ARAB

MUDAH BELAJAR BAHASA ARAB الفصحى Untuk Kelas 4 Sekolah Dasar Islam Terpadu Penulis : Muhammad mamun Salman بسم اهلل الرمحن الرحيم Kata Pengantar Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-qur an dengan bahasa Arab yang nyata.

المزيد من المعلومات

55 رة ا و ا ج ا ر ز ا ا ج ا إ و ا ب وا ادات ا ا ا ل رة ع أول رة ا ن ا ر ع ا م. أ ا. و ا ا ا ع ا ا إ و. ا ا ج ا ت أ ا آ و ا ا

55 رة ا و ا ج ا ر ز ا ا ج ا إ و ا ب وا ادات ا ا ا ل رة ع أول رة ا ن ا ر ع ا م. أ ا. و ا ا ا ع ا ا إ و. ا ا ج ا ت أ ا آ و ا ا 55 رة و ج ر ز ج إ و ammar_zainuddin@ymail.com ب و دت ل رة ع أول رة ن ر ع م. أ. و ع إ و. ج ت أ آ و رس أن م ف ع. و دة در د و ر ى ع ت إ ت و ر ب أ ن م و رس. و. أ إ و د ع و و أن ت ل ة دت ع و رة د د رس رس ك

المزيد من المعلومات

LI.05 BIRU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA UNIVERSITI (20%) UNIVERSITY SUPERVISOR EVALUATION FORM (20%) استمارة تقييم المشرف بالجامعة

LI.05 BIRU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA UNIVERSITI (20%) UNIVERSITY SUPERVISOR EVALUATION FORM (20%) استمارة تقييم المشرف بالجامعة LI.05 BIRU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA UNIVERSITI (20) UNIVERSITY SUPERVISOR EVALUATION FORM (20) استمارة تقييم المشرف بالجامعة )20( Nama Pelajar / Student s Name / اسم الطالب /ة No.

المزيد من المعلومات

IMPLEMENTASI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS X MIPA MAN 4 BANTUL TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Il

IMPLEMENTASI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS X MIPA MAN 4 BANTUL TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Il IMPLEMENTASI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS X MIPA MAN 4 BANTUL TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

المزيد من المعلومات

INTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT `ABD AL-WAHHĂB AL-SYA`RĂNĪ DISERTASI Oleh: ZULFAHMI LUBIS NIM :

INTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT `ABD AL-WAHHĂB AL-SYA`RĂNĪ DISERTASI Oleh: ZULFAHMI LUBIS NIM : INTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT `ABD AL-WAHHĂB AL-SYA`RĂNĪ DISERTASI Oleh: ZULFAHMI LUBIS NIM : 94315020563 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA

المزيد من المعلومات

1 Kelahiran Nabi Mengangkat Derajat Wanita: Komparasi Hak-Hak Wanita versi Jahiliyah, Islam, dan Gender 1 Dr. Hj. Nur Aisah Simamora, Lc. MA. A. Penda

1 Kelahiran Nabi Mengangkat Derajat Wanita: Komparasi Hak-Hak Wanita versi Jahiliyah, Islam, dan Gender 1 Dr. Hj. Nur Aisah Simamora, Lc. MA. A. Penda 1 Kelahiran Nabi Mengangkat Derajat Wanita: Komparasi Hak-Hak Wanita versi Jahiliyah, Islam, dan Gender 1 Dr. Hj. Nur Aisah Simamora, Lc. MA. A. Pendahuluan Diskursus tentang gender memiliki sisi yang

المزيد من المعلومات

حتليل عالمات الوقف املمنوع والوقف الالزم يف املصحف اإلدنوودنيي وعالقتهن اليودى واملصحف )يف سورة البقرة( مبعىن اآلية الر سالة العلمية مقوم لكلية الرتبي

حتليل عالمات الوقف املمنوع والوقف الالزم يف املصحف اإلدنوودنيي وعالقتهن اليودى واملصحف )يف سورة البقرة( مبعىن اآلية الر سالة العلمية مقوم لكلية الرتبي حتليل عالمات الوقف املمنوع والوقف الالزم يف املصحف اإلدنوودنيي وعالقتهن اليودى واملصحف )يف سورة القرة( معىن اآلية الر سالة العلمية مقوم لكلية الرتية و التعليم ال ستيفاء عض الشروط لنيل درجة اليرجادنا يف

المزيد من المعلومات

LI.04 HIJAU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA ORGANISASI (60%) ORGANISATION SUPERVISOR EVALUATION FORM (60%) استمارة تقييم مشرف المؤسسة

LI.04 HIJAU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA ORGANISASI (60%) ORGANISATION SUPERVISOR EVALUATION FORM (60%) استمارة تقييم مشرف المؤسسة LI.04 HIJAU Markah / Marks درجات / BORANG PENILAIAN PENYELIA ORGANISASI (60) ORGANISATION SUPERVISOR EVALUATION FORM (60) استمارة تقييم مشرف المؤسسة )60( Nama Pelajar / Student s Name / اسم الطالب /ة No.

المزيد من المعلومات

تحليل األخطاء الصوتية لمادة مهارة القراءة فى تالميذ الفصل السابع المدرسة المتوسطة مسلمات نهضة العلماء بالنكارايا في البحث العلمي إلكمال بعض شروط للحصو

تحليل األخطاء الصوتية لمادة مهارة القراءة فى تالميذ الفصل السابع المدرسة المتوسطة مسلمات نهضة العلماء بالنكارايا في البحث العلمي إلكمال بعض شروط للحصو تحليل األخطاء الصوتية لمادة مهارة القراءة فى تالميذ الفصل السابع المدرسة المتوسطة مسلمات نهضة العلماء بالنكارايا في البحث العلمي إلكمال بعض شروط للحصول على درجة سرجانا لكلية التربية والعلوم التعلمية قسم

المزيد من المعلومات

Risalah Sholat Jum'at bag 3

Risalah Sholat Jum'at bag 3 MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta.or.id e-mail : humas@mta.or.id Jl. Ronggowarsito No. 111A, Timuran, Banjarsari, Surakarta 57131, Telp (0271) 663299 Ahad, 15 September 2019/15 Muharram

المزيد من المعلومات

SULTAN ABDUL HALIM MU ADZAM SHAH INTERNATIONAL ISLAMIC UNIVERSITY (UniSHAMS) PPS23 POSTGRADUATE AND RESEARCH MANAGEMENT CENTRE BORANG LAPORAN PENILAI

SULTAN ABDUL HALIM MU ADZAM SHAH INTERNATIONAL ISLAMIC UNIVERSITY (UniSHAMS) PPS23 POSTGRADUATE AND RESEARCH MANAGEMENT CENTRE BORANG LAPORAN PENILAI SULTAN ABDUL HALIM MU ADZAM SHAH INTERNATIONAL ISLAMIC UNIVERSITY (UniSHAMS) PPS23 POSTGRADUATE AND RESEARCH MANAGEMENT CENTRE BORANG LAPORAN PENILAI VIVA-VOCE SARJANA/PHD EVALUATION REPORT VIVA-VOCE OF

المزيد من المعلومات

Puasa Sunnah 2

Puasa Sunnah 2 MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta.or.id e-mail : humas@mta.or.id Jl. Ronggowarsito No. 111A, Timuran, Banjarsari, Surakarta 57131, Telp (0271) 663299 Ahad, 16 Juni 2019/12 Syawwal 1440

المزيد من المعلومات

khalifah Umar bin Khatab

khalifah Umar bin Khatab MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta.or.id e-mail : humas@mta.or.id Fax : 0271 663977 Sekretariat : Jl. Ronggowarsito No. 111A Surakarta 57131, Telp (0271)663299 Ahad, 14 Desember 2014/21

المزيد من المعلومات

RLC ~ TKI : YAYAT BT JUDI TAHRI (AS784667) Spsr : MAHRA HASAN DHAFAR HAMAD ALQAHTANI (A ) Agen : abu faisal services est PPTKIS : PT.

RLC ~ TKI : YAYAT BT JUDI TAHRI (AS784667) Spsr : MAHRA HASAN DHAFAR HAMAD ALQAHTANI (A ) Agen : abu faisal services est PPTKIS : PT. PERJANJIAN KONTRAK KERJA ANTARA PENGGUNA JASA TENAGA KERJA DENGAN TENAGA KERJA INDONESIA SEKTOR : PERORANGAN, NEGARA TUJUAN : UNITED ARAB EMIRATES (UAE) عقدالعمل بين صاحب العمل ىوالعمالة الاندونيسية القطاع

المزيد من المعلومات

الباب األو ل المقد مة أ. تمهيد المشكلة كانت اللغات متنو عة منها اللغة اإلند ونسي ة تفيد لغة وطنية وكذلك اللغة العربي ػة تفيد لغة وطنية لبالد العرب. ين

الباب األو ل المقد مة أ. تمهيد المشكلة كانت اللغات متنو عة منها اللغة اإلند ونسي ة تفيد لغة وطنية وكذلك اللغة العربي ػة تفيد لغة وطنية لبالد العرب. ين الباب األو ل المقد مة أ. تمهيد المشكلة كانت اللغات متنو عة منها اللغة اإلند ونسي ة تفيد لغة وطنية وكذلك اللغة العربي ػة تفيد لغة وطنية لبالد العرب. ينبغي لنا أف نتعل م اللغة العربي ػة ألف ادلسلم ت يستعملوهنا

المزيد من المعلومات

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 12 Tahun 2019 Tentang TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH DARI PENDONOR MATI UNTUK ORANG LAIN Komisi Fat

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 12 Tahun 2019 Tentang TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH DARI PENDONOR MATI UNTUK ORANG LAIN Komisi Fat FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 12 Tahun 2019 Tentang TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH DARI PENDONOR MATI UNTUK ORANG LAIN (MUI) setelah: Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi dan

المزيد من المعلومات

املراجع املراجع من البحوث السابقة أرداين ريزا زوليفتا : الرافعة عز ة "أتثري منوذج التعليم التعاوين بنوع التعاون التكاملي يف القراءة والتع

املراجع املراجع من البحوث السابقة أرداين ريزا زوليفتا : الرافعة عز ة أتثري منوذج التعليم التعاوين بنوع التعاون التكاملي يف القراءة والتع املراجع 1. املراجع من البحوث السابقة أرداين ريزا زوليفتا : الرافعة عز ة 5102. "أتثري منوذج التعليم التعاوين بنوع التعاون التكاملي يف القراءة والتعبري ومكافأة )Reward( على قدرة قراءة الن صوص يف اللغة العربية

المزيد من المعلومات

حتليل تطبيق القيم اإلسالمية يف الثقافة التنظيمية على أساس فتوى جملس العلماء اإلندونيسي. 107 /دسن/ 10/2016 / حول مستشفى الشريعة )دراسة حالية يف املستشف

حتليل تطبيق القيم اإلسالمية يف الثقافة التنظيمية على أساس فتوى جملس العلماء اإلندونيسي. 107 /دسن/ 10/2016 / حول مستشفى الشريعة )دراسة حالية يف املستشف حتليل تطبيق القيم اإلسالمية يف الثقافة التنظيمية على أساس فتوى جملس العلماء اإلندونيسي. 107 /دسن/ 10/2016 / حول مستشفى الشريعة )دراسة حالية يف املستشفى اإلسالم سيىت عائشة ماديون( رمحت وجيكسونو ايلي وندريت

المزيد من المعلومات

DAFTAR PUSTAKA أمحد الطيب أمهية اللغة العربية الوصول إليها يف التاريخ اللغة مواد ميكن أمحد مرادي "

DAFTAR PUSTAKA أمحد الطيب أمهية اللغة العربية الوصول إليها يف التاريخ اللغة مواد ميكن أمحد مرادي DAFTAR PUSTAKA أمحد الطيب أمهية اللغة العربية الوصول إليها يف التاريخ اللغة مواد https://www.linkedin.com/in/ahmedeltayef 5702-70-58 ميكن أمحد مرادي "إعداد مواد اللغة العربية لغري الناطقني بالعربية وتأليفها

المزيد من المعلومات

ح ا ا Rustina N Institut Agama Islam Negeri Ambon, Indonesia Abstract: This hadith through two chain lines; Anas and M

ح ا ا Rustina N Institut Agama Islam Negeri Ambon, Indonesia   Abstract: This hadith through two chain lines; Anas and M Rustina N Institut Agama Islam Negeri Ambon, Indonesia E-mail: rustinanurdin@gmail.com Abstract: This hadith through two chain lines; Anas and Mughaffal. For the history of Anas, there is no diversity

المزيد من المعلومات

AL-KALIMAT AL-MUTA LLIQAH BI AL- MUSAWAH AL-JENDERIYAH FI AL-LUGAH AL-ARABIYYAH WA AL-INDONESIYYAH Akmaliyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Dja

AL-KALIMAT AL-MUTA LLIQAH BI AL- MUSAWAH AL-JENDERIYAH FI AL-LUGAH AL-ARABIYYAH WA AL-INDONESIYYAH Akmaliyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Dja AL-KALIMAT AL-MUTA LLIQAH BI AL- MUSAWAH AL-JENDERIYAH FI AL-LUGAH AL-ARABIYYAH WA AL-INDONESIYYAH Akmaliyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung akmaliyahyusuf@gmail.com Abstract The definition

المزيد من المعلومات

جدول جلسات املؤمتر / Pembentangan Jadual يوم األربعاء / Rabu Hari 3 فبراير 6102 م / 2016M 24 Rabi ulakhir / 3 Februari قاعة احملاضرات الكربى / Auditor

جدول جلسات املؤمتر / Pembentangan Jadual يوم األربعاء / Rabu Hari 3 فبراير 6102 م / 2016M 24 Rabi ulakhir / 3 Februari قاعة احملاضرات الكربى / Auditor جدول جلسات املؤمتر / Pembentangan Jadual يوم األربعاء / Rabu Hari 3 فبراير 6102 م / 2016M 24 Rabi ulakhir / 3 Februari قاعة احملاضرات الكربى / Auditorium Dewan (الفترة (Sesi 1 / 1 7.30am-10.00am 7.30am

المزيد من المعلومات

الأستاذة : آمال فرفار

الأستاذة : آمال فرفار اجتاهات الطلبة حنو تعلم اللغة العربية يف املدارس الدينية احلكومية املاليزية: املرحلة الثانوية بوالية سالجنور أمنوذجا Students' Attitudes toward Learning Arabic Language in Malaysian Government Religious

المزيد من المعلومات

مجانية شهرية مستقلة متنوعة السنة األولى نوفمبر م صفر - ربيع األول 1440 ه العدد 09 نجاح باهر للمعرض اإلندونيسي الدولي Trade Expo Indonesia 2018.

مجانية شهرية مستقلة متنوعة السنة األولى نوفمبر م صفر - ربيع األول 1440 ه العدد 09 نجاح باهر للمعرض اإلندونيسي الدولي Trade Expo Indonesia 2018. مجانية شهرية مستقلة متنوعة السنة األولى نوفمبر - 2018 م صفر - ربيع األول 1440 ه العدد 09 نجاح باهر للمعرض اإلندونيسي الدولي Trade Expo Indonesia 2018. "".. 9.29. 122 11 16.2017 Trade Expo Indonesia TEI

المزيد من المعلومات

الباب الأول

الباب الأول الباب األول المقدمة أ- خلفية المشكالت وتقرير الموضوع اإلنسان ىو ادلخلوق ا إلجتماعي يعيش ب ت اجملتمع وكانت أنشطتو يف احلياة اليومية لن خترج من ناحية اإلجتماع واإلقتصاد والسياسة واحلضارة واألعمال الدينية

المزيد من المعلومات

تطبيق منهج تعليم اللغة العربية K13 االبتدائية هاشم بني مدرسة في اإلسمامية في ضوء المنهج حاالت( )دراسة رسالة الماجستير اإلعداد رقم التسجيل : نور هريانط

تطبيق منهج تعليم اللغة العربية K13 االبتدائية هاشم بني مدرسة في اإلسمامية في ضوء المنهج حاالت( )دراسة رسالة الماجستير اإلعداد رقم التسجيل : نور هريانط تطبيق منهج تعليم اللغة العربية K13 االبتدائية هاشم بني مدرسة في اإلسمامية في ضوء المنهج حاالت( )دراسة رسالة الماجستير اإلعداد رقم التسجيل : نور هريانطا 41114741 : مشرف الدكتور مفتاح الهدى الماجستير الدكتور

المزيد من المعلومات

Available at: الحكمة في تشريع الزواج: الحوار مع

Available at:     الحكمة في تشريع الزواج: الحوار مع Available at: http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah https://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v13i2.1130 الحكمة في تشريع الزواج: الحوار مع أنصار اللبرالية في تحريم زواج المسلمة بغير المسلم International

المزيد من المعلومات

۱ الحمد الله الباب الا ول مقدمة الذي جعل القرآن هداية للمتقين وجعل تلاوته بخضوع هتل دمع الخاشعين وأنزل فيه من الوعيد ما يهز به أركان الظالمين و أخبر ف

۱ الحمد الله الباب الا ول مقدمة الذي جعل القرآن هداية للمتقين وجعل تلاوته بخضوع هتل دمع الخاشعين وأنزل فيه من الوعيد ما يهز به أركان الظالمين و أخبر ف ۱ الحمد الله الباب الا ول مقدمة الذي جعل القرآن هداية للمتقين وجعل تلاوته بخضوع هتل دمع الخاشعين وأنزل فيه من الوعيد ما يهز به أركان الظالمين و أخبر فيه أن الموت اية للعالمين وأننا بعد الموت للحساب بين

المزيد من المعلومات

اإلسرتاتيجية التسويقية مبراكز الدورة اللغوية )دراسة حاالت ىف الدورات العربية املكثفة بباري, كاديري( رسالة املاجستري : أخريالدين : اإلعداد رقم

اإلسرتاتيجية التسويقية مبراكز الدورة اللغوية )دراسة حاالت ىف الدورات العربية املكثفة بباري, كاديري( رسالة املاجستري : أخريالدين : اإلعداد رقم اإلسرتاتيجية التسويقية مبراكز الدورة اللغوية )دراسة حاالت ىف الدورات العربية املكثفة بباري, كاديري( رسالة املاجستري : أخريالدين 14720078 : اإلعداد رقم التسجيل قسم تعليم اللغة العربية كلية الدرسات العليا

المزيد من المعلومات

اكتساب مهارة الكالم يف تعلم اللغة العربية على ضوء علم اللغة النفسي يف مدرسة ثنائية اللغة الثانوية اإلسالمية بباتو ودورة اللغة العربية الفارسي بباري (د

اكتساب مهارة الكالم يف تعلم اللغة العربية على ضوء علم اللغة النفسي يف مدرسة ثنائية اللغة الثانوية اإلسالمية بباتو ودورة اللغة العربية الفارسي بباري (د اكتساب مهارة الكالم يف تعلم اللغة العربية على ضوء علم اللغة النفسي يف مدرسة ثنائية اللغة الثانوية اإلسالمية بباتو ودورة اللغة العربية الفارسي بباري (دراسة وصفية حتليلية واملقارنة) رسالة املاجستري إعداد

المزيد من المعلومات

تطوير املواد التعليمية املوضوعية ملادة اللغة العربية ابستخدام موقع الويب للمدرسة الثانوية العامة إبندونيسيا رسالة املاجستري إعداد إيرما أننداييت رقم ا

تطوير املواد التعليمية املوضوعية ملادة اللغة العربية ابستخدام موقع الويب للمدرسة الثانوية العامة إبندونيسيا رسالة املاجستري إعداد إيرما أننداييت رقم ا تطوير املواد التعليمية املوضوعية ملادة اللغة العربية ابستخدام موقع الويب للمدرسة الثانوية العامة إبندونيسيا رسالة املاجستري إعداد إيرما أننداييت رقم التسجيل: 13720025 قسم تعليم اللغة العربية كلية الدراسات

المزيد من المعلومات

Hasil Keputusan Bahtsul Masail Waqi iyyah Konferwil PWNU Jawa Timur 2018 Di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Dzulqo dah 1439 H / Juli 2018

Hasil Keputusan Bahtsul Masail Waqi iyyah Konferwil PWNU Jawa Timur 2018 Di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Dzulqo dah 1439 H / Juli 2018 Hasil Keputusan Bahtsul Masail Waqi iyyah Konferwil PWNU Jawa Timur 2018 Di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri 15 16 Dzulqo dah 1439 H / 28 29 Juli 2018 Mushahih: KH. Yasin Asmuni KH. Mahrus Maryani KH. MB

المزيد من المعلومات

Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam Available at: DOI:

Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam Available at:   DOI: Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam Available at: http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/kalimah DOI: http://dx.doi.org/10.21111/klm.v15i2.1491 الشهادة في الا سلام والنصارى (الجواب

المزيد من المعلومات

أ

أ أ ب الشعار من لم يذق ذل التعل م ساعة تجر ع ذل الجهل طول حياته )امام الشافعي( ج اإلهداء إلى أبي وأمي الكريمين أنتما روح حياتي وأختي الصغيرة وجدت ي المحبوبتان وأصدقائي وأصحابي وإلىكل من يحب اللغة العربية

المزيد من المعلومات

تأثير الوسائل األغنية على استيعاب التالميذ في المفردات ورغبتهم في تعل م اللغة العربية )دراسة تجريبية لتالميذ الفصل العاشر بمدرسة دار المصالح الثانوية

تأثير الوسائل األغنية على استيعاب التالميذ في المفردات ورغبتهم في تعل م اللغة العربية )دراسة تجريبية لتالميذ الفصل العاشر بمدرسة دار المصالح الثانوية تأثير الوسائل األغنية على استيعاب التالميذ في المفردات ورغبتهم في تعل م اللغة العربية )دراسة تجريبية لتالميذ الفصل العاشر بمدرسة دار المصالح الثانوية اإلسالمية شربون( محم د ريزا غيدار جامعة شيخ نور جايت

المزيد من المعلومات

الباب منهج الثالث البحث وعي نته البحث ومجتمع البحث موقع أ. 1. البحث موقع يقوم يعين للبحث. الباحث فيو يعمل مكان ىو البحث موقع 1 العالية ادلدرسة يف البا

الباب منهج الثالث البحث وعي نته البحث ومجتمع البحث موقع أ. 1. البحث موقع يقوم يعين للبحث. الباحث فيو يعمل مكان ىو البحث موقع 1 العالية ادلدرسة يف البا الباب منهج الثالث البحث وعي نته البحث ومجتمع البحث موقع أ. 1. البحث موقع يقوم يعين للبحث. الباحث فيو يعمل مكان ىو البحث موقع 1 العالية ادلدرسة يف الباحث PGII رقم فناتايودا شارع يف ادلتوقعة باندونج فيها.

المزيد من المعلومات

24 الباب الثالث تقديم البيانات وتحليلها أ- نبذة عن القراءة الرشيدة ألف كتاب القراءة الرشيدة بالكاتب عبد الفتاح كعلي عمر يف السنة فيو احلكاية كالقصيدة

24 الباب الثالث تقديم البيانات وتحليلها أ- نبذة عن القراءة الرشيدة ألف كتاب القراءة الرشيدة بالكاتب عبد الفتاح كعلي عمر يف السنة فيو احلكاية كالقصيدة 24 الباب الثالث تقديم البيانات وتحليلها أ- نبذة عن القراءة الرشيدة ألف كتاب القراءة الرشيدة بالكاتب عبد الفتاح كعلي عمر يف السنة فيو احلكاية كالقصيدة كالعلو باللغة العربية. يشتمل الكتب علي رللد حيث فيو

المزيد من المعلومات

محتوى المنهج الدراسي في قسم تعليم اللغة العربية مرحلة الماجستير بكلية الدراسات العليا بجامعة مولانا مالك إبراهيم الإسلامية الحكومية مالانق - إندونيسي

محتوى المنهج الدراسي في قسم تعليم اللغة العربية مرحلة الماجستير  بكلية الدراسات العليا بجامعة مولانا مالك إبراهيم الإسلامية الحكومية مالانق - إندونيسي مجهورية إندونيسيا وزارة شؤون دينية جامعة مونا مك إبراهيم اإلسمية احلكومية مبانق كلية دراسات عليا قسم تعليم لغة عربية )املاجستري( حمتوى املنهج دراسي يف قسم تعليم لغة عربية مرحلة املاجستري بكلية دراسات عليا

المزيد من المعلومات

الكناية في سورة البقرة )دراسة تحليلية بالغية( هذا البحث مقدم إلىكلية اآلداب والعلوم الثقافية جامعة سونانكاليجاكا اإلسالمية إلتمام بعض الشروط للحصول عل

الكناية في سورة البقرة )دراسة تحليلية بالغية( هذا البحث مقدم إلىكلية اآلداب والعلوم الثقافية جامعة سونانكاليجاكا اإلسالمية إلتمام بعض الشروط للحصول عل الكناية في سورة البقرة )دراسة تحليلية بالغية( هذا البحث مقدم إلىكلية اآلداب والعلوم الثقافية جامعة سونانكاليجاكا اإلسالمية إلتمام بعض الشروط للحصول على اللقب العالمي في علم اللغة العربية وأدبها الحكومية

المزيد من المعلومات

البحث اجلامعي تحليلكتاب "دروس اللغة العربية" من حيث اختيار الماد ة عند وليام فرانجيس ماك ي( (William Francis Mackey إعداد: نوفيا أكرم الص الحة رقم الق

البحث اجلامعي تحليلكتاب دروس اللغة العربية من حيث اختيار الماد ة عند وليام فرانجيس ماك ي( (William Francis Mackey إعداد: نوفيا أكرم الص الحة رقم الق البحث اجلامعي تحليلكتاب "دروس اللغة العربية" من حيث اختيار الماد ة عند وليام فرانجيس ماك ي( (William Francis Mackey إعداد: نوفيا أكرم الص الحة رقم القيد: إشراف: الحاج بشري مصطفى الماجستير رقم التوظيف:

المزيد من المعلومات

MergedFile

MergedFile فوائد صيغة الأمر والنهي في الجزء الثامن والعشرين من القرآن الكريم )دراسة تحليلية بلاغية في علم المعانى( هذا البحث مقدم إلى كلية الآداب والعلوم الثقافية بجامعة سونن كاليجاكا الإسلامية الحكومية لإتمام بعض

المزيد من المعلومات

تطبيق المدخل البنائي فى تعليم العقيدة و االخالق الحكومية ماالنج 2 باتو بمدرسة الثانوية البحث اجلامعي اعداد: فحرجال نور رزقى رقم القيد : قسم ا

تطبيق المدخل البنائي فى تعليم العقيدة و االخالق الحكومية ماالنج 2 باتو بمدرسة الثانوية البحث اجلامعي اعداد: فحرجال نور رزقى رقم القيد : قسم ا تطبيق المدخل البنائي فى تعليم العقيدة و االخالق الحكومية ماالنج 2 باتو بمدرسة الثانوية البحث اجلامعي اعداد: فحرجال نور رزقى رقم القيد : 11111215 قسم التربية اإلسالمية كلية علوم التربية و التعليم جامعة

المزيد من المعلومات

Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN تطويراملواد التعليمية لترقية مهارة الكتابة )بحث تطويري مع التطبيق في مدرسة أمانة ألامة إلاعدادية

Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN تطويراملواد التعليمية لترقية مهارة الكتابة )بحث تطويري مع التطبيق في مدرسة أمانة ألامة إلاعدادية 1 تطويراملواد التعليمية لترقية مهارة الكتابة )بحث تطويري مع التطبيق في مدرسة أمانة ألامة إلاعدادية فاجت موجوكرطا( Muhammad Hafidz Dosen Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto hafidz@ikhacacid Abstrak

المزيد من المعلومات

افتتاحية العدد

افتتاحية العدد موقف جامعة الدولة العربية من عملية السالم املصرية اإلسرائيلية - 791 حوليات آداب عني مشس - اجمللد 97 )يناير مارس 77( ثريا حامد الدمنهوري The Reaction of the League of Arab States towards the Egyptian-Israeli

المزيد من المعلومات

اضطهاد المرأة في رواية "حكاية زهرة" لحنان الشيخ ( دراسة النسوية الرادكالية( رسالة قدمتها: روسى نوفريتى رقم القيد : طالبة بكلية اآلداب والعلوم

اضطهاد المرأة في رواية حكاية زهرة لحنان الشيخ ( دراسة النسوية الرادكالية( رسالة قدمتها: روسى نوفريتى رقم القيد : طالبة بكلية اآلداب والعلوم اضطهاد المرأة في رواية "حكاية زهرة" لحنان الشيخ ( دراسة النسوية الرادكالية( رسالة قدمتها: روسى نوفريتى رقم القيد :135212519 طالبة بكلية اآلداب والعلوم اإلنسانية قسم اللغة العربية وادابها جامعة الرانيري

المزيد من المعلومات

البحث الجامعي تكوين البيئة اللغوية لتنمية مهارة الكالم بالعربية في مدرسة أمانة األمة الثانوية الدولية بموجوكرتوا جاوا الشرقية إعداد: محموة الزهرية رقم

البحث الجامعي تكوين البيئة اللغوية لتنمية مهارة الكالم بالعربية في مدرسة أمانة األمة الثانوية الدولية بموجوكرتوا جاوا الشرقية إعداد: محموة الزهرية رقم البحث الجامعي تكوين البيئة اللغوية لتنمية مهارة الكالم بالعربية في مدرسة أمانة األمة الثانوية الدولية بموجوكرتوا جاوا الشرقية إعداد: محموة الزهرية رقم القيد: 04001131 إشراف: بشري مصطفى الماجستير رقم التوظيف

المزيد من المعلومات

اسلوب الالتفات في سورة النساء ) دراسة تحليلية بلاغية ( هذا البحث مقد م إلىكلية الا داب والعلوم الثقافية جامعة سو ن كاليجاكا الا سلامية الحكومية جوكجاك

اسلوب الالتفات في سورة النساء ) دراسة تحليلية بلاغية ( هذا البحث مقد م إلىكلية الا داب والعلوم الثقافية جامعة سو ن كاليجاكا الا سلامية الحكومية جوكجاك اسلوب الالتفات في سورة النساء ) دراسة تحليلية بلاغية ( هذا البحث مقد م إلىكلية الا داب والعلوم الثقافية جامعة سو ن كاليجاكا الا سلامية الحكومية جوكجاكر لا تمام بعض الشروط للحصول على اللقب العالمي فى علم

المزيد من المعلومات

Template for Program Curriculum Structure

Template for Program Curriculum Structure ACADEMIC PROGRAM CURRICULUM STRUCTURE FORM خطة البرنامج األكاديمي Submitted by مقدم من Education كلية التربية Psychological Sciences/ Educational Sciences Name of Department / Academic Unit THE ACADEMIC

المزيد من المعلومات

الباب الرابع حواصل البحث و مناقستها أ. بيانات التدخل اللغوي.1 بيانات التدخل النحوي ويقد م هذا الباب حواصل حتليلة البحث يف شكل تدخل اللغة اإلندونيسية ا

الباب الرابع حواصل البحث و مناقستها أ. بيانات التدخل اللغوي.1 بيانات التدخل النحوي ويقد م هذا الباب حواصل حتليلة البحث يف شكل تدخل اللغة اإلندونيسية ا الباب الرابع حواصل البحث و مناقستها أ. بيانات التدخل اللغوي.1 بيانات التدخل النحوي ويقد م هذا الباب حواصل حتليلة البحث يف شكل تدخل اللغة اإلندونيسية اىل اللغة العربية. البيانات املوجودة يف هذا البحث مأخوذ

المزيد من المعلومات

تخليط الشفرة عند ناطق اللغة العربية في تعليم اللغة العربية الدوري الفارسي بفاري كاديري )دراسة لغوية اجتماعية( مقدم إلكمال بعض شروط اإلختبار للحصول على

تخليط الشفرة عند ناطق اللغة العربية في تعليم اللغة العربية الدوري الفارسي بفاري كاديري )دراسة لغوية اجتماعية( مقدم إلكمال بعض شروط اإلختبار للحصول على تخليط الشفرة عند ناطق اللغة العربية في تعليم اللغة العربية الدوري الفارسي بفاري كاديري )دراسة لغوية اجتماعية( مقدم إلكمال بعض شروط اإلختبار للحصول على درجة سرجانا )1-S( فيكلي ة العلوم اإلنساني ة في قسم

المزيد من المعلومات

الزواج بين األديان وأهمية تقنينه في أندونيسيا احمد ملطوف سراج كلية الشريعة بالجامعة النور الجديد األسالمية بيطان بربالنجا جوى الشرقية إندونيسا الخالصة

الزواج بين األديان وأهمية تقنينه في أندونيسيا احمد ملطوف سراج كلية الشريعة بالجامعة النور الجديد األسالمية بيطان بربالنجا جوى الشرقية إندونيسا الخالصة الزواج بين األديان وأهمية تقنينه في أندونيسيا احمد ملطوف سراج كلية الشريعة بالجامعة النور الجديد األسالمية بيطان بربالنجا جوى الشرقية إندونيسا الخالصة إن قانون الزواج الموضوع سنة 1974 لم ينظم أمور الزواج

المزيد من المعلومات

عدم عدالة الجنس حكاية رواية في زهرة لحنان الشيخ نسائية( أدبها )دراسة )S1( حبث جامعي مقدم الستيفاء شروط االختبار النهائي للحصول على درجة سرجانا يف قسم

عدم عدالة الجنس حكاية رواية في زهرة لحنان الشيخ نسائية( أدبها )دراسة )S1( حبث جامعي مقدم الستيفاء شروط االختبار النهائي للحصول على درجة سرجانا يف قسم عدم عدالة الجنس حكاية رواية في زهرة لحنان الشيخ نسائية( أدبها )دراسة )S1( حبث جامعي مقدم الستيفاء شروط االختبار النهائي للحصول على درجة سرجانا يف قسم اللغة العربية وأدهباكلية العلوم اإلنسانية جامعة موالنا

المزيد من المعلومات

cover احدء.cdr

cover  احدء.cdr ISSN : 2338-4662 AL-IHDA MEDIA ILMIAH BAHASA ARAB VOL. 1, NOMOR 1, JUNI 2013 تطبیق أسلوب جیجسو على تدریس النحو فى معھد الفرقان العصري بمبي بسجلي (دراسة تجریبیة) عبد االله تطویر المواد التعلیمیة علي الا

المزيد من المعلومات

البحث الجامعي تحليل الكتاب التعليمي لدرس النحو "المفتاح" ألمحمد رروويي يي الطالبين الدينية بروبولينجو روضة المدرسة إعداد: رروي عرشك يحيى روم القيد: 02

البحث الجامعي تحليل الكتاب التعليمي لدرس النحو المفتاح ألمحمد رروويي يي الطالبين الدينية بروبولينجو روضة المدرسة إعداد: رروي عرشك يحيى روم القيد: 02 البحث الجامعي تحليل الكتاب التعليمي لدرس النحو "المفتاح" ألمحمد رروويي يي الطالبين الدينية بروبولينجو روضة المدرسة إعداد: رروي عرشك يحيى روم القيد: 02031141 روم إشراف: الحاج بشري مصطفى الماجستير التوظيف:

المزيد من المعلومات

أشعار المدح والتهنئة البن سناء الملك في ديوانه (دراسة تحليلي ة عروضي ة وقافوي ة) هذا البحث مقدم اىلكلي ة اآلداب والعلوم الثقافي ة جبامعة سوننكاليج اكا

أشعار المدح والتهنئة البن سناء الملك في ديوانه (دراسة تحليلي ة عروضي ة وقافوي ة) هذا البحث مقدم اىلكلي ة اآلداب والعلوم الثقافي ة جبامعة سوننكاليج اكا أشعار المدح والتهنئة البن سناء الملك في ديوانه (دراسة تحليلي ة عروضي ة وقافوي ة) هذا البحث مقدم اىلكلي ة اآلداب والعلوم الثقافي ة جبامعة سوننكاليج اكا اإلسالمي ة احلكومي ة إلمتام بعض الشروط للحصول على

المزيد من المعلومات

تعليم مهارة الكالم في ضوء النظرية االجتماعية الثقافية لفايغوتسكي في معهد اآلمين الحرمين سمفانج مادورا. رسالة املاجستري هذه الرسالة تقدم إىل جامعة موال

تعليم مهارة الكالم في ضوء النظرية االجتماعية الثقافية لفايغوتسكي في معهد اآلمين الحرمين سمفانج مادورا. رسالة املاجستري هذه الرسالة تقدم إىل جامعة موال تعليم مهارة الكالم في ضوء النظرية االجتماعية الثقافية لفايغوتسكي في معهد اآلمين الحرمين سمفانج مادورا. رسالة املاجستري هذه الرسالة تقدم إىل جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنج الستيفاء

المزيد من المعلومات

افتتاحية العدد

افتتاحية العدد أطر املعاجلة االعالمية لسياسات الرئيس االمريكى باراك اوباما دراسة مقارنة بني قناتني اجلزيرة واحلرة 7 framing analysis حوليات آداب عني مشس - اجمللد )ابريل يونيو ( فاطمة الزهراء Framing analysis for policies

المزيد من المعلومات

الواقع اإلجتماعي فى رواية " بنات الرياض" لرجاء عبد اهلل الصانع )دراسة تحليلية تركيبية جينيتكية( حبث جامعى مقدم الستيفاء شروط اإلختبار النهائي للحصول ع

الواقع اإلجتماعي فى رواية  بنات الرياض لرجاء عبد اهلل الصانع )دراسة تحليلية تركيبية جينيتكية( حبث جامعى مقدم الستيفاء شروط اإلختبار النهائي للحصول ع الواقع اإلجتماعي فى رواية " بنات الرياض" لرجاء عبد اهلل الصانع )دراسة تحليلية تركيبية جينيتكية( حبث جامعى مقدم الستيفاء شروط اإلختبار النهائي للحصول على درجة سرجانا )1-S) ىف قسم اللغة العربية وأدهباكلية

المزيد من المعلومات

د. ط در ءة ز ا ت ا دزة (درا ا ا ت) د. ط در را ر ا م م ا ا ا : ا ت ا ا ا م وا ا ي و إ ى ا ت ا ا ا دو إ و دة ا و أ اد ا. و ف ا ا إ وا ا ت ا دزة م ا أ ا

د. ط در ءة ز ا ت ا دزة (درا ا ا ت) د. ط در را ر ا م م ا ا ا : ا ت ا ا ا م وا ا ي و إ ى ا ت ا ا ا دو إ و دة ا و أ اد ا. و ف ا ا إ وا ا ت ا دزة م ا أ ا ءة ز ا ت ا دزة (درا ا ا ت) را ر ا م م ا ا ا : ا ت ا ا ا م وا ا ي و إ ى ا ت ا ا ا دو إ و دة ا و أ اد ا. و ف ا ا إ وا ا ت ا دزة م ا أ ا و ت وا ت ا دة أ ا ذ ا ا وا اءات ا ور ا و ن ا ءة و ا م ت ا. ا ا : ا

المزيد من المعلومات

RAK Chamber of Commerce & Industry Studies & Information Directorate غرفة تجارة وصناعة رأس الخيمة إدارة الدراسات والمعلومات 1122/21/21 مليار درهم حجم

RAK Chamber of Commerce & Industry Studies & Information Directorate غرفة تجارة وصناعة رأس الخيمة إدارة الدراسات والمعلومات 1122/21/21 مليار درهم حجم 1122/21/21 مليار درهم حجم تجارة دولة اإلمارات مع الدول العربية حققت التجارة اإلجمالية للدولة مع بقية الدول العربية زيادة سنوية مقدارها %2 تقريبا حيث شكلت الواردات الجزء األكبر من هذه التجارة وتبقى الزيادة

المزيد من المعلومات

RUMUSAN HASIL BAHTSUL MASAIL PUTRI SE-JAWA TIMUR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HAUL MAJEMMUK PARA MASYAIKH 1440 H/2019 M Pondok Pesantren Salafiyah Syafi

RUMUSAN HASIL BAHTSUL MASAIL PUTRI SE-JAWA TIMUR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HAUL MAJEMMUK PARA MASYAIKH 1440 H/2019 M Pondok Pesantren Salafiyah Syafi RUMUSAN HASIL BAHTSUL MASAIL PUTRI SE-JAWA TIMUR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HAUL MAJEMMUK PARA MASYAIKH 1440 H/2019 M Pondok Pesantren Salafiyah Syafi iyah Sukorejo Situbondo Sumberejo Situbondo Jawa Timur

المزيد من المعلومات

اسرتاتيجية الرتمجة الداللية يف ترمجةكتاب "بداية اهلداية" ملرتجم حممد علي مغفور شاذيل إسكندار )دراسة حتليلية نقدية ) جامعي حبث مقدم الستيفاء شروط االخت

اسرتاتيجية الرتمجة الداللية يف ترمجةكتاب بداية اهلداية ملرتجم حممد علي مغفور شاذيل إسكندار )دراسة حتليلية نقدية ) جامعي حبث مقدم الستيفاء شروط االخت اسرتاتيجية الرتمجة الداللية يف ترمجةكتاب "بداية اهلداية" ملرتجم حممد علي مغفور شاذيل إسكندار )دراسة حتليلية نقدية ) جامعي حبث مقدم الستيفاء شروط االختبار النهائي للحصول على درجة سرجاان يف قسم اللغة العربية

المزيد من المعلومات

Microsoft Word - eswae2018-arabic.docx

Microsoft Word - eswae2018-arabic.docx CALL FOR PROPOSALS ل ت ق د ی م د ع و ة ا ل م ق ت ر ح ا ت 6h Global Congress on Renewable Energy and Environment (REE 2018) ا ل م و ت م ر ا ل ع ا ل م ي ا ل س ا د س ح و ل ا ل ط ا ق ة ا ل م ت ج د د ة و ا

المزيد من المعلومات

البحث اجلامعي حتليل جودة بنود االختبار النصفي دلادة اللغة العربية على أساس صدق ادلضمون وتوزيع تصنيف الذهين بلوم )دراسة يف ادلدرسة االبتدائية اإلسالمية

البحث اجلامعي حتليل جودة بنود االختبار النصفي دلادة اللغة العربية على أساس صدق ادلضمون وتوزيع تصنيف الذهين بلوم )دراسة يف ادلدرسة االبتدائية اإلسالمية البحث اجلامعي حتليل جودة بنود االختبار النصفي دلادة اللغة العربية على أساس صدق ادلضمون وتوزيع تصنيف الذهين بلوم )دراسة يف ادلدرسة االبتدائية اإلسالمية احلكوميةكومان مشالية جومنبانج( إعداد: دوى نور ماال

المزيد من المعلومات

البحث اجلامعي حتليل احملتوى للكتاب الدراسي "دروس اللغة العربية" ملسر حنيو واألخرين يف ضوء املنهج الدراسي 3102 مقدم إلكمال بعض شروط االختبار للحصول درج

البحث اجلامعي حتليل احملتوى للكتاب الدراسي دروس اللغة العربية ملسر حنيو واألخرين يف ضوء املنهج الدراسي 3102 مقدم إلكمال بعض شروط االختبار للحصول درج البحث اجلامعي حتليل احملتوى للكتاب الدراسي "دروس اللغة العربية" ملسر حنيو واألخرين يف ضوء املنهج الدراسي 3102 مقدم إلكمال بعض شروط االختبار للحصول درجة سرجانا )1-S( لكلية علوم الرتبية والتعليم يف قسم تعليم

المزيد من المعلومات

تحليل طريقة تمييز في تعليم قواعد النحو والصرف لترجمة القرآن والكتب العربية علي ضوء علم اللغة العصبي رسالة الماجستير إعداد : إيكا نوفيرا تريسنا رقم الت

تحليل طريقة تمييز في تعليم قواعد النحو والصرف لترجمة القرآن والكتب العربية علي ضوء علم اللغة العصبي رسالة الماجستير إعداد : إيكا نوفيرا تريسنا رقم الت تحليل طريقة تمييز في تعليم قواعد النحو والصرف لترجمة القرآن والكتب العربية علي ضوء علم اللغة العصبي رسالة الماجستير إعداد : إيكا نوفيرا تريسنا رقم التسجيل: 32047741 قسم تعليم اللغة العربية كلية الدراسات

المزيد من المعلومات

إبتكار معلمي اللغة العربية يف تعليم مهارة الكالم مبعهد نور احلرمني نرمادا الغربية لومبوك رسالة املاجستري إعداد حممد شهر العظامي رقم التسجيل :

إبتكار معلمي اللغة العربية يف تعليم مهارة الكالم مبعهد نور احلرمني نرمادا الغربية لومبوك رسالة املاجستري إعداد حممد شهر العظامي رقم التسجيل : إبتكار معلمي اللغة العربية يف تعليم مهارة الكالم مبعهد نور احلرمني نرمادا الغربية لومبوك رسالة املاجستري إعداد حممد شهر العظامي رقم التسجيل : 14721054 قسم تعليم اللغة العربية كليات الدراسات العليا جامعة

المزيد من المعلومات

Certified Facility Management Professional WHO SHOULD ATTEND? As a Certified Facility Management Professional course, Muhtarif is the ideal next step

Certified Facility Management Professional WHO SHOULD ATTEND? As a Certified Facility Management Professional course, Muhtarif is the ideal next step Certified Facility Management Professional WHO SHOULD ATTEND? As a Certified Facility Management Professional course, Muhtarif is the ideal next step for all those who have completed the Ta aseesy Foundation

المزيد من المعلومات

تصميم أهداف تعليم املطالعة املعتمدة على تحليل اإلحتياجات في صعبة تعليم لغة العربية بجامعة جوروب اإلسالمية الحكومية Rini Institut Agama Islam Negeri (A

تصميم أهداف تعليم املطالعة املعتمدة على تحليل اإلحتياجات في صعبة تعليم لغة العربية بجامعة جوروب اإلسالمية الحكومية Rini Institut Agama Islam Negeri (A تصميم أهداف تعليم املطالعة املعتمدة على تحليل اإلحتياجات في صعبة تعليم لغة العربية بجامعة جوروب اإلسالمية الحكومية Rini Institut Agama Islam Negeri (AIN) Curup rinwan06@gmail.com Abstract Students who

المزيد من المعلومات

Vol. 01 No. 01 January - Juni 2018 ISSN : E-ISSN : X Curriculum and Syllabus for Teaching Arabic in General Secondary Schools (Evalua

Vol. 01 No. 01 January - Juni 2018 ISSN : E-ISSN : X Curriculum and Syllabus for Teaching Arabic in General Secondary Schools (Evalua Curriculum and Syllabus for Teaching Arabic in General Secondary Schools (Evaluation Study) المنهج والمقرر لتعليم اللغة العربية فى المدارس الثانوية العامة )دراسة تقويمية( Muahammad Syaifullah جامعة معارف

المزيد من المعلومات

Menurut ignaz goldziher dalam bukunya madzhab tafsir ; ia yakin bahwa perbedaan bacaan dalam al-Qur'an adalah akibat dari kekeliruan dalam penulisan b

Menurut ignaz goldziher dalam bukunya madzhab tafsir ; ia yakin bahwa perbedaan bacaan dalam al-Qur'an adalah akibat dari kekeliruan dalam penulisan b DOI: http://dx.doi.org/10.21111/studiquran.v1i2.842 Ta addud Al-Ma na fi Kalimah Ad-Dîn Fi Al-Qur ân Al-Karîm Ali MahfuzMunawar Universitas Darussalam Gontor, Indonesia Email: alimahfuz@unida.gontor.ac.id

المزيد من المعلومات